Senin, 01 Juni 2015

cerita sejarah naruto dan perjalananya

Bagi teman-teman yang juga suka banget ama Naruto, nih aku ada kisah Naruto dan biografi hidupnya. Naruto dilahirkan pada 10 Oktober, tahunnya tidak diketahui. Asal usul ibu bapak dan saudaranya yang lain masih merupakan misteri. Sejak dilahirkan lagi, syaitan musang berekor sembilan, Kyubi no Yoko yang cuba membinasakan Konoha dikurung dalam badan Naruto oleh AYAHNYA HOKAGE KE EMPAT. Ayah Naruto Namikaze Minato merupakan Hokage generasi keempat manakala ibunya bernama Uzumaki Kushina. Naruto mempunyai wajah seiras ayahnya manakala sifatnya lebih serupa dengan ibunya yang merupakan seorang tomboy ketika kecil sebelum menjadi wanita cantik ketika dewasa.

Hokage Keempat berhajat agar orang kampung melihat Naruto sebagai seorang wira yang terpaksa memendam Kyubi. Malangnya, seluruh warga kampung menaruh kebencian dan kemarahan yang marak terhadap si kecil Naruto karena Kyubi pernah mengacaukan
ketenangan Konoha. Malah Naruto sendiri tidak mengetahui kewujudan makhluk tersebut dalam dirinya sehingga dia mencecah usia dua belas tahun.
Uzumaki Kushina, adalah ibu Naruto.
Mujurlah Naruto berpeluang mengenali seorang guru yang penyayang lagi berdedikasi di akademi yaitu seorang ninja Chunin, Umino Iruka. Walaupun orang tua Iruka mati dalam tangan Kyubi, Iruka tidak menyalahkan Naruto. Iruka menerima Naruto dan bersimpati terhadap niat Naruto untuk dikenali oleh orang kampung. Iruka mungkin merupakan orang pertama yang benar-benar mempercayai Naruto dan meninggalkan impak besar terhadapnya. Naruto akhirnya berjaya mengatasi perasaan sedih dan sunyi kerana kehadiran Iruka sebagai pengganti ibu bapaknya.
Sebelum tamat pengajian di Akademi, Naruto telah lama mengimpikan dirinya dikenali dan diterima orang banyak. Dia akan bermain dan bergurau di seluruh kampungnya untuk menarik perhatian. Pernah juga Naruto menconteng grafiti pada muka monumen Hokage dengan cat dan merupakan dirinya sebagai gadis seksi yang tidak berpakaian untuk menimbulkan kemarahan guru-guru. Naruto juga memaklumkan kepada mereka yang memandang rendah terhadapnya bahwa dia akan menjadi Hokage suatu masa nanti. Setelah tamat pengajian, Naruto akhirnya dicam sebagai “Ninja Bising, Mustahil untuk Dijangka dan Hiperaktif Nomor Satu” di Konoha oleh Hatake Kakashi.

Sikap gigih dan tidak mudah mengalah menyebabkan Naruto berjaya mempengaruhi watak-watak lain di sekelilingnya. Pada mulanya, Naruto bersahabat dengan Konohamaru, cucu Hokage Ketiga. Konohamaru akhirnya memahami bahwa yang bulat tak datang bergolek, yang pipih tak datang melayang dan sesungguhnya usaha itu tangga kejayaan. Walaupun tampak dekil dan sedikit bodoh, Naruto boleh mengalahkan pihak lawan melalui semangat yang kental, teknik mengalih perhatian lawan yang bijak dan nasib baik semata-mata.
Naruto suka bergurau walaupun kadang kala gurauannya mengandungi elemen yang tak lucu. Biasanya, Naruto sering ketawa dan senyum (pada sesetengah ketika, Naruto senyum untuk menyembunyikan masalahnya; hanya mereka yang benar-benar rapat dengannya boleh mengetahui perasaan sebenarnya Naruto). Dari segi luaranya, Naruto hanyalah seorang budak yang tidak menonjol, bising, panas baran, mempunyai jiwa kental dan selalu terlibat dalam masalah.
Salah satu dari pada hobi Naruto ialah berkebun walaupun Naruto tidak dapat membesarkan herbal dari rumpai (disiarkan dalam episode 20). Naruto juga menghadiahi Kakashi Mr. Ukki, tumbuhan pasu yang boleh dilihat di tepi tingkap Kakashi.
Naruto mengunakan Rasengan.
Naruto juga menjadi matang dengan cepat sejajar dengan perkembangan cerita tetapi masih kebudak-budakan dari segi pemilihan aksesori. Pakaian tidurnya selalu diiringi dengan topi malam yang dihiasi sepasang mata dan gigi. uangnya disimpan di dalam dompet hijau berupa katak yang dipanggil Gama-chan.
Naruto suka makan dan mempunyai selera seperti Akimichi Choji. Makanan kegemaran Naruto, ramen seolah-olah bertindak sebagai penghubung antara Naruto dengan siapa yang sudi membayar bil nanti. Dalam banyak episode, dilihat Naruto boleh menghabiskan beberapa mangkuk aneka rasa ramen.

Musang Berekor Sembilan.
Sebagai perumah bagi setan serigala, Kyubi, tubuh dan minda Naruto kadang kala dipengaruh olehnya. Secara fisik, Naruto mempunyai sedikit ciri-ciri Kyubi seperti tanda di pipinya. Matanya juga sipit seperti serigala. Naruto memiliki stamina dan daya pemulihan yang tinggi yang membolehkan Naruto sembuh daripada kecederaan parah dalam sehari dua dan luka kecil dalam beberapa saat. Memandangkan Kyubi telah dikurung dalam Naruto sejak bayi, adalah tidak diketahui sejauh mana personaliti Naruto dipengaruhi oleh Kyubi. Namun, terdapat kemungkinan bahwa Kyubi menyebabkan Naruto sangat nakal dan suka membuat kesal orang lain untuk mendapat perhatian dan untuk tidak mengaku kalah dalam setiap pertarungan.
Tahap cakra Naruto adalah sangat tinggi karena Kyubi. Ebisu pernah menyatakan bahwa daya pengawalan cakra Naruto adalah lemah karena sebagian dari cakranya digunakan untuk membendung cakra Kyubi yang terlalu kuat (cakra Kyubi yang luar biasa ini boleh membahayakan Naruto jika dibebaskan dengan terlalu banyak). Kakashi pula mengatakan bahwa kekuatan kyubi lebih kuat dari kekuatan Naruto sendiri. Maka, Naruto amat sesuai mengendalikan jurus yang memerlukan banyak cakra seperti ‘Teknik Pengagihan Bayang’ (Kage Bunshin no Jutsu). Ninja lain dapat menghasilkan beberapa klon saja dengan sempurna karena jurus ini menghendaki penggunanya membagikan cakranya dengan tepat kepada klon-klon yang dihasilkan, berlainan pula dengan Naruto yang mampu menghasilkan 2000 klon dan pada masa yang sama, membekalkan sejumlah cakra yang mencukupi kepada setiap klon.
Cakra Kyubi selalu menjadi lebih nyata apabila Naruto menghadapi saat-saat genting untuk memastikan Naruto (dan juga Kyubi sendiri) dapat terus hidup. Kemudian nanti, Naruto berupaya menghubungi Kyubi dan meminta cakranya. Hal ini karena Kyubi dikurung dalam badan Naruto, cakranya masih boleh mengalir keluar untuk bersatu dengan cakra Naruto. Tambahan pula, kekuatan cakra Kyubi yang hampir dalam menyebabkan Kyubi merupakan senjata terunggul bagi Naruto dalam pertempuran yang sengit. Apabila Naruto menggunakan cakra Kyubi, ketangkasan dan kekuatannya meningkat secara mendadak. Kadang kecederaannya pulih turut meningkat. Oleh sebab staminanya berlipat ganda, Naruto boleh terus melawan tanpa merasa letih. Naruto biasanya boleh memendamkan cakra Kyubi sebelum transformasi ekor berlaku. Seandainya hal itu terjadi, cakra Kyubi akan menjadi lebih nyata dengan masa. Beberapa boleh dilakukan untuk memendamkan semua cakra Kyubi seperti jampi pengurung Jiraiya atau teknik mengurung Yamato.
Apabila Naruto mula-mula menggunakan cakra Kyubi, Naruto belum mampu mengawalnya menyebabkan kemarahan di dalamnya menguasai minda Naruto. Lama kelamaan, Naruto berupaya mengatasi masalah tersebut. Tetapi, jika emosinya terganggu, Naruto mungkin akan menggunakan lebih banyak cakra menyebabkan Kyubi menguasainya dirinya semula.

Naruto menewaskan Kabuto dengan jurus Rasengan.
Naruto menjadi lebih berkuasa dengan pertambahan bilangan ekor perisai cakra Kyubi ( sebagian hanya bisa dilihat di manga japan). Sehingga ekor yang ketiga, Naruto masih belum ada tetapi tindakannya lebih buas. Dia mula merasakan kesakitan sebagai akibat kekuatan cakra yang terlalu besar. Apabila Naruto mencapai tahap ’empat ekor’, Kyubi mendominasi. Kekuatan Naruto bercampur dengan kekuatan Kyubi. Bagi orang lain yang menyaksikan perubahan ini, Naruto kelihatan seperti mini-Kyubi.
Cakra Kyubi adalah jauh lebih kuat dan bahaya daripada chakra manusia biasa. Apabila Naruto menggunakan cakra Kyubi, tubuh asalnya menjadi kian lemah. Pada peringkat ’empat ekor’, cakra Kyubi terlalu hebat sehingga mampu membakar kulit Naruto menyebabkan darah mengalir dari tiap liang roma. Sementara itu, cakra Kyubi sentiasa memulihkan semua badan rusak Naruto. Kita dicederakan-dan-dipulihkan-semula melemahkan Naruto dan secara alamiah memendekkan jangka hidup Naruto. Wah sedih banget yah, kasihan banget si Naruto. Ada teman-teman yang minta kisah Naruto dan inilah dia, semoga kalian puas. Bersumber dari Wikipedia dan pengalaman saiya sendiri. Tingkiu…!

