Charapter 11
Di atap TSHS, terlihat 2 orang pemuda dan 2 orang gadis yang memakai
pakaian yang dapat di kategorikan 'aneh' untuk ukuran pakaian jaman
modern ini. Seorang lelaki yang berambut pirang jabrik, memakai jaket
dan celana panjang yang berwarna orange dan sedikit corak hitam, dibalut
dengan jubah berwarna merah dengan corak api hitam di bagian bawahnya
dan memiliki tulisan Rokudaime Hokage di belakangnya. "Baiklah, kunai
Hiraishin sudah kuserahkan pada Hinata-chan. Jadi, apakah kalian akan
pergi sekarang?" Tanya orang itu yang tak lain adalah Uzumaki Naruto.
"Ya, kami akan segera berangkat." Jawab seorang lelaki lain dengan nada
datarnya, seolah tak memancarkan keseriusan di dalam perkataannya.
Lelaki itu berambut raven dan bergaya seperti –ehm- pantat ayam, memakai
atasan seperti baju kimono yang tak tertutup, sehingga menampakkan dada
bidangnya yang putih mulus. Sedangkan untuk bawahannya, ia memakai
celana tiga perempat yang dibalut dengan kain yang membungkus celana dan
sebagian baju itu, dan kemudian diikat menggunakan tali besar dibagian
pinggang. Ya, ia adalah Uchiha Sasuke.
"Sebaiknya kita segera bergegas, Sasuke-kun." Ucap seorang gadis
berambut pink yang memakai pakaian terusan sampai setengah paha, dan
celana pendek ketat di baliknya. Haruno Sakura.
Mendengar jawaban dari temannya, Naruto pun menoleh kearah tunangan
tercintanya. "Hey, Hinata-chan... ingat pesanku, kalau nanti ada apa-apa
di tengah jalan, kau gerak-gerakkan kunai itu saja, dan aku pasti akan
datang." Ujar Naruto pada gadis kesayangannya tersebut.
"I-Iya, Naruto-kun. N-Naruto-kun juga hati-hati d-disini…" balas gadis
yang bernama Hinata itu sambil mengeratkan genggaman kedua tangannya
pada kunai bermata tiga milik kekasihnya itu. Ia tatap dalam-dalam
permata safir milik tunangannya itu, dan sejurus kemudian, ia
sunggungkan senyum termanis yang ia punya untuk sang tunangan tercinta.
"Kau meremehkan kemampuanku, Dobe." Ucap Sasuke dengan nada tidak suka
saat mendengar perkataan Naruto barusan kepada Hinata. Ya, tentu saja.
Perkataan Naruto barusan itu sama saja meremehkan kemampuan seorang
Uchiha Sasuke untuk menjaga rekannya.
"Hehe, bukannya aku meragukanmu, Teme. Aku hanya khawatir, kau tahu…"
balas Naruto sambil memamerkan senyum khasnya, seperti biasa.
"Kami akan segera berangkat, Dobe." Ucap Sasuke sambil berbalik badan,
membelakangi Naruto, Hinata, dan Sakura. Melihat Sasuke berbalik, Sakura
pun ikut membalikkan badan, bersiap untuk pergi.
"N-Naruto-kun… kami berangkat d-dulu." Pamit Hinata pada Naruto.
"Eh? Kau mau langsung pergi begitu saja, Hime? Apakah kau melupakan
sesuatu?" Tanya Naruto dengan nada menggoda dan seringai licik sambil
menepuk-nepukkan jari telunjuknya di pipi kanannya.
*Blush* Mengerti maksud Naruto, kontan wajah Hinata langsung memerah dan
tubuhnya pun langsung menjadi kaku seperti baru saja melihat Medusa. Ah,
sepertinya Hinata tidak tahu apa yang telah ia perbuat. Melihat wajah
Hinata yang memerah, membuat Naruto semakin gemas kepada Hinata. Dan
melihat tubuh Hinata yang kaku karena menegang, pastinya itu adalah
kesempatan bagi Naruto untuk…
*Cup*
Sebuah kecupan singkat di bibir Hinata pun sukses mendarat. Semenit
setelah kejadian itu, Hinata masih saja mematung dengan wajah memerah,
membuat Naruto akan melancarkan aksinya sekali lagi kalau saja tidak
dihentikan oleh suara Sasuke.