Minggu, 19 April 2015

fanfic naruhina

perjodohan dan cinta sejati chapter 1Fanfic ini adalah karya dari otak yang saya banggakan selama ini,, jadi kalau ada kesamaan cerita dalam bentuk apapun itu hanya kebetulan saja dan jika ada dari para readers yang sama persis mengalami cerita saya, saya hanya bisa mengucapkan minta maaf karena saya benar – benar tidak tau, toh ide ini dari otak yang paling saya banggakan..
Fanfic ini saya jadikan rated: M karena saya sendiri bingung mau dijadiakan rated apa, tapi walaupun rated: M saya lebih dominan membuat yang romantisnya.
.
.
#_#
.
.
Tanpa banyak bicara lagi mari langsung saja ke cerita. Selamat menikmati semoga para readers tidak bosan membaca fanfic saya.
WARNING : cerita ini OOC, abal, GeJe, berantakan, dan jauh dari kata sempurna.
.
.
#_#
.
.
Disclaimer : Masashi Kishimoto
Saya harap om Kishi mau memberikan Narutonya ke aku,, dengan begitu tidak ada lagi yang tulisan "Disclaimer of asashi Kishimoto"( di gebukin sama om Kishi_ ninja Rokie 12 saling mengeluarkan jurus andalan_ authors dikeroyok_ authors lari terbirit – birit ).
Summary : Bagaimana ceritanya seorang Hinata Hyuuga gadis yang hemat akan kata – katanya ( kayak sasuke_ dicidori sasuke ) berpacaran dengan seorang Naruto Uzumaki cowok playboy kelas kakap. Apakah kisah cintanya berjalan seperti kisah cinta yang semestinya.
.
.
#_#
.
.
Sasuke : "hahaha.."
Naruto : "kenapa kau tertawa teme?"
Sasuke : "tak kusangka seorang pahlawan desa konoha menjadi playboy kelas kakap,, haha…"
Naruto : "biarin, ini kan cerita buatan si authors yang sangat membanggakan ide dari otaknya.. yang penting dia kan penggemar NaruHina.. wekkk.."
Authors : "sayangnya aku bukan fans NaruHina.. ( Sasuke tertawa sambil guling – guling sedangkan Naruto memberikan deathglare andalannya ). Oke oke,, saya mengakui kalau saya penggemar NaruHina dan buat kau sasuke akan aku jadikan seorang cowok yang suka tidur."
Naruto : "hahaha.. mendingan jadi cowok playboy kelas kakap bisa mainin wanita.. kasihan sekali kau teme,,"
Sasuke : "urusai dobe,, akan aku adukan Nana-chan pada om Kishi..
Authors : "bodoh amat! Kau memang milik om Kishi tapi cerita ini sepenuhnya milikku,, week.. *authors meletkan lidah ke arah sasuke*
Hinata : "N..Na..Naruto-kun,,
Naruto : "Eh.. Hinata-chan.. hehe tenang saja, walaupun aku seorang playboy kelas kakap, hati ini hanya untuk kamu Hinata-chan.."
Authors : "kalian semua jangan berisik, nih ceritanya mau mulai..
NaruHina+Sasuke : "oke Nana-chan"
.
.
#_#
.
.
‰ HAPPY READING ‰
Chapter 1
Suasana pagi hari yang sangat cerah di kota Konohagakure. Suasana kota yang tadinya sepi lambat laun mulai ramai. Orang – orang yang tadinya bergelut manja dengan dunia mimpi masing – masing sekarang mulai kembali ke dunia nyata dan beraktivitas kembali. Matahari menggantikan tugas bulan untuk menerangi dunia dengan sinarnya. Burung – burung bernyanyi dengan merdu di atas hamparan langit biru. Terlihat seorang gadis termenung di bangku taman sekolah. Ya, dialah Hinata Hyuuga seorang atlet karate yang telah mendapatkan sabuk hijau. Tak jauh dari tempat Hinata duduk, seorang gadis yang gayanya lebih feminim menghampirinya.
.
#_#
.
"Pagi Hinata-chan," sapa sang gadis.
"Hn"
"Seperti biasa, kau selalu dingin," kata gadis itu cemberut.
Hinata Hyuuga yang sering dipanggil Hinata oleh semua teman – temannya pergi begitu saja meninggalkan sang gadis. Beberapa langkah Hinata berjalan, gadis tadi bertanya, "Mau kemana?"
"Klub"
"Boleh ikut?" tanya dan harap gadis itu.
"Terserah"
"Huwaaa... terima kasih Hinata-chan," ujar sang gadis sambil memeluk Hinata.
"Lepaskan aku Saku-chan," kata Hinata dingin sambil melepaskan pelukan maut yang Sakura berikan.
.
#_#
.
Gadis yang bersama Hinata bernama Haruno Sakura. Saku-chan adalah panggilan dari sahabatnya sedangkan Sakura panggilan untuk teman – temannya. Dia seorang gadis yang terlahir dari keluarga kalangan bawah. Sakuralah sahabat karib Hinata semenjak kelas IV SD. Mereka sekarang telah menduduki kelas XII awal pelajaran baru. Mereka bersekolah di SMAN 8 Konoha High School. Sekolah tersebut adalah sekolah favorit yang ada di kota Konohagakure dan bisa dibayangkan para siswa – siswi yang belajar disekolah ini adalah anak dari kalangan atas. Sakura bisa masuk ke sekolah ini karena mendapatkan beasiswa.
.
#_#
.
Mereka berjalan beriringan melewati koridor sekolah menuju klub karate. Hinata melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul 7.15 am. Hal ini membuat sang pemilik jam tangan menghentikan langkahnya.
"Kenapa?" tanya Sakura yang bingung melihat tingkah sahabatnya.
"Kembali," jawab Hinata dengan nada dingin.
.
#_#
.
Tanpa menghiraukan sahabatnya yang bingung dengan tingkahnya, Hinata berbalik berjalan berlawanan arah dengan arah menuju klub. Sakura mengikuti langkah sahabatnya. Tak lama melangkah, Hinata kembali menghetikan langkahnya dan hal itu membuat sahabatnya mendesah dan berkata, "Sekarang apa lagi?"
.
#_#
.
"Kyaaa.. Naruto seeennnpaaaaai!" teriak histeris para siswi SMAN 8 Konoha High School.
"Lihatlah kemari senpai! Berikan senyuman manis senpai itu kepada kami!" kata segerombolan para siswi itu.
.
#_#
.
Dialah Naruto Uzumaki pangeran semua siswi SMAN 8 Konoha High School. Naruto anak seorang Namikaze Minato yang mempunyai perusahaan Namikaze Crop terkaya kedua setelah Hyuuga Crop di seluruh dunia. Naruto sendiri adalah pewaris tunggal dari Namikaze Crop. Kedua perusahaan tersebut saling memperebutkan saham terbanyak. Naruto tumbuh menjadi seorang pemuda yang memiliki wajah tampan dan senyumannya yang mempesona membuat dia menjadi idola. Mendengar dirinya dipanggil, Naruto menoleh ke arah gerombolan siswi tadi yang memanggilnya dan memberikan senyuman palsu. Gerombolan tersebut menganggap itu adalah senyuman yang paling manis. Tanpa perlu dijawab, Sakura sudah tahu alasan Hinata menghentikan langkahnya. Melihat semua itu, Hinata hanya dapat menghela nafas panjang bertanda dia bosan melihat pemandangan yang setiap hari di tontonnya.
.
#_#
.
"Kau tau kelas kita dimana?" Tanya Hinata dengan nada lembut.
"Huwaaa.. ka..kau jangan berubah drastis gitu dong?" Sakura yang terkejut akan perubahan sifat sahabatnya.
"Terserah," jawab Hinata kembali memasang wajah dinginnya.
"Kalau boleh jujur aku sangat merindukan sifatmu yang lemah lembut itu. Aku yakin sebenarnya dalam dirimu masih tertanam sifat itu. Tapi kau tak pernah mengakuinya dan selalu menghindar dari kenyataan semenjak kau mengalami peristiwa itu, apa kau.…" kata – kata Sakura terpotong dengan perkataan Hinata yang membuatnya tertegun.
"Bersabarlah! Aku akan kembali seperti dulu lagi. Tapi kau tau kan, betapa beratnya aku melupakan peristiwa itu. Aku berjanji suatu saat akan kembali seperti dulu."
"Aku mengerti. Aku akan selalu ada untuk membantumu melupakan peristiwa itu. Tapi, kayaknya kita harus segera ke kelas deh. Bel akan berbunyi sekitar 20 menit lagi dan aku tak menjamin akan selancar yang kita pikirkan untuk melewati mereka." ujar Sakura.
"Dimana?" tanya Hinata dengan nada dingin.
"Ikut saja!" jawab dan ajak Sakura.
"…." Hinata tak beranjak dari tempat berdirinya.
"Ayolah Hinata, ikuti saja.. aku tak akan berbuat yang macam – macam kok,,"ujar Sakura genit _ di shannaro sama Sakura+di chidori sama Sasuke.
"…."
"Oke..oke.. tahun ini kita berada di kelas IPA-1" ujar Sakura pasrah.
.
#_#
.
Setelah mendengar jawaban dari Sakura, Hinata segera melangkah menuju ke ruang kelas IPA-1. Sakura yang ditinggal begitu saja hanya dapat menghela nafas dan mengikuti Hinata dari belakang. Tidak ada pilihan lain, mereka berdua harus dan wajib menerobos gerombolan para siswi itu agar segera tiba di kelas. Kelas mereka berada di lantai paling atas tepatnya di lantai 3. Para siswi yang menyadari dua orang gadis melangkah menuju mereka segera memberi jalan, layaknya memberi jalan pada seorang putri. Hal itu membuat Hinata menyeringai pastinya tanpa ada yang mengetahui. Naruto yang juga menyadari akan kehadiran dua sosok gadis itu menyeringai nakal tepatnya kepada Hinata. Hinata yang menyadari seringaian itu tetap melangkahkan kakinya tanpa ada rasa takut sedikitpun. Setelah sampai di samping Naruto, Hinata menghentikan langkahnya. Naruto yang menyadari bahwa Hinata menghentikan langkahnya tepat disampingnya menghadapkan badannya ke arah Hinata.
"…." Naruto diam.
"…." Hinata diam juga.
"…." Sakurapun diam.
.
#_#
.
Secara perlahan – lahan Naruto ,mendekatkan wajahnya kepada Hinata. Hinata yang menyadari hal tersebut tenang – tenang saja bahkan memberikan tatapan apa-maumu-playboy. Naruto yang menyadari hal itu membalas tatapan lihat-saja-nanti. Wajah mereka semakin lama semakin dekat bahkan baik Hinata maupun Naruto dapat merasakan nafas masing – masing lawan jenis. Jarak antara wajah mereka tinggal tinggal beberapa centi lagi, Hinata mengepalkan tangannya bersiap akan hal yang akan terjadi nantinya. Semua yang melihat adegan tersebut dan menantikan lanjutannya hanya dapat membayangkan seandainya mereka semua berada dalam posisi Hinata tapi, tidak semuanya yang membayangkan hal tersebut. Buktinya seorang gadis yang berambut merah muda dan bermata Emerland membayangkan akan terjadinya perang dunia ke-4. Ya, dialah Sakura sahabat Hinata. Setelah merasa cukup dengn jarak yang Naruto tentukan, dia bersiap untuk memulai aksinya. Wajah Naruto yang sekarang berada tepat di telinga Hinata menyeringai menggoda dan berkata, "Selamat pagi Hime!"
Semua yang mendengar sapaan tersebut hanya bisa melongo apalagi Sakura.

fanfic naruhina Charaptr 13

Charaptr 13

"Kau tak akan ku ampuni, Madara." desis Sasuke yang saat ini tengah
berada tepat di belakang tubuh Madara, bersiap menebaskan pedangnya
kepada Madara.

"Terimakasih." jawab Madara yang tiba-tiba telah berpindah di samping
Sasuke dan dengan keras langsung menghantam Sasuke hingga terpental
beberapa puluh meter.

"Sialan." gumam Sasuke sembari menyapu dengan kasar darah yang merembes
keluar dari ujung bibirnya. Kedua tangannya terkepal dengan erat menahan
emosi yang sejak tadi terus meluap-luap dalam dirinya. Entahlah, rasanya
sangat menyakitkan. Mengetahui satu-satunya orang yang berhasil
menyadarkanmu dari kegelapan mati begitu saja di depan matamu, apa yang
akan kau lakukan?

Sedetik kemudian, muncul sebuah tangan raksasa dari tubuh Sasuke yang
langsung melemparkan api hitamnya kepada Madara. Bahkan hingga api hitam
itu melahap tubuhnya, Madara tak bergeming sama sekali.

Sasuke bukanlah ninja bodoh yang akan mengira Madara akan mati hanya
dengan terbakar 'api abadi' milik klan Uchiha itu. Dengan mata merahnya,
ia terus mengawasi kobaran api hitam yang –sepertinya- tengah melahap
tubuh Madara.

"Apa yang kau perhatikan, Sasuke?" bagai sebuah bisikan setan, saat
Sasuke menolehkan kepalanya kesamping, ia tidak menemukan siapapun.
Sejenak kemudian, matanya kembali tertuju pada kobaran api hitam di
depannya. 'Tetap tak ada pergerakan.' batin Sasuke.

"Sasuke-kun! Awas! Diatasmu!" teriakan Sakura samar-samar terdengar di
gendang telinga Sasuke, membuat Sasuke refleks menengadahkan kepalanya
keatas.

"Sial." gumam Sasuke saat melihat sebuah Chibakku Tensei dengan api di
sekitarnya tengah jatuh tepat di atasnya. Ia sungguh tidak punya pilihan
lain. Ia bisa saja menghindar. Tapi bagaimana dengan mayat Naruto yang
ada di dasar laut? Ia tidak yakin mayat itu akan tetap utuh setelah
tertimpa Chibakku Tensei sialan ini. Paling tidak, ia ingin memakamkan
mayat sahabat terbaiknya itu sebagai tanda penghormatan terakhir.

Beberapa meter lagi dan tubuh Sasuke akan hancur terkena 'meteor' buatan
Madara itu. Dan di detik berikutnya, Sasuke kembali menunjukkan kelasnya
sebagai Anbu terkuat dengan menghentikan laju 'meteor' itu dengan
Susano'o miliknya. Dan walaupun untuk kelas Kage sekalipun, menahan
Chibakku Tensei seorang diri pasti akan sangat menyusahkan, bahkan
hampir tidak mungkin.

'Ini demi Naruto' batin Sasuke sembari mengumpulkan Chakra, bersiap
menghancurkan 'meteor' itu dengan satu hentakan dari Susano'o miliknya.

"Kerja yang bagus, Sasuke."

Dan mata Sasuke pun sukses membulat saat menyadari Madara telah ada di
belakangnya. Sasuke berniat membalikkan tubuhnya sebelum…

/*BLLAAAARRRR*/

Tiba-tiba saja, sebuah cahaya hitam pekat muncul dari dalam laut dan
terus menjulang ke langit bersamaan dengan bunyi ledakkan yang
memekakkan telinga.

Perlahan tapi pasti, sesosok manusia dengan jubah chakra hitam dan
sebuah tanda berbentuk koma yang melingkar dari bahu kanan ke bahu
kirinya, melayang dari dalam laut.

Matanya yang semula terpejam, perlahan mulai terbuka, menampakkan
sepasang mata legendaris yang langsung membuat Sasuke membulatkan
matanya. Tak hanya itu, rambut kuningnya yang berkibar semakin membuat
Sasuke yakin bahwa sosok yang tengah melayang itu adalah sahabat
terbaiknya, Uzumaki Naruto.

"Wow, masih belum mati rupanya. Rokudaime-sama memang hebat." ujar
Madara dengan nada sedikit mengejek saat melihat sosok Naruto di
depannya. Ia menurunkan kunai yang tadinya ia arahkan ke leher Sasuke,
dan mulai berjalan ke arah Naruto yang terlihat 'berbeda'.

Tak seperti yang Sasuke kira, Naruto sama sekali tak menampakkan emosi
apapun saat melihat sekelilingnya. Bahkan ia –Naruto- tak mempedulikan
Madara yang terus berjalan mendekat ke arahnya. 'Tidak, ia bukan
Naruto.' batin Sasuke yakin saat melihat tatapan kosong yang Naruto
berikan kepada Hinata. Seorang Uzumaki Naruto tak akan pernah memberikan
tatapan kosong kepada orang yang ia cintai, dalam kondisi apapun. Itu
yang diketahui Sasuke.

"Kau harus memperhatikan orang yang sedang berbicara, Uzumaki-san."
gumam Madara saat menyadari bahwa dirinya sama sekali tak dianggap
keberadaannya oleh Naruto.

"Cih," setelah mendecih kesal, Madara pun langsung membentuk segel
dengan kedua telapak tangannya dan tanpa ba-bi-bu lagi, ia menyemburkan
api dengan intensitas yang sangat banyak dan jangkauan yang luar biasa
ke arah Naruto yang hanya memberinya tatapan kosong.

/*BLAAAARRRR*/

Belum selesai Madara menyemburkan apinya, tubuh Naruto kembali
meledakkan Chakra hitam dengan sangat dahsyat hingga melemparkan segala
yang ada di sekitarnya. Air, udara, awan, semuanya. Termasuk teman-temannya.

"Grrrooaaaarrrgghhh… !"

Dan sebelum tubuhnya terpental jauh, Sasuke berani bersumpah melihat
bayang-bayang sosok raksasa bermata satu, bergigi runcing, dan… berekor
sepuluh. Tersenyum sinis tepat di belakang tubuh Naruto.

.

.

.

Natsu D. Luffy

.

.

.

"Laporan cuaca hari ini. Diperkirakan malam ini akan ada badai besar
yang menghantam kota Tokyo. Dilaporkan bahwa badai ini adalah badai
kiriman dari laut sekitar Amerika yang dilaporkan sedang terjadi Tsunami
besar. Untuk keamanan, dimohon untuk tidak keluar rumah malam ini dan
kunci seluruh jendela dan pintu rumah anda."

/*Ctek*/

"Hah~ Membosankan~ Masa' malam minggu malah badai sih~ Gak jadi ke rumah
Hinata-chan deh." gumam Namikaze Naruto sembari menguap lebar di sofa
empuknya. Sesekali matanya menatap gelisah keluar rumah melalui jendela
kaca yang belum ia tutup. Entah kenapa, perasaannya menjadi tidak enak.

'Semoga tidak terjadi apa-apa dengan Uzumaki itu.' Batinnya sembari
memejamkan mata.

"Eeeehh? Uzumaki? Kenapa tiba-tiba aku jadi kepikiran dia? Tidaaaakkk… !
Aku bukan Gay… !" jerit Namikaze Naruto histeris sembari berlari menaiki
tangga menuju ke kamarnya.

Belum sampai di kamarnya, langkahnya tiba-tiba terhenti.

"Tunggu dulu, sepertinya aku pernah mendengar nama itu dari Kaa-san."
gumam Namikaze Naruto dengan pose berpikir a la detektif.

"APAAA! UZUMAKI NARUTOOO?"

.

.

.

Natsu D. Luffy

.

.

.

"U-Ukh…" sedikit merasa pusing, Naruto membuka matanya perlahan, mencoba
mengatasi sedikit rasa pusingnya. Untungnya, kondisi sekitar yang memang
lumayan gelap membantunya untuk cepat menyesuaikan retina matanya dengan
cahaya yang diterima.

"Ah, tanganku?" gumam Naruto saat sadar bahwa tangannya tidak bisa ia
gerakkan, seperti tertahan sesuatu.

"Rantai Chakra?" tanya Naruto lebih kepada dirinya sendiri saat melihat
rantai Chakra berwarna hitam yang menahan pergerakan kaki dan tangannya.
Dengan posisinya sekarang, -tangan dan kaki membentang ke samping-
Naruto tak mungkin bisa melepaskan diri dengan membentuk beberapa segel
jutsu miliknya.

Sejenak, ia memejamkan matanya, berusaha mengingat kembali rentetan
kejadian yang dialaminya hingga sampai ke tempat aneh ini. Ah, ya, ia
tadi bertarung dengan Madara dari masa depan dan…

Teman-teman!

"Kau sudah sadar, Naruto?" sebuah suara asing menginterupsi Naruto dari
pemikirannya.

"Siapa di sana?" seru Naruto dengan nada tinggi. Mode Sage miliknya
segera aktif, meningkatkan refleksnya akan bahaya. Mata Sage miliknya
memandang dengan tajam ke sebuah sudut yang entah kenapa lebih gelap
dari yang lain.

"Apa kau sudah melupakan kami?" balas suara asing itu.

Mata Naruto membulat seketika saat melihat sesosok makhluk hitam besar
bermata satu dengan sepuluh ekor di belakangnya. Mata Sage itu kini
berganti menjadi mata legendaries milik Rikudo-Sannin. Mata yang belum
lama ini berhasil ia dapatkan dari pertarungannya dengan Madara.

"Khekhekhe, mata itu mengingatkanku pada kakek Rikudo."

"Siapa kau?" Naruto semakin berontak, berusaha merusak rantai chakra
yang menahannya.

"Shukaku, Matatabi, Isonade, Son Goku, Kokou, Saiken, Choumei, Ushioni…
Kurama."

"Ap-apa maksudmu?" ucap dengan sedikit tergagap. Apa maksud makhluk itu?
Menyebutkan seluruh nama Bijuu?

"Ini kami, Naruto. Mungkin nama tadi terlalu panjang. Kau bisa memanggil
kami Juubi."

"Jadi, ini wujud utuh Sembilan Bijuu?" tanya Naruto dengan nada kagum.
Ia tidak menyangka wujud legendaries kesembilan Bijuu akan terlihat
begitu mengerikan… dan keren.

"Ya, seperti yang kau lihat."

"Jadi, apa kalian bisa jelaskan kenapa aku dirantai?" sedikit heran,
Naruto akhirnya bertanya dengan nada penasaran.

"Oh, itu hanya sedikit permainan, Naruto. Kau tahu, sudah lebih dari
3000 tahun kami tidak bermain-main dan hanya berdiam diri di dasar laut
kelam ini."

"Baiklah, aku mengerti itu. Jadi, kapan kita hajar Uchiha tua itu?"

.

.

.

Natsu D. Luffy

.

.

.

"Ck," sedikit berdecak kesal, Madara kembali berdiri setelah terlempar
beberapa ratus meter karena ledakan chakra barusan. "Sepertinya ini Saat
yang tepat untuk mencoba kekuatan baru, eh?" gumam Madara sembari
memejamkan matanya, bermeditasi. Memasuki alam bawah sadarnya dan
memaksa Kyuubi untuk mengeluarkan Chakranya.

"Ah, ini dia." Madara menyeringai saat tubuhnya telah terbungkus oleh
Chakra berwarna kemerahan dengan kuku dan rambutnya yang semakin memanjang.

'Pertumbuhan selku menjadi lebih cepat,eh?' batin Madara sembari
memperhatikan kondisi tubuhnya. Luka lecetnya sembuh seketika, kuku dan
rambutpun tumbuh memanjang.

/*Zashh*/

Dengan sekejap, Madara telah berada di hadapan sosok Naruto yang masih
menampakkan tatapan kosong.

"Sekarang giliranku, Uzumaki-san."

Dengan sekuat tenaga, Madara memukul Naruto yang masih membisu ke dasar
laut hingga menimbulkan ledakan di dasar sana.

"Aku tahu kau belum mati, Uzumaki-san."

Kembali, ledakan Chakra kembali muncul dari dasar laut hingga membelah
langit kelabu di atas sana.

Perlahan tapi pasti, sosok Naruto kembali melayang ke permukaan. Tapi
kali ini ada yang berbeda. Apa? Tunggu dulu, itu dia! Cengiran rubah
yang entah sejak kapan telah bertengger di tempatnya biasa berada.

"Kau butuh lebih dari itu, kakek tua." ucap sosok Naruto dengan nada
meremehkan. Mata hitamnya menatap Madara dengan pandangan sinis.

"Jadi, sekarang kau sudah tidak bisu lagi? Tapi itu tidak akan membantu
apapun, kau tahu." desis Madara yang entah sejak kapan telah berada di
belakang Naruto dengan telapak tangan mengarah tepat ke arah Naruto.

Bijuu Bomb berukuran jumbo keluar dari telapak tangan Madara dan melesat
menuju Naruto.

"Wow, Bijuu Bomb. Lumayan." gumam sosok Naruto sembari membalikkan badan
dengan santai ke arah Madara.

Setelah Bijuu Bomb itu hanya berjarak kurang dari 10 meter dari tempat
Naruto berdiri, Naruto segera mengarahkan telapak tangannya kedepan,
membentuk perisai Chakra tak kasat mata.

/*Psssshhh*/

Bijuu Bomb milik Madara menguap begitu saja bagaikan asap saat
berbenturan dengan perisai Chakra milik Naruto.

"B-ba-bagaimana bisa?" ujar Madara dengan mata terbelalak kaget dan
keringat dingin yang mengucur deras di dahinya.

"B-bijuu b-bomb… Menjadi as-asap?" ujarnya kembali sembari melayang
turun dan melangkah mundur.

"Baiklah, laut ini terlalu luas untuk kita berdua, bukan?" seru Naruto
dengan cengiran khas miliknya.

"Kagebunshin no Jutsu!" dan muncullah empat Naruto lainnya dengan
kondisi yang sama dengan yang aslinya ; diselimuti chakra hitam dan
bermata hitam legam dengan seringai mengerikan.

Dengan kecepatan yang tidak bisa dipercaya, keempat bunshin itu segera
mengepung Madara, disusul dengan Naruto yang melayang di atasnya.

Keringat dingin semakin mengucur deras dari tubuh Madara kala Chakra
Kyuubi miliknya perlahan menghilang.

'Sial, aku belum menguasai sepenuhnya kekuatan Kyuubi.' batin Madara.

"Baiklah kakek tua, sekarang yang menjadi pertanyaan adalah…" Naruto
memberi jeda di kalimatnya sebelum menyeringai penuh dendam kepada Madara.

"… Kau ingin mati dengan tubuh utuh atau tidak?" lanjut para bunshin
Naruto sembari memperlihatkan wujud siluman ekor sepuluh seutuhnya.

.

.

.

Natsu D. Luffy

.

.

.

"U-ugh…" Hinata mengerang kecil saat terbangun sesaat setelah terlempar
karena ledakan Chakra tadi. Dapat dilihatnya Sakura dan Sasuke yang
masih mengambang di sekitarnya.

DEG

'Uh, apa ini?' batin Hinata saat merasakan luapan Chakra tak terhingga.
Mungkinkah ini berasal dari… 'Naruto-kun?'

Iris mata lavender itu menatap lurus ke depan, tepat ke arah luapan
Chakra itu berasal. Mata Hinata membulat seketika saat melihat sosok
hitam raksasa yang tengah mengerubungi sosok Susano'o milik Madara yang
terlihat kecil. Mata Hinata kembali membulat saat ia menyadari sosok
yang melayang di atas medan perang itu.

Naruto yang Hinata lihat saat itu, entah kenapa, walaupun terlihat
menyeramkan dan tak berperasaan, tapi Hinata yakin itu adalah Narutonya.
"Aku percaya padamu, Naruto-kun." lirih Hinata.

"Hey, Hinata." ucap seseorang mengagetkan Hinata dari lamunannya.

"Shion-chan?" seru Hinata tidak percaya saat melihat sosok Shion yang
tengah tersenyum di hadapannya.

"Bagaimana kau bisa berada disini?" tanya Hinata dengan nada penasaran.

"Akh, itu bukan hal penting, Hinata-chan. Aku kesini hanya untuk…
melihat." jawab Shion sembari mengalihkan pandangannya ke arah medan perang.

"Kau tahu? Ini sudah melenceng dari takdir. Seharusnya, sekarang
Naruto-kun dan Madara-sialan itu sudah mati." lanjut Shion.

"Tapi kali ini sepertinya Naruto-kun berhasil membuktikan bahwa takdir
bukanlah sebuah titik acuan. Ya, untuk kedua kalinya." pandangan Shion
kembali melembut saat mengatakan kalimat itu.

Sedangkan Hinata, ia hanya memandang Shion dan medan tempur secara
bergantian. Walau tidak dikatakan, Hinata tahu apa yang dimaksud Shion
dengan mengubah takdir untuk kedua kalinya.

"Dan sekarang, aku ingin melihat bagaimana Naruto-kun akan membuatku
jatuh cinta untuk kedua kalinya." lanjut Shion diiringi senyuman manisnya.

Hinata sedikit kaget mendengar pengakuan Shion barusan. Tapi toh
nyatanya ia juga turut tersenyum manis.

"Ya, aku juga." balas Hinata.

"Setelah ini berakhir, aku mungkin akan menghilang dari dunia ini dan
kembali ke tempat leluhurku untuk menanti tugas selanjutnya. Jadi,
Hinata, apakah kau mengijinkanku untuk terus mencintai Naruto-kun?"
tanya Shion dengan senyum getir.

"Tentu saja, Shion-chan. Perasaan cinta bukanlah sesuatu yang bisa
dilarang." jawab Hinata sembari tersenyum lembut ke arah Shion, membuat
Shion yakin akan wanita pilihan Naruto ini.

Menjelang matahari yang akan tenggelam, kedua gadis beriris lavender itu
menyaksikan pertempuran akhir dari penentuan nasib dunia. Juga penentuan
takdir yang telah diubah. Ya, mereka mungkin akan menjadi saksi
kemenangan kedua seorang Uzumaki Naruto dari seorang Uchiha Madara. Dan
memang itulah yang kita harapkan.

Berjuanglah, Naruto!

.

.

.

.

*tamat*

fanfic naruhina Charapter 12

Charapter 12

"Akhirnya kau datang juga, Dobe." Ujar Sasuke saat melihat sosok Naruto
yang tiba-tiba datang dan berada di samping Hinata sambil memegang kunai
bermata tiga yang tadinya di pegang Hinata.

"Eh? Kau kusut sekali, Naruto?" Tanya Sakura saat melihat penampilan
Naruto yang memang bisa di bilang acak-acakan.

"Ah ya! Kalian harus tahu ini! 'Sasuke' sekarang sudah bisa menggunakan
Eternal Mangekyo Sharingan!" seru Naruto tiba-tiba, mengacuhkan
pertanyaan dari Sakura.

Sejenak, Sakura dan Hinata membulatkan mata mereka mendengar kata-kata
dari Naruto. Sedangkan Sasuke, ia hanya memejamkan matanya santai
seperti baru saja mendengar hal yang telah ia duga sebelumnya.

"Mereka datang." Gumam Sasuke seraya membuka matanya dan menampakkan
Eternal Mangekyo Sharingan miliknya yang sudah dalam mode aktif.

Sejenak kemudian, beberapa meter dari hadapan Naruto dan teman-temannya,
muncul sebuah pusaran kecil di udara. Pusaran itu terus berputar hingga
perlahan menampakkan sosok Madara dan 'Sasuke' yang muncul dari dalamnya.

Setelah berhasil meapakkan kakinya di atas Segitiga Bermuda, Madara
sejenak memperhatikan sekeliling. 'Memilih tempat yang jauh dari
kehidupan?' batin Madara sembari kembali menghadap ke depan, menghadap
ke arah Naruto.

Sejenak, 'Sasuke' membulatkan matanya saat melihat sosok yang sangat
mirip dengan dirinya, lengkap dengan Eternal Mangekyo Sharingan yang di
gunakannya. Tetapi sejurus kemudian, wajah kagetnya segera tergantikan
dengan seringai licik yang terpampang dengan jelas di wajah tampannya.

"Jadi kau kesini untuk mencari bantuan, Dobe?" ucap 'Sasuke' sambil
menatap sinis kepada Naruto dan Sasuke secara bergantian.

"Tidak ada yang boleh memanggil Hokage kami dengan sebutan Dobe kecuali
aku." Balas Sasuke yang tiba-tiba saja langsung melangkah maju,
menghalangi langkah Naruto yang tadinya akan maju menghadapi 'Sasuke'.

Mendengar itu, seringai di wajah 'Sasuke' semakin lebar. "Oh ya? Dan ku
rasa juga tidak ada yang boleh menggunakan mata Sharingan kecuali Uchiha
asli. Bukan begitu, Uchiha palsu?" balas 'Sasuke' yang kini juga
melangkah maju di depan Madara.

Mendengar itu, bukannya marah, Sasuke malah langsung menyeringai
meremehkan. "Siapa yang kau sebut Uchiha palsu… ? Citcitku…" ujar Sasuke
sambil terus menyeringai meremehkan.

Mendengar itu, 'Sasuke' menjadi geram sendiri. Seenaknya saja dia
menyebutnya sebagai citcitnya! "Seenaknya saja kau mengaku sebagai
buyutku, Brengsek!" seru 'Sasuke' yang mulai kehilangan kesabaran.

"Hati-hati, Dobe." Gumam Sasuke sembari melesat menjauhi Naruto dan yang
lainnya.

"Brengsek! Mau kabur kemana kau?" seru 'Sasuke' sembari melesat
mengikuti Sasuke yang telah melesat jauh di depannya.

.

.

Sepeninggal kedua Uchiha itu, suasana di 'medan tempur' tak berubah sama
sekali. Tetap sepi… dan mencekam.

"Jadi? Satu lawan satu?" ujar Madara memecah kesunyian.

"Hinata-chan, Sakura-chan, sebaiknya kalian menjauh dari sini. Sebaiknya
kalian mengawasi Sasuke, aku khawatir dengannya." Ucap Naruto
mengacuhkan Madara.

"T-Tapi, N-Naruto-kun bagaimana?" balas Hinata sambil menatap khawatir
punggung Naruto.

"Tenang saja, Hime. Setelah masalah ini selesai, aku berjanji akan
segera menemuimu." Ujar Naruto menenangkan Hinata. 'Walau mungkin hanya
dengan ruh-ku, aku berjanji akan menemuimu.' Lanjut Naruto dalam hati.

"H-Hati-hati, Naruto-kun, a-aku akan menunggumu." Ucap Hinata seraya
melesat pergi bersama Sakura.

"Apa ada orang disini?" seru Madara memecah kesunyian yang sempat
terjadi sepeninggal Hinata dan Sakura.

Sejenak, Naruto memejamkan matanya, berusaha berkonsentrasi dan
mengacuhkan seruan Madara. Perlahan, tubuh Naruto diselimuti chakra
kuning terang diikuti beberapa segel yang terbentuk di tubuh Naruto. Dan
saat Naruto membuka matanya, ternyata permata biru miliknya telah
digantikan dengan pusaran kehidupan dan kematian Rinnegan.

Sejenak, Madara membulatkan matanya. Ia tidak menyangka, ternyata di
usia semuda ini, sang Rokudaime telah menguasai chakra Kyuubi dan mata
Rinnegan. 'Sepertinya ini akan sedikit merepotkan.' Batin Madara sembari
memejamkan matanya. Sesaat kemudian, mata Sharingan milik Madara telah
tergantikan dengan mata Rinnegan merah dengan Sembilan tomoe di sekitarnya.