"Hinata, ayo kita berangkat." Instruksi Sasuke pada Hinata, membuat
Hinata sadar dari shock sejenaknya, dan membuat Naruto mendengus kesal
karena aksinya gagal.
"Ha'i" balas Hinata pada Sasuke. Sebelum membalikkan badan, Hinata
sejenak melemparkan senyuman manisnya pada Naruto sembari kembali
berpamitan tentunya.
Setelah itu, Sasuke, Sakura, dan Hinata pun langsung melesat dari atap
Tokyo Senior High School, meninggalkan Naruto yang masih tetap setia
melambaikan tangannya sambil tersenyum lebar.
.
.
Sekarang, di atap TSHS hanya tersisa Naruto yang tengah tiduran sambil
memandang ke atas, ke arah bintang-bintang yang entah kenapa sinarnya
terasa redup malam ini. "Hey, kenapa kau terlihat sedih, bintang?" gumam
Naruto sambil terus melihat ke arah bintang. Ah, anda kau tahu, Naruto.
Saat ini mereka –para bintang- tengah bersedih untukmu, untuk penyelamat
dunia yang akan mengorbankan nyawanya demi anak cucunya.
"Besok ya…" gumam Naruto sembari memejamkan matanya, memantapkan hatinya
untuk melawan teman sebangkunya, Sasuke dan juga gurunya di sekolah,
Madara. Ya, apapun yang terjadi, ia tak boleh ragu. Jika yang di
ceritakan Sasuke mengenai kekuatan Madara memang benar, ini mungkin akan
menjadi pertarungan terberat bagi Naruto. Melawan Madara di dunia ninja
saja ia sudah kewalahan, apalagi melawan Madara di dunia ini, yang kata
si Teme, jauh lebih kuat daripada Madara di dunia ninja.
Disaat tengah hatinya tengah bimbang, tiba-tiba saja ia teringat kembali
dengan kata-kata gurunya, sang Ero-sennin. 'Kebanggaan seorang ninja
bukan dilihat dari bagaimana ia hidup, tapi dilihat dari bagaimana ia
mati.' Ya, paling tidak, jika nantinya ia mati, ia akan bangga telah
menjadi seorang ninja yang berkorban demi kedamaian dunia. Lagipula, ia
sudah berkata akan melindungi dunia ini saat berada di Tokyo Tower
bersama Sasuke. Dan ia tidak akan menarik kembali kata-katanya, karena
itulah jalan ninja-nya.
Kini Naruto telah memantapkan hatinya. Ya, besok adalah pertarungan
hidup matinya, pertarungan demi dunia ini. Tentu saja, jika Naruto
kalah, siapa yang akan melawan Madara? Mungkin hanya tinggal berharap
sang Rikudo-sennin akan terjebak di dalam dimensi ruang dan waktu dan
akhirnya terdampar di dunia ini, dan kemudian mengalahkan Madara. Tapi
itu tidak mungkin, bukan? Dan itulah alasan Naruto untuk HARUS
mengalahkan Madara.
Seperti yang dulu pernah ia katakan pada Sasuke, ia akan mengalahkannya,
dengan cara apapun dan dengan jalan apapun. Ia akan mengalahkannya
dengan kedua tangannya sendiri. Jika nantinya kedua tangannya patah, ia
akan melawan dengan tendangan. Jika kedua kakinya pun patah, ia akan
melawan dengan gigitan. Jika mulutnya sobek, ia akan melawan menggunakan
tatapan matanya. Dan jika kepalanya dipenggal, ia akan menghantuinya
bahkan sampai ke dasar Neraka sekalipun.