Kini, giliran Naruto yang membulatkan matanya. Ternyata benar kata
Sasuke, Madara ini sepertinya akan lebih merepotkan disbanding Madara di
dunia shinobi.

"Jadi, kapan kita akan mu-" belum sempat Madara menyelesaikan
kata-katanya, tiba-tiba saja Naruto telah muncul di hadapannya dengan
gumpalan chakra hitam padat di tangannya.

*PLARRR* "Sialan, dia lolos." Gumam Naruto sambil menatap sekeliling.
Bijuu Bomb yang tadi sempat ia lancarkan masuk begitu saja ke dalam
Segitiga Bermuda yang kelam.

"Sial!" umpat Naruto saat tiba-tiba melihat sebuah benda berukuran
seperti meteor yang melesat dengan kecepatan luar biasa dan api
disekitarnya dari arah atas. Kini Naruto di hadapkan dengan dua pilihan.
Pertama, menghindar dan membiarkan banyak makhluk laut yang akan mati.
Kedua, menghancurkan benda berbentuk meteor itu dan membiarkan
pertahanannya terbuka.

Setelah mengambil keputusan, Naruto pun melompat ke atas dan segera
membentuk Bijuu Bomb dengan 9 ekor yang tiba-tiba saja muncul dari
belakang tubuhnya. Awalnya ukuran Bijuu Bomb itu hanya sebesar bola
basket, tapi setelah Naruto melihat bahwa ternyata di belakang 'meteor'
tadi masih ada dua benda serupa, ia segera memperbesar ukuran Bijuu Bomb
miliknya menjadi lebih besar dari tubuhnya sendiri.

Setelah cukup dekat, Naruto 9 ekor milik Naruto langsung memanjang dan
menghantamkan Bijuu Bomb yang berada di tengah-tengahnya ke arah
'meteor' itu datang.

*DDUUAARR*

*DDUUAARR*

Dua 'meteor' sukses di hancurkan oleh Bijuu Bomb milik Naruto. Dan
sekaran, tinggal menghancurkan 'meteor' ketiga.

Naruto tengah bersiap kembali mendorong Bijuu Bomb miliknya ketika
tiba-tiba saja sebuah bola api raksasa datang dari arah sampingnya. Ya,
bola api dengan ukuran melebihi meteor barusan.

Dengan cepat Naruto mengambil keputusan untuk melemparkan Bijuu Bomb
miliknya ke arah 'meteor' ketiga, dan dengan cepat segera menghindar
agar tidak terkena bola api raksasa itu.

Namun naas bagi Naruto, di saat ia bersiap berbalik dan menghindar,
tiba-tiba saja tujuh bola api lainnya dengan ukuran yang sama dengan
yang pertama, muncul dari berbagai arah. Dan sekarang, jadilah Naruto
terperangkap antara delapan bola api raksasa yang semakin mendekat.
Bahkan dari jarak yang masih cukup jauh ini, ia bisa merasakan betapa
panasnya bola api itu.

Jika Naruto menghindar ke atas, ia akan terkena ledakan dari Bijuu
Bombnya sendii, jadi, satu-satunya pilihan adalah segera menghindar ke
bawah. 'Ya, menghindar ke bawah!'

Dengan segera, Naruto menundukkan kepalanya ke bawah, memastikan tidak
ada halangan apapun yang akan menghadangnya di bawah. Namun seketika itu
juga, mata Naruto terbelalak sempurna saat melihat sosok Madara yang
tengah menyeringai di bawah sana.

'Kuso!' umpat Naruto dalam hati. Sial, ia tidak menyangka ini akan
berakhir secepat ini. Seandainya saja Madara tidak ada di bawah sana-
tunggu! Sejenak, Naruto menyeringai diikuti tangannya yang segera
membentuk sebuah Rasengan Shuriken.

Bola api kian mendekat ke arah Naruto, siap memanggangnya kapan saja.
Naruto kini tengah bersiap menukik ke bawah, menghindari jangkauan bola
api raksasa itu dan menyerang Madara dengan Rasengan Shuriken.

Namun sekali lagi, Naruto harus mengurungkan niatnya karena…
"Arrrggghhh… !" pekik Naruto keras saat tiba-tiba saja dirinya dilahap
oleh api hitam dan… *BBLLAAARRRRRR* kedelapan bola api raksasa itupun
saling bertabrakan, atau tepatnya menabrak Naruto yang tengah dilalap
api hitam secara bersamaan.

"Mudah sekali." Gumam Madara sambil tersenyum penuh kemenangan saat
melihat sosok hangus Naruto yang entah bernyawa atau tidak tepat di
cengkraman tangannya.

.

.

.

'Naruto!' batin Sasuke kaget saat barusan ia mendengar jeritan yang
sepertinya tidak asing lagi di matanya. Pikiran burukpun segera
menghampiri Sasuke. Kemudian, pemikiran buruk itu semakin di perkuat
dengan fakta… Sasuke tidak lagi merasakan Chakra Naruto!

"Wah, wa, wah… Sepertinya si Dobe sudah 'pulang' ke Neraka duluan ya?
Tenang saja, kau juga akan segera menyusulnya." Ucap 'Sasuke' yang baru
saja datang di hadapan Sasuke.

Mendengar itu, Sasuke hanya bisa mendecih kesal sambil bersiap menyerang
sosok kembaran di depannya itu. 'Aku percaya kau tidak akan mati semudah
itu, Dobe.' Batin Sasuke sembari melesat menyerang 'Sasuke' di depannya.

"Chidori!"

*DUAR*

'Sasuke' yang belum siap, akhirnya hanya bisa menyesali kebodohannya
saat dirinya terlempar oleh jutsu milik Sasuke.

'Ugh. Sial! Lumayan juga, dia!' batin 'Sasuke' sembari mencoba
menegakkan kembali tubuhnya yang tadi sempat terpental beberapa puluh meter.

Belum sempat menyeimbangkan tubuhnya, tiba-tiba saja Sasuke muncul di
depannya dengan membawa pedang Kusanagi yang siap menebas kepalanya
andai saja ia tidak segera membakar tubuh Sasuke dengan api hitam miliknya.

Melihat sosok Sasuke yang tak kunjung keluar dari tengah kobaran api
hitam miliknya, 'Sasuke' pun menyeringai puas sembari berbalik, bersiap
pergi menghabisi sosok gadis berambut merah muda yang ia ketahui berada
tak jauh dari tempatnya saat ini.

*BLAR*

Tiba-tiba saja, terdengar suara seperti ledakan yang memaksa 'Sasuke'
untuk membalikkan badannya. Sejenak, 'Sasuke' terbelalak saat melihat
sosok Sasuke dengan sosok raksasa Susano'o yang berdiri kokoh di
belakangnya. Tapi kemudian, 'Sasuke' pun menyeringai dan segera
mengeluarkan sosok Susano'o yang sama persis dengan milik Sasuke.

"Jadi, bagaimana? Bahkan Susano'o milikmu juga meniru sosok Susano'o
milikku?" ujar 'Sasuke' dengan nada meremehkan.

Kali ini, Sasuke tak menanggapinya. Ia sudah muak dengan semua ini, ia
tidak peduli lagi siapa bocah di depannya ini. Entah cucunya, entah
citcitnya, ia tidak peduli. Ia hanya ingin membunuhnya sekarang juga dan
segera pergi ke tempat Naruto bertarung.

Perlahan, Sasuke kembali mencabut pedang Kusanagi yang tersemat di
belakang pinggangnya, diikuti sosok Susano'o miliknya yang juga turut
mengeluarkan pedang miliknya.

Melihat itu, 'Sasuke' tak dapat lagi menahan raut keterkejutannya. Sial!
Susano'o miliknya tak mempunyai pedang seperti milik Sasuke! Dan lagi…
apa itu! Pedang yang barusan di pegang Sasuke mengeluarkan aura hitam
yang segera membuat sosok Susano'o milik Sasuke bertambah besar dan
mempunyai empat kepala!

'Kuso!' umpat 'Sasuke' dalam hati.

Sekejap mata, tiba-tiba Sasuke telah berada di depan 'Sasuke' dan
bersiap mengayunkan Kusanagi miliknya saat tiba-tiba saja sosok Susano'o
milik 'Sasuke' menghalau laju Kusanagi milik Sasuke.

Tapi bukan hanya 'Sasuke' yang mempunyai Susano'o, dengan segera, sosok
Susano'o milik Sasuke mengayunkan pedang miliknya dan membelah sosok
Susano'o milik 'Sasuke' yang tengah menghalangi laju Kusanagi.

*CRASH*

Dan dengan itu, sosok Susano'o milik 'Sasuke' pun terbelah menjadi dua
dan segera hancur berkeping-keping. Dan dengan itu pula, pertahanan
'Sasuke' pun terbuka, memberikan peluan kepada Sasuke untuk melancarkan
serangan terakhirnya.

"Bodoh." Gumam Sasuke sembari menebaskan Kusanagi miliknya ke leher
'Sasuke'.

*CRASH*

.

.

Dari kejauhan, Sakura hampir saja berteriak histeris karena ternyata
Sasuke tercinta berhasil mengalahkan 'Sasuke' dengan mudah. Tapi ia juga
sedikit ngeri saat melihat kepala 'Sasuke' yang terpisah dengan tubuhnya.

Baru saja Sakura akan melangkah saat tiba-tiba sebuah suara menghentikan
langkahnya.

"S-Sakura-san…" panggil Hinata yang baru saja tiba di belakang Sakura.

"Eh? Hinata-chan? Kenapa kau di sini? Kenapa tidak bersama Naruto?"
Tanya Sakura bingung saat melihat sosok Hinata yang tengah berdiri di
belakangnya.

"Um… a-ano… Aku disuruh N-Naruto-kun untuk menemani S-Sakura-san di
sini." Jawab Hinata dengan nada gugupnya, seperti biasa.

Baru saja Sakura akan kembali bertanya pada Hinata, sebuah suara yang
taka sing lagi menghentikannya.

"Ayo ke tempat Naruto bertarung." Ucap orang yang tak lain adalah Sasuke
dengan pakaian putihnya yang kini telah ternodai dengan bercak darah
yang barusan 'menyembur' dari tebasannya.

"Eh? Kenapa gugup sekali, Sasuke-kun?" Tanya Sakura bingung. Tidak
biasanya Sasuke mengkhawatirkan Naruto seperti ini, kecuali-

"Aku tak merasakan Chakra milik Naruto. Aku hanya merasakan chakra murni
milik Kyuubi yang sangat lemah." Jawab Sasuke datar, membuat kedua gadis
di depannya membulatkan mata sempurna.

Di detik berikutnya, ketiga ninja elite Konoha inipun segera melesat
menuju ke tempat pertarungan Naruto.

.

.

.

Natsu D. Luffy

.

.

.

Kini, terlihat sebuah aliran Chakra orange kemerahan yang berupa sosok
rubah ekor Sembilan tengah tertarik dari dalam perut Naruto ke dalam
perut milik Madara.

'Sialan kau, Brengsek!' seru Kyuubi saat dirinya begitu tak berdaya
begitu di tarik Madara keluar dari tubuh Naruto.

Namun apa boleh buat, saat ini Chakra Kyuubi juga tengah melemah,
sehingga ia tidak bisa memberikan perlawanan yang berarti pada Madara.
Akh, seandainya saja saat ini ada Rokubi di sini, ia pasti akan
mentransfer seluruh kekuatannya pada Rokubi agar Rokubi bisa selamat.

Setelah beberapa saat, akhirnya aliran Chakra itupun berhenti, diikuti
menghilangnya tanda segel di perut Naruto.

"Terimakasih untuk jamuannya, Rokudaime-sama." Gumam Madara sembari
melemparkan sosok Naruto yang telah hangus ke dalam laut.

*DDUUAARRR*

*BYUURRRR*

Tiba-tiba saja, terjadi ledakan dari dalam laut, diikuti air laut yang
menciprat, menimbulkan gelombang yang cukup besar. Ah ya, sepertinya
Bijuu Bomb milik Naruto yang tadi meleset dan masuk ke dalam laut telah
mencapai dasar laut.

*BYUR*

Dan dengan itu, sosok hangus Naruto pun tenggelam jauh ke dalam laut
Segitiga Bermuda yang dalam, gelap, suram, dan… misterius.

.

.

"Ah, aku baru sadar sejak tadi aku tak merasakan Chakra Sasuke. Ah,
mungkin ia sudah mati." Gumam Madara enteng sembari berjalan menjauh
dari tempatnya semula.

Belum sempat melangkah jauh, langkah kaki Madara segera terhentikan oleh
tiga sosok yang tiba-tiba saja muncul di depannya.

"Wah, wah, wah… sayang sekali, pertunjukkan telah usai." Ujar Madara
santai. Mata Rinnegan merah miliknya memperhatikan satu-persatu sosok
yang kini berdiri di hadapannya. Ah ya, mereka teman Rokudaime ingusan itu.

"Dimana Naruto?" Tanya Sasuke dingin, mengacuhkan kata-kata Madara
barusan. Sedangkan kedua gadis yang berdiri di belakangnya, hanya mampu
melihat Madara dengan pandangan yang seolah berkata apa-dia-manusia.

"Oh… Rokudaime-sama sepertinya tadi tak sengaja terbakar dan akhirnya
masuk ke dalam laut untuk mendinginkan badan." Jawab Madara santai,
seolah tak ada yang salah dengan jawabannya.

Mendengar jawaban dari Madara, kontan kedua gadis yang berdiri di
belakang Sasuke langsung membulatkan matanya.

"N-Naruto-kun…" lirih Hinata dengan mata berkaca-kaca. Tidak, ia tidak
menduga ini semua akan terjadi. Ia tidak akan menduga kalau kata-kata
perpisahan yang beberapa saat lalu Naruto ucapkan padanya adalah
kata-kata terakhir yang akan ia dengar dari sosok tunangannya trsebut.

Beberapa saat kemudian, isakan memilukan hati pun meluncur dengan indah
daru mulut kunoichi paling beruntung di Konoha –tunangan
Rokudaime-Hokage-. Hinata terus terisak diikuti Sakura yang teris
mengelus punggung Hinata, mencoba menenangkan Hinata walau dirinya
sebenarnya juga ingin menangis.

Sedangkan Sasuke, ia hanya mengepalkan tangannya erat-erat sembari
menatap tajam sosok Madara di depannya. Sejenak, Sasuke membulatkan
matanya saat merasakan Chakra Kyuubi yang muncul dari tubuh Madara.

"Oh ya, aku lupa member tahu kalian ya? Rokudaime-sama tadi memberiku
kenang-kenangan berupa Kyuubi sebelum ia mendinginkan diri di dalam
laut." Ujar Madara sembari tersenyum mengejek ke arah Sasuke.

Mendengar itu, isakan Hinata pun semakin keras. Ini tidak mungkin!
Naruto-nya, tidak mungkin mati semudah ini! Ini semua pasti bohong!
Sayangnya, sampai saat ini, ini semua masih nyata, Hinata.

"BRENGSEK… !" seru Sasuke yang telah kehilangan kesabarannya sembari
mengeluarkan sosok Susano'o miliknya dan bersiap menyerang Madara.

.

.

.

"Naruto…"

"Hah? Siapa itu?"

"Apa kau menginginkan kekuatan?"

"Dimana aku dan siapa kau sebenarnya?"

"Apa kau tidak ingin membunuh musuhmu? Apa kau butuh kekuatan?"

"A-Aku…"

"Aku akan memberikan sebanyak yang kau mau asal kau mau menyerahkan
tubuhmu."

"Apa!"

"Teman-temanmu dalam bahaya."

"…"

"…"

"Aku… Baiklah, Aku setuju. Berikan kekuatan sebesar mungkin untuk
menghancurkan Madara."

"Sebaiknya kau tidak melawan saat aku memakai tubuhmu."

"Tidak akan."

.

.

.

.

*To Be Continued*

fanfic naruhina Charapter 11

Charapter 11

Tokyo Senior High School, 11.55 p.m…

Di atap TSHS, terlihat 2 orang pemuda dan 2 orang gadis yang memakai
pakaian yang dapat di kategorikan 'aneh' untuk ukuran pakaian jaman
modern ini. Seorang lelaki yang berambut pirang jabrik, memakai jaket
dan celana panjang yang berwarna orange dan sedikit corak hitam, dibalut
dengan jubah berwarna merah dengan corak api hitam di bagian bawahnya
dan memiliki tulisan Rokudaime Hokage di belakangnya. "Baiklah, kunai
Hiraishin sudah kuserahkan pada Hinata-chan. Jadi, apakah kalian akan
pergi sekarang?" Tanya orang itu yang tak lain adalah Uzumaki Naruto.

"Ya, kami akan segera berangkat." Jawab seorang lelaki lain dengan nada
datarnya, seolah tak memancarkan keseriusan di dalam perkataannya.
Lelaki itu berambut raven dan bergaya seperti –ehm- pantat ayam, memakai
atasan seperti baju kimono yang tak tertutup, sehingga menampakkan dada
bidangnya yang putih mulus. Sedangkan untuk bawahannya, ia memakai
celana tiga perempat yang dibalut dengan kain yang membungkus celana dan
sebagian baju itu, dan kemudian diikat menggunakan tali besar dibagian
pinggang. Ya, ia adalah Uchiha Sasuke.

"Sebaiknya kita segera bergegas, Sasuke-kun." Ucap seorang gadis
berambut pink yang memakai pakaian terusan sampai setengah paha, dan
celana pendek ketat di baliknya. Haruno Sakura.

Mendengar jawaban dari temannya, Naruto pun menoleh kearah tunangan
tercintanya. "Hey, Hinata-chan... ingat pesanku, kalau nanti ada apa-apa
di tengah jalan, kau gerak-gerakkan kunai itu saja, dan aku pasti akan
datang." Ujar Naruto pada gadis kesayangannya tersebut.

"I-Iya, Naruto-kun. N-Naruto-kun juga hati-hati d-disini…" balas gadis
yang bernama Hinata itu sambil mengeratkan genggaman kedua tangannya
pada kunai bermata tiga milik kekasihnya itu. Ia tatap dalam-dalam
permata safir milik tunangannya itu, dan sejurus kemudian, ia
sunggungkan senyum termanis yang ia punya untuk sang tunangan tercinta.

"Kau meremehkan kemampuanku, Dobe." Ucap Sasuke dengan nada tidak suka
saat mendengar perkataan Naruto barusan kepada Hinata. Ya, tentu saja.
Perkataan Naruto barusan itu sama saja meremehkan kemampuan seorang
Uchiha Sasuke untuk menjaga rekannya.

"Hehe, bukannya aku meragukanmu, Teme. Aku hanya khawatir, kau tahu…"
balas Naruto sambil memamerkan senyum khasnya, seperti biasa.

"Kami akan segera berangkat, Dobe." Ucap Sasuke sambil berbalik badan,
membelakangi Naruto, Hinata, dan Sakura. Melihat Sasuke berbalik, Sakura
pun ikut membalikkan badan, bersiap untuk pergi.

"N-Naruto-kun… kami berangkat d-dulu." Pamit Hinata pada Naruto.

"Eh? Kau mau langsung pergi begitu saja, Hime? Apakah kau melupakan
sesuatu?" Tanya Naruto dengan nada menggoda dan seringai licik sambil
menepuk-nepukkan jari telunjuknya di pipi kanannya.

*Blush* Mengerti maksud Naruto, kontan wajah Hinata langsung memerah dan
tubuhnya pun langsung menjadi kaku seperti baru saja melihat Medusa. Ah,
sepertinya Hinata tidak tahu apa yang telah ia perbuat. Melihat wajah
Hinata yang memerah, membuat Naruto semakin gemas kepada Hinata. Dan
melihat tubuh Hinata yang kaku karena menegang, pastinya itu adalah
kesempatan bagi Naruto untuk…

*Cup*

Sebuah kecupan singkat di bibir Hinata pun sukses mendarat. Semenit
setelah kejadian itu, Hinata masih saja mematung dengan wajah memerah,
membuat Naruto akan melancarkan aksinya sekali lagi kalau saja tidak
dihentikan oleh suara Sasuke.

"Hinata, ayo kita berangkat." Instruksi Sasuke pada Hinata, membuat
Hinata sadar dari shock sejenaknya, dan membuat Naruto mendengus kesal
karena aksinya gagal.

"Ha'i" balas Hinata pada Sasuke. Sebelum membalikkan badan, Hinata
sejenak melemparkan senyuman manisnya pada Naruto sembari kembali
berpamitan tentunya.

Setelah itu, Sasuke, Sakura, dan Hinata pun langsung melesat dari atap
Tokyo Senior High School, meninggalkan Naruto yang masih tetap setia
melambaikan tangannya sambil tersenyum lebar.

.

.

Sekarang, di atap TSHS hanya tersisa Naruto yang tengah tiduran sambil
memandang ke atas, ke arah bintang-bintang yang entah kenapa sinarnya
terasa redup malam ini. "Hey, kenapa kau terlihat sedih, bintang?" gumam
Naruto sambil terus melihat ke arah bintang. Ah, anda kau tahu, Naruto.
Saat ini mereka –para bintang- tengah bersedih untukmu, untuk penyelamat
dunia yang akan mengorbankan nyawanya demi anak cucunya.

"Besok ya…" gumam Naruto sembari memejamkan matanya, memantapkan hatinya
untuk melawan teman sebangkunya, Sasuke dan juga gurunya di sekolah,
Madara. Ya, apapun yang terjadi, ia tak boleh ragu. Jika yang di
ceritakan Sasuke mengenai kekuatan Madara memang benar, ini mungkin akan
menjadi pertarungan terberat bagi Naruto. Melawan Madara di dunia ninja
saja ia sudah kewalahan, apalagi melawan Madara di dunia ini, yang kata
si Teme, jauh lebih kuat daripada Madara di dunia ninja.

Disaat tengah hatinya tengah bimbang, tiba-tiba saja ia teringat kembali
dengan kata-kata gurunya, sang Ero-sennin. 'Kebanggaan seorang ninja
bukan dilihat dari bagaimana ia hidup, tapi dilihat dari bagaimana ia
mati.' Ya, paling tidak, jika nantinya ia mati, ia akan bangga telah
menjadi seorang ninja yang berkorban demi kedamaian dunia. Lagipula, ia
sudah berkata akan melindungi dunia ini saat berada di Tokyo Tower
bersama Sasuke. Dan ia tidak akan menarik kembali kata-katanya, karena
itulah jalan ninja-nya.

Kini Naruto telah memantapkan hatinya. Ya, besok adalah pertarungan
hidup matinya, pertarungan demi dunia ini. Tentu saja, jika Naruto
kalah, siapa yang akan melawan Madara? Mungkin hanya tinggal berharap
sang Rikudo-sennin akan terjebak di dalam dimensi ruang dan waktu dan
akhirnya terdampar di dunia ini, dan kemudian mengalahkan Madara. Tapi
itu tidak mungkin, bukan? Dan itulah alasan Naruto untuk HARUS
mengalahkan Madara.

Seperti yang dulu pernah ia katakan pada Sasuke, ia akan mengalahkannya,
dengan cara apapun dan dengan jalan apapun. Ia akan mengalahkannya
dengan kedua tangannya sendiri. Jika nantinya kedua tangannya patah, ia
akan melawan dengan tendangan. Jika kedua kakinya pun patah, ia akan
melawan dengan gigitan. Jika mulutnya sobek, ia akan melawan menggunakan
tatapan matanya. Dan jika kepalanya dipenggal, ia akan menghantuinya
bahkan sampai ke dasar Neraka sekalipun.

Perlahan namun pasti, Naruto mulai terbuai dalam sejuknya angin malam
yang menerpa tubuhnya. Ya, sepertinya ia harus tidur. Besok adalah hari
yang panjang baginya, bagi teman-temannya, bagi tunangannya, dan bagi
dunia ini. Tidurlah yang nyenyak Naruto, karena mungkin ini adalah tidur
terakhirmu sebelum tidur abadimu nanti.

.

.

.

Natsu D. Luffy

.

.

.

"Hahh…" terlihat seorang gadis berambut indigo panjang dan bermata
lavender tengah bersandar pada pagar besi pembatas balkon apartementnya
sembari menghela nafas panjang. Ia tidak tahu kenapa, tapi perasaannya
sungguh tidak enak.

Pertama, kenapa sang Rokudaime Hokage itu tidak pulang ke apartementnya?
Padahal ini sudah tengah malam. Apa ia pergi ke suatu tempat? Atau malah
ia telah pulang ke dunianya? Tapi… kenapa ia tidak berpamitan terlebih
dahulu? Ah, apa jangan-jangan karena di sekolah tadi ia telah bersikap
acuh tak acuh pada sang Rokudaime Hokage? Jika itu alasannya, sungguh…
ia akan bunuh diri saat ini juga.

Kedua, kenapa perasaannya SANGAT tidak enak? Entah kenapa…
bintang-bintang dilangit terlihat begitu sedih, sehingga membuatnya juga
ingin menangis saat ini juga. Menangis tanpa alasan? Itu hal paling
bodoh yang pernah Hinata lakukan sepanjang hidupnya. Tapi siapa peduli?
Hatinya hanya merasa… ada yang perlu di tangisi, entah apa itu. Ini
seperti… perasaan kehilangan orang yang kita sayangi, kehilangan untuk
selama-lamanya. Dan bahkan hingga saat ini Hinata belum tahu siapa orang
itu.

Sejenak kemudian, Hinata menyatuka kedua tangannya di depan dadanya,
sembari memejamkan kedua matanya. 'Kami-sama… lindungilah semua orang
yang aku sayangi, jangan biarkan hal yang buruk menimpa mereka, dan…
lindungilah Naruto-kun.' Batin Hinata dalam do'a-nya. Eh? Tunggu! Apa
barusan ia menyebutkan Naruto-kun? Kenapa tiba-tiba hatinya terasa sesak
saat menyebutkan nama Naruto? Apa kau sudah menyadari apa yang akan
terjadi pada Naruto, Hinata? Berharaplah Kami-sama akan mengabulkan do'a
yang kau panjatkan.

.

.

.

Natsu D. Luffy

.

.

.

"Sasuke, sebaiknya kau tidur sekarang. Beristirahatlah, besok kita akan
mendapat buruan besar." Instruksi Madara pada Sasuke yang saat ini baru
saja mengganti matanya dengan mata milik 'Madara'.

Kedua mata Sasuke saat ini masih di tutupi dengan perban karena belum
sepenuhnya pulih. "Bagaimana aku dapat berjalan ke kamar saat aku tidak
bisa melihat." Balas Sasuke dengan nada ketus saat mendengar instruksi
dari Madara.

"Siapa bilang kau akan tidur di kamar? Tidurlah disini. Tenang saja,
disini tidak ada kecoak kok." Ujar Madara menutupi kesalahan
perkataannya tadi. Beruntung Madara, karena saat ini Sasuke tidak bisa
melihat, sehingga raut wajah bohong milik Madara pun tak terlihat olehnya.

Setelah mendengus kesal, akhirnya Sasuke pun mengalah. Apa boleh buat,
ia harus tidur malam ini. Ia harus menyiapkan tenaga untuk besok, dan
lagipula, ia harus segera beristirahat agar kedua mata hasil
transplantasi dari 'Madara' ini cepat menyatu dengan tubuhnya.

Melihat Sasuke telah tertidur pulas di lantai ruang bawah tanah mansion
Uchiha, Madara pun tersenyum senang. 'Anak ini setidaknya bisa
menghambat teman-teman Rokudaime Hokage selagi aku melawan Rokudaime
Hokage.' Batin Madara sambil tetap menatap Sasuke.

"Ah, sepertinya aku juga harus tidur. Melawan titisan Rikudo-sennin
pasti membutuhkan kekuatan ekstra." Gumam Madara sambil berjalan menaiki
tangga menuju mansion Uchiha, meniggalkan Sasuke yang terlelap dalam
tidurnya di ruang bawah tanah mansion Uchiha.

.

.

.

Natsu D. Luffy

.

.

.

Tokyo Senior High School, 05.00 a.m…

Terlihat seorang pemuda berambut pirang dengan iris mata berwarna orange
dan berpupil horizontal layaknya katak, tengah berdiri di pinggiran atap
TSHS sembari bersidekap, menikmati butiran-butiran embun pagi yang
menyejukkan. Jubah merah bermotif api hitam yang di kenakannya berkibar
searah dengan angin pagi yang menerpanya. Ya, ia sudah siap untuk hari
ini. Ia, Uzumaki Naruto, telah siap untuk pertempuran hidup matinya hari
ini.

"Hahhh…" ia menghela nafas panjang sembari menutup kedua matanya,
berharap dengan itu, rasa ragunya untuk melawan 'Sasuke' akan hilang
bersama dengan nafas yang ia buang. Walau bagaimanapun, Naruto tahu
bahwa 'Sasuke' hanyalah alat Madara. Ia berharap ia tak perlu membunuh
'Sasuke' nantinya. Akh ya, 'Sasuke' harus di sadarkan. Dan ia tahu,
satu-satunya yang merasakan perasaan kehilangan yang sama dengan
'Sasuke' adalah Sasuke. Ya, ia percaya sahabatnya itu bisa menyadarkan
'Sasuke'.

Dan Madara. Ya, tidak ada kata ampun bagi orang yang telah memanfaatkan
orang lain demi kepentingannya sendiri. Akan Naruto pastikan, Madara
akan menyesali perbuatannya. Itupun jika ia sempat menyesalinya, sebelum
mati di tangan Naruto.

"Ya, aku sudah siap!"

.

.

.

Natsu D. Luffy

.

.

.

Ruang bawah tanah mansion Uchiha, 05.00 a.m…

"Bagaimana dengan mata barumu, Sasuke?" Tanya Madara pada Sasuke yang
kini tengah melepas perban yang menutupi matanya. Tekad Madara sudah
bulat. Ia harus membunuh Rokudaime Hokage hari ini juga. Dan jika ia
beruntung, mungkin ia akan mendapatkan Kyuubi sebagai bonusnya.