Perlahan namun pasti, Naruto mulai terbuai dalam sejuknya angin malam
yang menerpa tubuhnya. Ya, sepertinya ia harus tidur. Besok adalah hari
yang panjang baginya, bagi teman-temannya, bagi tunangannya, dan bagi
dunia ini. Tidurlah yang nyenyak Naruto, karena mungkin ini adalah tidur
terakhirmu sebelum tidur abadimu nanti.
.
.
.
Natsu D. Luffy
.
.
.
"Hahh…" terlihat seorang gadis berambut indigo panjang dan bermata
lavender tengah bersandar pada pagar besi pembatas balkon apartementnya
sembari menghela nafas panjang. Ia tidak tahu kenapa, tapi perasaannya
sungguh tidak enak.
Pertama, kenapa sang Rokudaime Hokage itu tidak pulang ke apartementnya?
Padahal ini sudah tengah malam. Apa ia pergi ke suatu tempat? Atau malah
ia telah pulang ke dunianya? Tapi… kenapa ia tidak berpamitan terlebih
dahulu? Ah, apa jangan-jangan karena di sekolah tadi ia telah bersikap
acuh tak acuh pada sang Rokudaime Hokage? Jika itu alasannya, sungguh…
ia akan bunuh diri saat ini juga.
Kedua, kenapa perasaannya SANGAT tidak enak? Entah kenapa…
bintang-bintang dilangit terlihat begitu sedih, sehingga membuatnya juga
ingin menangis saat ini juga. Menangis tanpa alasan? Itu hal paling
bodoh yang pernah Hinata lakukan sepanjang hidupnya. Tapi siapa peduli?
Hatinya hanya merasa… ada yang perlu di tangisi, entah apa itu. Ini
seperti… perasaan kehilangan orang yang kita sayangi, kehilangan untuk
selama-lamanya. Dan bahkan hingga saat ini Hinata belum tahu siapa orang
itu.
Sejenak kemudian, Hinata menyatuka kedua tangannya di depan dadanya,
sembari memejamkan kedua matanya. 'Kami-sama… lindungilah semua orang
yang aku sayangi, jangan biarkan hal yang buruk menimpa mereka, dan…
lindungilah Naruto-kun.' Batin Hinata dalam do'a-nya. Eh? Tunggu! Apa
barusan ia menyebutkan Naruto-kun? Kenapa tiba-tiba hatinya terasa sesak
saat menyebutkan nama Naruto? Apa kau sudah menyadari apa yang akan
terjadi pada Naruto, Hinata? Berharaplah Kami-sama akan mengabulkan do'a
yang kau panjatkan.
.
.
.
Natsu D. Luffy
.
.
.
"Sasuke, sebaiknya kau tidur sekarang. Beristirahatlah, besok kita akan
mendapat buruan besar." Instruksi Madara pada Sasuke yang saat ini baru
saja mengganti matanya dengan mata milik 'Madara'.
Kedua mata Sasuke saat ini masih di tutupi dengan perban karena belum
sepenuhnya pulih. "Bagaimana aku dapat berjalan ke kamar saat aku tidak
bisa melihat." Balas Sasuke dengan nada ketus saat mendengar instruksi
dari Madara.
"Siapa bilang kau akan tidur di kamar? Tidurlah disini. Tenang saja,
disini tidak ada kecoak kok." Ujar Madara menutupi kesalahan
perkataannya tadi. Beruntung Madara, karena saat ini Sasuke tidak bisa
melihat, sehingga raut wajah bohong milik Madara pun tak terlihat olehnya.
Setelah mendengus kesal, akhirnya Sasuke pun mengalah. Apa boleh buat,
ia harus tidur malam ini. Ia harus menyiapkan tenaga untuk besok, dan
lagipula, ia harus segera beristirahat agar kedua mata hasil
transplantasi dari 'Madara' ini cepat menyatu dengan tubuhnya.
Melihat Sasuke telah tertidur pulas di lantai ruang bawah tanah mansion
Uchiha, Madara pun tersenyum senang. 'Anak ini setidaknya bisa
menghambat teman-teman Rokudaime Hokage selagi aku melawan Rokudaime
Hokage.' Batin Madara sambil tetap menatap Sasuke.