Perlahan, Sasuke mulai membuka matanya. Untuk sesaat, Sasuke hanya
terdiam sambil menatap lurus. Dan sejurus kemudian, wajah datarnya
digantikan dengan seringai licik yang senantiasa menghiasi wajah
tampannya. "Mata ini… Aku bisa merasakan kekuatan yang meluap-luap di
mata ini." Jawab Sasuke dengan masih menyeringai licik.

Mendengar jawaban Sasuke, Madara juga turut menyeringai. Sesaat, Madara
menyempatkan untuk melihat mata baru milik Sasuke. Dan dugaannya benar.
Sharingan Sasuke telah mencapai batasnya, Eternal Mangekyo Sharingan.
'Mata itu memang menyimpan kekuatan besar, walau tak sebesar milikku'
batin Madara bangga.

"Kalau begitu, apa kau sudah siap?"

"Tak pernah sesiap ini."

.

.

.

Natsu D. Luffy

.

.

.

'Mereka datang' batin Naruto sembari membuka matanya yang sedari tadi
menutup. 'Apa Sasuke, Sakura, dan Hinata sudah sampai?' batin Naruto
mulai gelisah. Tentu saja, ia tak mau melawan Madara dan Sasuke di
Tokyo, yang jelas akan langsung menyebabkan kota ini rata dengan tanah.

'Kekkai?' batin Naruto sambil melihat sekeliling. Ya, ternyata sekolah
ini telah dilindungi Kekkai. Dan ia yakin, siapapun pelakunya, ia pasti
telah berada di dalam sekolah ini.

'Disana!' *Wush* Naruto pun langsung melemparkan kunainya saat merasakan
Chakra asing yang tiba-tiba saja muncul dari balik pohon di halaman
depan TSHS. *BRAK* dan pohon itu pun sukses terbelah karenanya. Tapi
anehnya, tak ada apapun yang mencurigakan di balik pohon itu.

*Tap* *Wooossshhhh* tiba-tiba saja, Naruto langsung melompat dari tempat
ia tadi berpijak. Dan sedetik setelah Naruto melompat, atap yang tadinya
dijadikan pijakan oleh Naruto, kini telah terbakar habis oleh api hitam.
Ya, api hitam.

"Reflek yang bagus, Rokudaime-sama." Ucap seseorang yang tiba-tiba saja
muncul dari balik api hitam itu. Ya, dialah Madara Uchiha.

"Madara! Sudah kuduga itu kau!" sedetik kemudian –masih melayang-,
Naruto membentuk sebuah segel dengan tangannya. *Taju Kagebunshin no
Jutsu* dan tiba-tiba saja, bermunculan ratusan Bunshin Naruto yang
langsung memenuhi udara. Sesaat kemudian, di tangan masing-masing
bunshin, mulai terbentuk sebuah bola berputar berwarna biru sebesar
kepalan tangan. Makin membesar, hingga akhirnya ukuran bola itu seukuran
dengan tubuh manusia.

"Futon : Oodama Rasen-" *Poff* *Poff* *Poff* belum sempat para Bunshin
menyelesaikan kalimat mereka, mereka telah terlebih dahulu menghilang
akibat ratusan kunai yang tiba-tiba saja menghujani mereka dari arah
belakang. 'Sasuke!' batin Naruto saat melihat kebelakang dan menyadari
bahwa yang barusan melempar ratusan kunai itu adalah Sasuke.

Tapi sayang sekali, dengan menoleh itu, Naruto tanpa sadar telah
memberikan kesempatan besar untuk Madara. Sebelum Naruto sempat
menolehkan kepalanya lagi, Madara tiba-tiba saja telah melayang tepat di
depannya. Dan… *BUGH* sebuah pukulan telak dari Madara mendarat tepat di
perut Naruto, membuat Naruto langsung melesat jatuh dan menghantam tanah.

*DUAR* "U-Uh… Sialan." Gumam Naruto yang saat ini tengah berdiri di
tanah yang telah berbentuk seperti kawah kecil –efek jatuhnya Naruto-
sembari memegangi perutnya yang terasa sangat sakit. Melihat Madara yang
masih melayang di udara, Naruto pun langsung melempar kunai Hiraishin
miliknya kearah Madara. Dan tentu saja, Madara dengan mudah
menghindarinya hanya dengan menggeser sedikit kepalanya.

Tapi tindakan Madara itu ternyata adalah tindakan fatal. Naruto yang
dibawah langsung menyeringai saat melihat Madara menghindari kunainya
itu hanya dengan menggeser sedikit kepalanya. Tak ada sedetik, tiba-tiba
saja Naruto telah menghilang dari bawah dengan meninggalkan seberkas
cahaya kuning keemasan.

Madara yang melihat itu, tanpa sadar sedikit membelalakkan matanya.
Kemana Naruto menghilang? Apa itu sebuah gerakan? Tapi tidak mungkin.
Bahkan jika itu sebuah gerakan, gerakan itu pasti akan terbaca oleh mata
Sharingan Madara. Tapi ini… Kemana ia menghilang?

"Kau lengah." Sebuah suara yang tiba-tiba saja muncul dari belakang
Madara langsung membuatnya kaget. "Rasengan!" Naas, sebelum Madara
sempat menoleh ke belakang, tiba-tiba saja tubuhnya dihantam oleh
sesuatu yang membuatnya langsung jatuh kebawah dengan cepat. *DUARR*
tubuh Madara pun menghantam tanah, menyebabkan bekas kawah kecil di
tanah karena ketidakmampuan tanah menahan tekanan di atasnya.

Seperti biasa, bukan Madara namanya jika terluka hanya dengan serangan
macam itu. Di atas tanah, Madara masih berdiri dengan tenang sembari
membersihkan kepala belakangnya yang barusan terkena Rasengan milik
Naruto. "Ah, ya, kau pantas mendapatkan gelar itu, Hokage-sama." Ucap
Madara dengan nada santai sembari menatap dingin Naruto yang masih
melayang di atas sana.

'Sudah kuduga. Ia tidak akan terluka semudah itu.' Batin Naruto sambil
membalas tatapan dingin Madara dengan tatapan sinis miliknya.

"Kau lengah." Tiba-tiba saja sebuah suara dingin muncul dari samping
Naruto. *Trrrang* Tepat sesaat sebelum Sasuke menebaskan kunai miliknya
ke leher Naruto, Naruto telah terlebih dahulu menahannya.

"Kau terlalu cepat 100 tahun untuk melawanku, Teme." Gumam Naruto saat
menahan kunai milik Sasuke dengan kunai miliknya.

"Mungkin Sasuke iya, tapi aku tidak." Sekali lagi, sebuah suara dingin
tiba-tiba muncul di belakang Naruto. *Katon : Fire Ball* Sasuke pun
langsung menjauhkan diri dari Naruto saat melihat bola api raksasa
mendekat ke arahnya.

*BLARRR* tentu saja, kecepatan Naruto tidak bisa di remehkan. Naruto
menghindar tepat sedetik sebelum bola api itu menghantamnya. Dan
akhirnya bola api itupun menghantam tanah dan membakar semak-semak di
sekelilingnya. "Huh, hampir saja." Gumam Naruto saat dirinya telah
mendarat di salah satu dahan pohon di halaman TSHS.

.

.

.

"Kita sampai." Ucap Sasuke kepada Sakura dan Hinata saat mereka telah
sampai di tengah 'Dark Sea'. Sebenarnya, Hinata dan Sakura agak
merinding sejak pertama kali memasuki wilayah Segitiga Bermuda. Entah
kenapa… lautan ini penuh dengan aura… kematian? Ya, itulah sebabnya
tempat ini jauh dari jangkauan manusia. Dan memang inilah tempat yang
tepat untuk bertarung.

"Hinata, cepat gerakkan kunai Hiraishin itu." Instruksi Sasuke pada Hinata.

"Ha'i" balas Hinata pada Sasuke. Setelah itu, Hinata pun langsung
menggerak-gerakkan kunai milik Naruto ke kanan dan ke kiri. 'Semoga kami
tidak terlambat. Naruto-kun…'

.

.

.

'Mereka sudah sampai.' Batin Naruto sambil terus menghindari jutsu api
dari Sasuke dan Madara. Sesaat kemudian, Naruto pun berhenti menghindar
dan berdiri tepat di atas atap TSHS yang masih tersisa. "Temui aku di
Segitiga Bermuda!" seru Naruto kepada Sasuke dan Madara yang berada di
bawahnya.

"Cih, banyak omong." Gumam Sasuke sambil menatap sinis Naruto.
*AMATERASU* tetapi sesaat sebelum api hitam itu membakar Naruto, Naruto
telah terlebih dahulu menghilang dengan diiringi sebuah kilatan cahaya
kuning keemasan. Alhasil, api hitam itupun hanya membakar atap TSHS yang
tadi sempat menjadi tempat pijakan Naruto.

"Ck, kemana si Dobe?" gumam Sasuke sambil melihat sekeliling.

"Kau tidak akan menemukannya disini." Ujar Madara mengalihkan perhatian
Sasuke. "Itu barusan sepertinya adalah jutsu teleportasi legendaris
milik Yondaime Hokage. Aku tak menyangka ia bisa menggunakannya." Lanjut
Madara dengan nada sedikit kagum.

"Apakah ini berarti kita kehilangan dia?" Tanya Sasuke dengan nada kesal.

Mendengar pertanyaan Sasuke, Madara tersenyum sejenak sebelum akhirnya…
*Jikukan Ninjutsu* Madara dan Sasuke pun menghilang tertelan sebuah
pusaran yang muncul dari mata Madara. Ya, itulah jutsu teleportasi Uchiha.

.

.

.

*To Be Continued*

fanfic naruhina Charapter 10

Charapter 10

"Hey Hinata-chan, lebih baik kau rubah dulu model pakaianmu itu. Nanti
kau malah dikira orang aneh" ujar Naruto pada Hinata yang kini tengah
duduk di bangku panjang yang berada di taman belakang TSHS. "Eh?
B-Benarkah? Dirubah jadi model seperti apa N-Naruto-kun?" Tanya Hinata
pada Naruto. Hey, tunggu dulu! Hinata tidak gagup –gagap karena gugup-
seperti biasanya? Tentu saja, mereka kan sudah tunangan! Tapi ya, yang
namanya Hinata ya tetap Hinata. Kalau berhadapan dengan Naruto pasti
akan gugup, walau tidak lagi segugup dulu.

"Um… kalau menurut yang aku lihat sih, gadis-gadis disini lebih suka
memakai pakaian yang 'agak' terbuka, Hinata-chan." Jawab Naruto sambil
mengusap-usap dagunya sendiri, berpose ala detektif yang sedang berpikir
keras. Setelah itu, Hinata pun berdiri dari posisi duduknya dan
membentuk beberapa segel dengan telapak tangannya hingga akhirnya…
*Poff* tubuh Hinata pun langsung tertutup oleh kepulan asap yang cukup
tebal. Naruto yang melihatnya hanya menunggu dengan sabar, hingga
akhirnya saat kepulan asap itu menghilang… *Croottt* darah segar
langsung keluar dengan derasnya dari hidung Naruto. Kenapa? Karena di
hadapannya saat ini, terlihat sosok Hinata yang hanya menggunakan
pakaian bikini, menampakkan kulit tubuhnya yang begitu putih, mulus
tanpa cacat, dan dada yang lumayan –ehm-.

"Eh? N-Naruto-kun! Naruto-kun!" jerit Hinata kaget saat tiba-tiba
melihat Naruto terkapar dengan darah mengucur dari lubang hidungnya dan
senyuman mesum yang terpampang dengan jelas di wajahnya. "N-Naruto-kun,
a-apa kau tidak apa-apa?" Tanya Hinata panik sambil
mengguncang-guncangkan tubuh Naruto, berharap tunangannya itu bisa
segera sadar. "Hey, kau yang disana! Apa yang kau lakukan pada temanku!"
seru sebuah suara dingin yang sepertinya tidak asing lagi di telinga
Hinata. Dan saat Hinata menoleh ke arah sumber suara, benar saja, disana
ia lihat Sasuke yang tengah menatap tajam ke arahnya dan Sakura yang
menatap panik ke arah Naruto.

Melihat sosok wanita yang sedari tadi mengguncangkan tubuh Naruto
tiba-tiba berbalik arah ke arahnya, Sasuke langsung terpaku di tempat.
*Croottt* dan akhirnya, Sasuke pun menyusul Naruto dengan mimisan
tingkat akut dan senyum mesum yang terpampang di wajahnya. "Eh?
Hinata-chan?" seru Sakura tidak percaya saat melihat wanita yang sedang
bersama Naruto ternyata adalah Hinata, Hinata Hyuuga dari zaman para
Shinobi. "Sakura-chan!" balas Hinata sambil menyunggingkan senyuman
manisnya, seperti biasa. Setelah itu, Sakura pun langsung berlari dan
memeluk Hinata, dan begitu juga sebaliknya, Hinata juga memeluk Sakura
–Not Yuri-.

"Hey, bagaimana kau bisa kemari, Hinata-chan? Bukankah Hiashi-sama dan
Tsunade-shishou tidak mengizinkanmu kemari?" Tanya Sakura pada Hinata
saat mereka telah melepas pelukan mereka. "Akh, tidak, Tou-san dan
Godaime-sama sudah mengizinkan aku datang kesini." Jawab Hinata sambil
tersenyum manis. Dan akhirnya bla bla bla… terjadilah pembicaraan wanita
yang sangat membosankan jika saya tulis di fict ini. Ya, keduanya terus
berbincang-bincang ria tanpa mempedulikan pasangan mereka masing-masing
yang terkapar mulai kehabisan darah.

.

.

"Eh? K-kau orang yang akan di tunangan denganku?" ujar Hinata tidak
percaya saat mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Namikaze muda
itu barusan. "Ya, tentu saja. Kita sudah di jodohkan sejak kita kecil.
Jadi sebaiknya kau lupakan si Uzumaki itu dan belajarlah untuk
mencintaiku, karena aku juga akan memberikan seluruh cinta yang aku
punya untukmu." Jawab Namikaze Naruto sambil curi-curi kesempatan untuk
menggombal.

Mendengar jawaban dari Namikaze muda itu, Hinata pun menundukkan
kepalanya. Ya, mungkin inilah saatnya untuk berusaha melupakan Uzumaki
Naruto yang jelas-jelas berbeda dunia darinya dan… sudah memiliki
tunangan. "Ya, akan kucoba." ujar Hinata sambil menahan air matanya yang
sepertinya sebentar lagi akan jatuh membasahi pipinya. "Haha! Sudah
kuduga kau akan berkata seperti itu! OK, kalau begitu, bagaimana kalau
sekarang kita ke kantin? Ayo, Hinata-chan!" seru Namikaze Naruto girang
sambil menarik lembut lengan Hinata agar mengikutinya ke kantin TSHS.

.

.

"A-ah… dimana aku? Apa tadi aku tertidur? Rasanya pusing sekali…" ujar
Naruto entah kepada siapa sambil memegangi kepalanya yang terasa pusing,
seolah terkena penyakit kurang darah. Tak lama setelah itu, Naruto
kembali di kejutkan dengan sosok Sasuke yang tiba-tiba saja bangun di
sampingnya. "Eh? Teme? Kenapa kau disini?" Tanya Naruto bingung saat
melihat Sasuke yang baru bangun sambil memegangi kepalanya, sama seperti
Naruto. Mendengar pertanyaan Naruto, Sasuke pun berusaha mengingat
kejadian apa yang barusan ia alami, dan… *Blush* wajah Sasuke tiba-tiba
saja berubah menjadi merah padam.

"Eh? Kenapa wajahmu malah memerah, Teme?" Tanya Naruto bingung saat
tiba-tiba saja melihat wajah Sasuke berubah warna menjadi merah. "A-Aku
hanya sedikit pusing, Dobe. Tadi aku menjagamu disini sampai ketiduran."
Dusta Sasuke pada Naruto yang hanya dibalas dengan kata-kata 'oh' oleh
Naruto. "Eh? Omong-omong, kita dimana yah, Teme?" Tanya Naruto sambil
melihat sekeliling yang sepetinya terlihat tidak asing lagi dimatanya.
"Kita ada di atap sekolah, Dobe." Jawab Sasuke singkat yang lagi-lagi
hanya dib alas gumaman 'oh' oleh Naruto.

"Wah, kalian sudah sadar rupanya!" seru seorang wanita yang tak lain
adalah Sakura yang tiba-tiba saja muncul bersama Hinata disampingnya
yang kini model pakaiannya sudah diperbaiki oleh Sakura. "N-Naruto-kun
baik-baik saja?" Tanya Hinata dengan nada khawatir pada Naruto. "Aku
baik-baik saja, Hinata-chan!" jawab Naruto sembari memamerkan cengiran
khasnya untuk memperkuat jawabannya barusan. Melihat cengiran lebar khas
Naruto, Hinata pun tersenyum lembut. Ya, sepertinya Naruto-nya tidak
apa-apa.

"Omomg-omong, kenapa kami ada disini?" Tanya Naruto pada kedua orang
gadis yang ada di depannya. "Oh, tadi kalian pingsan di taman belakang,
kemudian aku dan Hinata-chan membawa kalian kesini. Ya, karena hanya
disini tempat yang jarang di datangi murid-murid." Jawab Sakura sambil
melirik Sasuke kesal. Ia tidak menyangka bahwa ternyata Sasuke juga
memiliki sifat mesum di balik sifat dinginnya. Ditatap tajam oleh
Sakura, Sasuke pun hanya memalingkan wajahnya seolah tak peduli pada
arti tatapan tajam Sakura.

.

.

.

Natsu D. Luffy

.

.

.

Sekolah telah bubar beberapa puluh menit yang lalu, tetapi seperti
biasa, tokoh utama kita, Uzumaki Naruto, masih tetap berada di sekolah,
atau tepatnya di taman belakang TSHS. Bedanya, kali ini ia tidak bersama
dengan 'Hinata', ia kesini –taman belakang- hanya sendirian. Sejak
pelajaran dimulai tadi hingga pulang sekolah ini, 'Hinata' terkesan
menghindarinya, bahkan, saat pulang sekolah tadi, ia langsung pulang
bersama dengan Namikaze muda itu. Tapi dengan ini Naruto malah merasa
lega. Ya, setidaknya 'Hinata' tidak lagi harus berurusan dengan masalah
yang diluar kemampuannya ini.

Sekarang, Sakura, Sasuke, Hinata dan Naruto tengah berkumpul di taman
belakang TSHS sambil duduk melingkar di atas rerumputan hijau yang ada
di taman ini. Jika dilihat dari ekspresi mereka yang tampak serius,
bahkan Naruto yang juga tampak serius, sepertinya akan ada hal besar
yang akan mereka bicarakan.

"Baiklah, aku rasa kalian sudah tahu untuk apa kita berkumpul disini."
Ujar Sakura memulai pembicaraan, yang langsung dib alas anggukan dari
seluruh teman-temannya –minus Sasuke-. "Sejak kejadian yang menimpa aku
dan Sasuke-kun tempo hari, kami terus mengawasi gerak-gerik seluruh
warga skolah ini." Jelas Sakura pada semua temannya, termasuk Hinata.
Tentu saja, tadi saat Naruto dan Sasuke tengah pingsan, Sakura
menceritakan semua yang ia dan Sasuke alami di dunia ini.

"Kami mengawasi semua guru, murid, maupun warga sekolah lain. Dan kami
menemukan 2 fakta yang mengejutkan." Lanjut Sakura, membuat Naruto dan
Hinata semakin penasaran. "Pertama, Uchiha Madara, guru di sekolah ini,
memiliki kekuatan ninja dan ia juga tengah mengajarkan semua tekhnik
ninja yang ia ketahui kepada cucunya, Uchiha Sasuke, maksudku, bukan
Sasuke-kun yang ini." Ucap Sakura yang membuat Naruto langsung
membulatkan matanya. "Sudah kuduga, ada yang tidak beres dengan guru
sialan dan si Teme itu. Maksudku, Teme yang satunya lagi." Gumam Naruto
entah pada siapa.

"Dan yang kedua, menurut Sasuke-kun, Madara di masa ini memiliki
kekuatan mata dan tekhnik ninja yang jauh lebih kuat daripada Madara
yang dulu pernah Naruto bunuh di perang dunia Shinobi ke-4." Lanjut
Sakura yang langsung membuat Naruto dan Hinata terlonjak kaget. "K-Kau
pasti bercanda kan, Sakura-chan?" Tanya Naruto dengan nada tidak
percaya. "Mataku tidak mungkin salah, Dobe." Balas Sasuke pada Naruto
yang tidak percaya kepada kata-kata Sakura. Mendengar Sasuke yang
menjawab dengan nada serius, mau tidak mau Naruto pun harus percaya.
Kalau ia tidak percaya kepada pemilik Doujutsu terkuat di Konoha selain
dirinya, kepada lagi ia harus percaya?

"Dan menurut yang kami lihat, Uchiha Sasuke yang berasal dari masa ini
sepertinya akan menguasai seluruh ninjutsu dan akan mencapai Mangekyo
Sharingan pada malam ini." Jelas Sakura yang lagi-lagi membuat Naruto
terlonjak kaget. "Mereka merencanakan akan membunuh kita." Tambah Sasuke
selanjutnya, yang membuat Naruto semakin terlonjak kaget. "S-Sasuke juga
akan ikut membunuh kita?" Tanya Naruto tidak percaya. "Ya, sepertinya
malam ini Madara akan menghasut Sasuke untuk membunuh kita setelah
Sasuke menyempurnakan ninjutsu dan doujutsunya." Jawab Sasuke sambil
memejamkan matanya.

"Kita harus melawan jika kita tidak ingin mati. Atau lebih buruknya
lagi, jika kita kembali ke era ninja saat ini juga, Madara dan Sasuke
pasti akan segera menghancurkan dunia ini." Jelas Sakura yang hanya
ditanggapi dengan anggukkan lemah dari seluruh temannya. "T-Tapi
Sakura-chan, j-jika kita melawannya di d-daerah ini, apa itu ti-tidak
membahayakan warga sipil?" Tanya Hinata pada Sakura. "Ya, Kau memang
kritis, Hinata-chan. Aku dan Sasuke-kun telah membicarakan ini
sebelumnya. Dan begini rencananya, malam ini juga, Sasuke-kun, aku, dan
Hinata-chan akan pergi menuju laut lepas yang di kenal dengan Segitiga
Bermuda dengan membawa kunai Hiraishin milik Naruto, sedangkan Naruto,
kau tetap disini dan menunggu Madara dan Sasuke beraksi. Setelah mereka
beraksi, segera pancing mereka dank au, segeralah berteleportasi
menggunakan Hiraishin no Jutsu ke Segitiga Bermuda. Madara dan 'Sasuke'
pasti juga akan sampai disana dengan cepat menggunakan Tsukiyomi mereka.
Dan saat itulah kita lawan mereka disana." Jelas Sakura panjang lebar
kepada Naruto dan Hinata.

"Eh? Bukankah mereka akan beraksi besok? Kenapa kalian berangkat mala
mini juga?" Tanya Naruto pada Sakura. "Kau kira jarak dari sini ke
Segitiga Bermuda itu seberapa jauh hah, Baka! Itu akan memakan waktu 2
hari perjalanan untuk para Chunnin dan 1 hari perjalanan untuk para
Elite Joonin!" omel Sakura pada Naruto. "Ohh…" gumam Naruto sok
mengerti. "Baiklah, sekarang serahkan kunai Hiraishin milikmu! Kami akan
berangkat malam ini juga. Dan kau, sebaiknya kau tidur di sekolahan
saja. Jika kau pulang ke apartemen 'Hinata', kau hanya akan membuatnya
khawatir." Instruksi Sakura pada Naruto yang hanya dibalas dengan
anggukan dari Naruto.

Setelah menyerahkan kunai berujung tiga miliknya kepada Sakura, mereka
pun segera berpencar, menikmati saat-saat terakhir sebelum berperang
dengan pasangan masing-masing. Sakura dan Sasuke entah menghilang
kemana, sedangkan Naruto dan Hinata tetap berada di atap sekolah.
Selepas kepergian SasuSaku, Naruto segera berjalan dan berdiri di tepi
atap sekolah, diikuti Hinata di sampingnya. Kebetulan, cuaca sore itu
cukup cerah sehingga mereka –NaruHina- dapat dengan jelas melihat
matahari yang terbenam dari atap TSHS

"Indah ya, Hinata-chan." Gumam Naruto kepada Hinata. "I-Iya,
Naruto-kun." Balas Hinata kepada Naruto. Kini, keduanya tengah menatap
lurus ke arah matahari yang yang mulai beranjak dari singgahsananya.
"N-Naruto-kun." Panggil Hinata. "Ya, Hinata-chan?" balas Naruto sambil
tetap menatap lurus ke arah matahari tenggelam. "A-Apa N-Naruto-kun mau
berjanji s-sesuatu padaku?" Tanya Hinata pada Naruto. "Ya, tentu saja,
Hinata-chan." Jawab Naruto dengan nada yakin. "B-Berjanjilah kalau
s-setelah mengalahkan Madara dan 'S-Sasuke', Kita akan m-melihat
matahari terbenam lagi, s-seperti saat ini." Ujar Hinata meminta Naruto
untuk berjanji padanya. "Ya, Hinata-chan. Aku berjanji!" seru Naruto
sambil menolehkan kepalanya ke arah Hinata dan memberikan senyum
cerahnya untuk menenangkan kekasihnya yang sepertinya tengah
mengkhawatirkan dirinya itu.

.

.

.

Natsu D. Luffy

.

.

.

Ruang bawah tanah Mansion Uchiha, 11.11 p.m…

"Bagus, kau telah menguasai semua tekhnik dari klan Uchiha. Sekarang,
tinggal selangkah lagi untuk menyempurnakan tekhnik Sharinganmu." Ujar
Madara pada Sasuke yang saat ini tengah menggunakan Mangekyo Sharingan
miliknya. "Apa lagi memangnya?" Tanya Sasuke pada Madara. "Kau bisa buta
jika menggunakan mata Mangekyo Sharingan dengan mata milikmu itu. Dan
untuk itu, aku telah mempersiapkan semuanya." Jawab Madara sembari
membentuk beberapa segel dengan tangannya dan… *DAR* tiba-tiba saja,
dari bawah tanah, muncul sebuah peti katu yang berukuran cukup besar.

"Apa itu?" Tanya Sasuke pada Madara. "Calon matamu." Jawab Madara sambil
menyeringai puas setelahnya. Setelah itu, Madara pun segera membuka peti
itu, menampakkan sosok seorang lelaki berpakaian seperti rompi berwarna
merah dan memiliki wajah yang sungguh mirip dengan Madara. Ya, itu
adalah jasad Madara Uchiha yang dulu dibunuh oleh Naruto saat perang
dunia Shinobi berakhir. "I-Itu… Siapa dia?" ujar Sasuke agak kaget saat
melihat mayat yang berada di depannya ini. Pasalnya, mayat ini masih
seperti kondisi baru meninggal dan rupanya… sangat mirip dengan kakeknya.

"Dia adalah pahlawan keluarga Uchiha, sekaligus inspirasi bagi seluruh
keluarga Uchiha." Jawab Madara sambil menatap jasad di depannya itu.
"Dia dikenal sebagai pemilik doujutsu terkuat sepanjang sejarah Uchiha,
tapi tentu saja setelah aku." Lanjut Madara sambil menyeringai kejam di
baliknya. "Apa yang akan kau lakukan dengan mayat itu?" Tanya Sasuke
pada Madara dengan nada sinis. "Kau akan mengganti matamu dengan mata
miliknya. Dengan begitu, kau akan mempunyai kekuatan yang tak pernah kau
bayangkan sebelumnya." Jawab Madara.

"Baiklah, buat ini cepat selesai." Ujar Sasuke sambil melangkah mendekat
ke arah Madara. "Tidak semudah itu, Sasuke. Kau harus berjanji terlebih
dahulu kepadaku." Ucap Madara sambil menatap Sasuke. "Apa?" balas Sasuke
singkat. "Kau harus membunuh temanmu yang bernama Uzumaki Naruto itu."
Jelas Madara singkat. Sejenak raut wajah Sasuke menampakkan kebimbangan,
tapi sejenak kemudian, wajahnya kembali berubah menjadi penuh dendam dan
keyakinan. "Baiklah, demi membalas dendam orang tuaku." Ujar Sasuke yang
langsung mendapat respon berupa seringai jahat dari Madara.

.

.

.

*To Be Continued*

fanfic naruhina Charapter 9

Charapter 9

Konohagakure, Ruang Hokage…

Terlihat seorang wanita paruh baya dengan rambut pirang panjangnya yang
diikat menjadi dua, tengah melipat kedua tangannya di depan dada sambil
memandang keluar gedung Hokage melalui jendela kaca yang berada di
ruangan itu. Sedangkan di belakangnya, tepatnya di belakang meja Hokage,
terlihat seorang gadis berambut indigo panjang yang tengah menundukkan
kepalanya dalam diam. "Aku tidak bisa mengambil resiko terlalu besar
dengan mengirimmu kesana, Hinata." Ujar wanita berambut pirang yang tak
lain adalah Hokage ke-5, Tsunade Senju. Mendengar itu, gadis berambut
indigo yang dipanggil Hinata itu semakin menundukkan kepalanya.

Setiap hari, ia –Hinata- datang ke gedung Hokage hanya untuk memohon hal
yang sama pada sang /Godaime Hokage/. "A-aku mohon Tsunade-/sama/..,
tolong kirim aku ke tempat Naruto-/kun/ berada." Ya, kurang lebih itulah
yang dikatakan Hinata setiap datang ke gedung Hokage ini. Dan jawaban
diataslah yang setiap hari menjawab permohonan Hinata. Hinata telah lama
bersabar menunggu Sasuke dan Sakura pulang membawa Naruto, tapi semakin
lama menunggu, hatinya semakin tak tenang. Setiap hari pula ia harus
menahan tangisnya setiap ia mendengar jawaban yang keluar dari mulut
sang /Godaime Hokage/tersebut. Miris memang, tapi apa boleh buat…

Tanpa bisa ditahan lagi, perlahan air mata jatuh mengalir dari pelupuk
mata Hinata. Ia tidak kuat lagi, ia tidak kuat lagi menahan rasa sedih
dan khawatirnya saat Naruto tak ada disampingnya. Isak tangispun
akhirnya keluar dari mulut sang /Heiress /Hyuuga itu. "A-aku mohon
Tsunade-/sama…/" ucap Hinata lirih di sela-sela isak tangisnya.
Sebenarnya Tsunade sangat tidak tega melihat sang Heiress Hyuuga yang
memohon setiap hari dan bahkan sampai menangis hanya demi menemui sang
kekasih hati yang terlempar ke masa depan. Tapi apa boleh buat, ia tidak
mau mengambil resiko dengan mengirim sang Heiress dari clan Hyuuga ke
masa depan hanya untuk membawa kembali sang Rokudaime Hokage.

"Kau harus mengerti ini, Hinata. Jika aku mengirimmu ke masa depan, aku
takut kau tidak akan diizinkan oleh Hiashi dan nantinya malah membawa
dampak buruk bagimu." Jelas Tsunade pada Hinata, berharap Hinata akan
dapat mengerti alasannya menolak permohonan Hinata setiap hari.
Mendengar itu, Hinata semakin terisak. Ya, tentu saja, mana mungkin
ayahnya mengizinkannya datang ke masa depan dan membahayakan nyawanya.
Sekali lagi, Hinata hanya bisa menangis terisak. Tapi tanpa
sepengetahuan keduanya, sebenarnya sedari tadi ada dua orang Shinobi
elit yang tengah menguping pembicaraan keduanya dari balik pintu ruang
Hokage.

"Bagaimana pendapat anda, Hiashi-sama?" Tanya Shikamaru kepada Hiashi
yang tengah menunduk saat mendengar isak tangis putri sulungnya barusan.
"Hh.., kau sendiri? Bagaimana pendapatmu, Shikamaru?" bukannya menjawab,
Hiashi malah balik bertanya kepada Shikamaru. "Menurut saya, izinkan
saja Hinata-san pergi ketempat Naruto-sama berada. Saya yakin
Naruto-sama pasti akan segera pulang jika Hinata yang menjemputnya."
Jawab Shikamaru pada Hiashi yang hanya menganggukkan kepalanya lemah
saat mendengar jawaban dari Shikamaru.

"Ya, mungkin inilah yang seharusnya dilakukan seorang ayah untuk
putrinya." Gumam Hiashi sambil mengetuk pintu ruang Hokage. "Masuk!"
seru Tsunade dari dalam ruangan saat mendengar seseorang mengetuk pintu.
Setelah itu, pintu terbuka, menampakkan sosok Hiashi dan Shikamaru yang
berdiri dibelakangnya. "Hiashi-san." Ujar Tsunade agak kaget saat
melihat sosok Hiashi yang tengah berjalan mendekat kearah Hinata bersama
Shikamaru di belakangnya. "Tsunade-hime, saya mohon kirimkan putri saya
ini ketempat dimana Rokudaime-sama berada, mungkin saja dia bisa
membantu Sasuke dan Sakura untuk membawa kembali Rokudaime-sama." Ucap
Hiashi dengan wajah tegasnya, membuat semua orang yang ada diruangan itu
kaget bukan kepalang .

Mendengar suara ayahnya, refleks Hinata menoleh kearah belakang dimana
sumber suara itu berasal. Dan Hinata pun sukses membulatkan matanya saat
melihat Hiashi tengah berdiri di belakangnya sambil menatap tegas pada
Tsunade. 'Apa barusan Tou-san baru saja memohon untukku?' batin Hinata
tidak percaya sambil menatap kaget pada Hiashi. Merasa ditatap putrinya,
Hiashi pun menoleh kepada Hinata dan membalas tatapan kaget dari Hinata
dengan senyum lembut seorang ayah. Tentu saja, tangis Hinata langsung
pecah, dan seketika itu juga, ia langsung menghamburkan diri memeluk
ayahnya tercinta.

"Apa kau yakin, Hiashi-san?" Tanya Tsunade dengan nada ragu. "Aku sangat
yakin, Tsunade-hime." Jawab Hiashi tegas. Mendengar jawaban dari Hiashi
yang terdengar meyakinkan, akhirnya Tsunade menghela nafas panjang. Ya,
mungkin dengan dengan begini Naruto akan bisa dibawa kembali dengan
lebih cepat. "Baiklah, Hinata, ayo ikut aku." Ujar Tsunade sambil keluar
dari ruang Hokagenya. Mendengar ucapan Tsunade, tangis Hinata pun
langsung digantikan dengan senyum kebahagiaan. Setelah sekilas mengecup
pipi Hiashi tanda berterimakasih, Hinata segera berlari menyusul Tsunade
yang sudah berada jauh di depannya. 'Tunggu aku, Naruto-kun.' Batin
Hinata sambil tersenyum lembut.

.

.

.

Natsu D. Luffy

.

.

.

Tokyo Senior High School…

Waktu Istirahat…

Waktu istirahat di kelas 12-C adalah waktu yang sungguh membuat Hinata
tidak enak hati. Kenapa? Karena ia PASTI harus menolak ajakan dari
Sasuke untuk pergi ke kantin bersama. Dan seperti dugaan Hinata, Sasuke
pun segera berjalan ke arah meja Hinata. "Hinata-chan, mau pergi ke
kantin bersamaku?" Tanya Sasuke pada Hinata dengan nada yang sama sekali
tidak mencerminkan keseriusan, seperti biasa. Dan jawaban Hinata? Sudah
bisa ditebak, "Gomen, Sasuke-kun, aku mau pergi ke taman belakang dengan
Naruto-kun." Yup! Itulah jawaban dari Hinata.

"Dia sudah pergi bersama seorang gadis pirang bermata lavender barusan."
Ujar Namikaze Naruto yang tiba-tiba saja turut ikut dalam pembicaraan,
karena memang tempat duduknya berada di samping Hinata. 'S-Shion-chan?'
batin Hinata kaget. Sedetik kemudian, ekspresi kecewa terlihat dengan
jelas diwajah cantik milik Hinata. Tapi sesaat kemudian, lagi-lagi
Namikaze Naruto bertindak agresif seperti kemarin –menarik tangan Hinata
keluar kelas-, dan sukses membuat Hinata maupun Sasuke kaget karena
ulahnya. Tapi hari ini agak berbeda dari biasanya, Sasuke hanya menghela
nafas panjang dan akhirnya berlalu saat melihat adegan itu didepannya.

'Mungkin sudah saatnya berhenti berharap.' Batin Sasuke sambil berjalan
kembali menuju mejanya. Sebenarnya ia sendiri juga heran, kenapa teman
sebangkunya –Uzumaki Naruto- yang biasanya selalu mengajak Hinata pergi
kemanapun ia pergi, hari ini malah pergi bersama gadis yang ia ketahui
bernama Shion itu. "Dobe," gumam Sasuke sambil kembali menghela nafas
panjang yang entah untuk keberapa kalinya hari ini.

"N-Namikaze-san, kita mau kemana?" Tanya Hinata gugup saat Namikaze
Naruto terus saja menarik tangannya kearah yang sepertinya tidak asing
lagi baginya. "Ikut saja, dan kau akan tahu,Hime" jawab Namikaze Naruto
sambil menoleh sesaat kearah Hinata dan tersenyum lebar, mengingatkan
Hinata pada sosok Uzumaki Naruto yang juga memiliki senyum lebar yang
sama. "Nah, sudah sampai." Ujar Namikaze Naruto saat mereka-NaruHina-
telah sampai di tempat tujuan mereka – tujuan Namikaze Naruto-. "Eh?"
Hinata pun agak kaget saat mengetahui bahwa ternyata dirinya dibawa ke
taman belakang TSHS oleh Namikaze muda ini. "Nah, ada yang ingin aku
bicarakan denganmu, Hime." Ucap Namikaze Naruto sambil menuntun Hinata
kearah salah satu bangku panjang yang berada di pojok taman itu.

.

.

"Shion-chan, ada apa kau membawaku kemari?" Tanya Naruto bingung saat
Shion membawanya ke tengah taman belakang TSHS, tepatnya ke pinggir
kolam air mancur tempat dulu Naruto pertama kali datang dari dunia
Shinobi. "Ada seseorang yang akan datang berkunjung, Naruto-kun." Jawab
Shion sembari tersenyum manis kepada Naruto. "Eh? Siapa?" Tanya Naruto
bingung. "Kita lihat saja nanti, Naruto-kun." Mendengar jawaban dari
Shion, Naruto pun menggembungkan pipinya tanda tidak suka. 'Pelit!'
batin Naruto kesal. Sedangakan Shion yang melihat wajah kesal Naruto,
malah berusaha mati-matian untuk tidak berteriak 'KAWAAIII… !' di depan
sang penyelamat dunia ini.

Tak lama kemudian, tepat diatas air mancur, muncul sebuah pusaran
menyerupai portal yang semakin lama semakin membesar, sampai akhirnya..,
"Kyaaaaa~!" jerit sosok yang tiba-tiba saja keluar dari dalam pusaran
itu dan sekarang tengah jatuh bebas menuju kolam air mancur di bawahnya.
*GREB* tetapi sebelum sosok itu sempat tercebur kedalam air kolam,
tubuhnya telah ditahan oleh seseorang yang tiba-tiba saja berada
dibawahnya. "H-Hinata-chan?" ujar seseorang yang tengah menahan tubuh
sosok gadis yang dipanggil Hinata tersebut dengan nada kaget saat
melihat sosok gadis yang ditolongnya barusan. Mendengar namanya
dipanggil, Hinata refleks membuka matanya yang tadi sempat terpejam dan
mendongakkan kepalanya untuk melihat siapa yang telah memanggilnya
sekaligus menolongnya itu.

Dan mata Hinata pun membulat dengan sempurna saat melihat sosok pemuda
berambut pirang yang tengah menopang tubuhnya agar tak jatuh menyentuh
air, yang tengah berdiri diatas air dengan gagahnya, ya, tidak salah
lagi, ialah tunangan tercintanya, Uzumaki Naruto. "N-naruto-kun!" seru
Hinata histeris sambil memeluk Naruto yang masih mebopongnya ala
pangeran. Isakan kecil pun meluncur dengan indahnya dari bibir sang
Heiress Hyuuga. "Cup,cup,cup… Aku disini,Hinata-chan, tenanglah..," ujar
Naruto berusaha menenangkan Hinata sambil membelai helaian mahkota
Indigo milik tunangannya itu. Setelah isakan Hinata berhenti, Naruto pun
menurunkan Hinata dari bopongannya secara perlahan.

"Hey,Hinata-hime.., apa kabar?" Tanya Naruto diiringi senyum lembutnya
pada Hinata saat Hinata telah menyeimbangkan tubuhnya diatas kolam –sama
seperti Naruto-. Dan sekali lagi, Hinata kembali menghambur kedalam
pelukan hangat Naruto tercintanya. "N-Naruto-kun.., A-aku sangat
m-merindukanmu," ucap Hinata di sela pelukannya dengan Naruto. "Ya, aku
juga, Hime." Balas Naruto sambil mengencangkan pelukannya pada Hinata.
Shion yang melihan adegan roman picisan di depannya hanya memutar bola
mata bosan.

"Ehm.., masih ada seseorang disini." Ujar Shion yang merasa diacuhkan
oleh sepasang merpati cinta ini. "Eh? Ahahaha.., Gomen, Shion-chan…"
ujar Naruto sambil melepas pelukannya pada Hinata dan menggaruk-garuk
belakang kepalanya yang tidak gatal. Hinata yang merasa mendengar suara
yang cukup familiar di telinganya, refleks menoleh kearah yang sama
dengan arah yang dilihat Naruto. "Eh? Shion-chan?" ujar Hinata terkejut
saat melihat salah satu sahabatnya, Shion, juga ada di dunia yang sama
dengan mereka-NaruHina- saat ini berada. Hinata kenal Shion? Tentu saja,
karena acara pertunangan Rokudaime Hokage adalah acara besar yang
dihadiri seluruh petinggi dari seluruh Negara Shinobi, jadi wajar saja
jika Hinata bisa mengenal Shion.

"Ah, Hyuuga-san." Balas Shion sambil membungkukkan badan tanda hormat
pada Hinata. Melihat itu, Hinata semakin kaget sekaligus bingung
dibuatnya. Akhirnya, Hinata pun menolehkan kepalanya kearah Naruto untuk
meminta penjelasan. Naruto yang merasa memang harus menjelaskan apa yang
terjadi, akhirnya memulai menjelaskan apa yang terjadi pada Hinata dari
huruf kapital sampai titik-?-. Setelah mendengarkan cerita dari Naruto
mengenai dunia aneh yang ternyata adalah dunia masa depan ini, Hinata
pun hanya bisa menganggukkan kepala tanda mengerti."Ah, baiklah,
Naruto-kun, Hinata-san, tugas saya telah selesai. Saya mohon undur
diri." Ucap Shion sopan pada Naruto dan Hinata yang saat ini tengah
tersenyum kepadanya. Setelah sekali lagi membungkukkan badan tanda
hormat, Shion pun segera berlalu dari taman itu.

"N-Naruto-kun..," ucap Hinata meminta perhatian dari Naruto. Mendengar
Hinata memanggilnya, Naruto pun langsung menolehkan kepalanya kesamping,
dimana Hinata berada. "Ya,Hinata-chan?" balas Naruto pada Hinata. "Umm..
a-ano… kapan N-Naruto-kun akan p-pulang?" Tanya Hinata to the point pada
Naruto. "Segera setelah urusanku disini selesai." Jawab Naruto cepat
sambil memandang lurus kedepan, membuat Hinata sempat tertegun sejenak
dibuatnya. "M-memang urusan a-apa N-Naruto-kun?" Tanya Hinata penasaran
pada Naruto. "Ya, hanya masalah kecil. Kau tidak perlu khawatir, Hime."
Jawab Naruto sambil menolehkan kepalanya kepada Hinata dan memberikan
senyuman terlebar yang ia punya untuk meyakinkan Hinata. 'Ya, hanya
masalah kecil.' Gumam Naruto dalam hati. Mendengar jawaban Naruto,
Hinata hanya bisa menganggukkan kepala tanda mengerti.

.

.

"Baiklah, apa yang ingin anda bicarakan, Namikaze-san?" Tanya Hinata
tidak sabaran pada Namikaze Naruto yang saat ini tengah duduk di bangku
panjang di pojok taman belakang TSHS. "Kau tahu kalau kau sudah di
jodohkan oleh orang tuamu bukan?" Tanya Namikaaze Naruto dengan nada
santai. Mendengar pertanyaan dari Namikaze Naruto, Hinata tidak bisa
lagi menyembunyikan raut wajah terkejutnya. Sejenak Namikaaze Naruto
menoleh kearah Hinata untuk melihat ekspresinya, dan ia pun terkekeh
kecil saat melihat raut keterkejutan di wajah Hinata. "Kau tahu Hinata?
Harusnya kau senang, karena…" Namikaze Naruto menggantungkan
kata-katanya, membuat Hinata menoleh penasaran padanya. "Aku adalah
orang yang akan dijodohkan denganmu."

.

.

.

*To Be Continued*