"Ah, sepertinya aku juga harus tidur. Melawan titisan Rikudo-sennin
pasti membutuhkan kekuatan ekstra." Gumam Madara sambil berjalan menaiki
tangga menuju mansion Uchiha, meniggalkan Sasuke yang terlelap dalam
tidurnya di ruang bawah tanah mansion Uchiha.
.
.
.
Natsu D. Luffy
.
.
.
Tokyo Senior High School, 05.00 a.m…
Terlihat seorang pemuda berambut pirang dengan iris mata berwarna orange
dan berpupil horizontal layaknya katak, tengah berdiri di pinggiran atap
TSHS sembari bersidekap, menikmati butiran-butiran embun pagi yang
menyejukkan. Jubah merah bermotif api hitam yang di kenakannya berkibar
searah dengan angin pagi yang menerpanya. Ya, ia sudah siap untuk hari
ini. Ia, Uzumaki Naruto, telah siap untuk pertempuran hidup matinya hari
ini.
"Hahhh…" ia menghela nafas panjang sembari menutup kedua matanya,
berharap dengan itu, rasa ragunya untuk melawan 'Sasuke' akan hilang
bersama dengan nafas yang ia buang. Walau bagaimanapun, Naruto tahu
bahwa 'Sasuke' hanyalah alat Madara. Ia berharap ia tak perlu membunuh
'Sasuke' nantinya. Akh ya, 'Sasuke' harus di sadarkan. Dan ia tahu,
satu-satunya yang merasakan perasaan kehilangan yang sama dengan
'Sasuke' adalah Sasuke. Ya, ia percaya sahabatnya itu bisa menyadarkan
'Sasuke'.
Dan Madara. Ya, tidak ada kata ampun bagi orang yang telah memanfaatkan
orang lain demi kepentingannya sendiri. Akan Naruto pastikan, Madara
akan menyesali perbuatannya. Itupun jika ia sempat menyesalinya, sebelum
mati di tangan Naruto.
"Ya, aku sudah siap!"
.
.
.
Natsu D. Luffy
.
.
.
Ruang bawah tanah mansion Uchiha, 05.00 a.m…
"Bagaimana dengan mata barumu, Sasuke?" Tanya Madara pada Sasuke yang
kini tengah melepas perban yang menutupi matanya. Tekad Madara sudah
bulat. Ia harus membunuh Rokudaime Hokage hari ini juga. Dan jika ia
beruntung, mungkin ia akan mendapatkan Kyuubi sebagai bonusnya.
Perlahan, Sasuke mulai membuka matanya. Untuk sesaat, Sasuke hanya
terdiam sambil menatap lurus. Dan sejurus kemudian, wajah datarnya
digantikan dengan seringai licik yang senantiasa menghiasi wajah
tampannya. "Mata ini… Aku bisa merasakan kekuatan yang meluap-luap di
mata ini." Jawab Sasuke dengan masih menyeringai licik.
Mendengar jawaban Sasuke, Madara juga turut menyeringai. Sesaat, Madara
menyempatkan untuk melihat mata baru milik Sasuke. Dan dugaannya benar.
Sharingan Sasuke telah mencapai batasnya, Eternal Mangekyo Sharingan.
'Mata itu memang menyimpan kekuatan besar, walau tak sebesar milikku'
batin Madara bangga.
"Kalau begitu, apa kau sudah siap?"
"Tak pernah sesiap ini."
.
.
.
Natsu D. Luffy
.
.
.
'Mereka datang' batin Naruto sembari membuka matanya yang sedari tadi
menutup. 'Apa Sasuke, Sakura, dan Hinata sudah sampai?' batin Naruto
mulai gelisah. Tentu saja, ia tak mau melawan Madara dan Sasuke di
Tokyo, yang jelas akan langsung menyebabkan kota ini rata dengan tanah.
'Kekkai?' batin Naruto sambil melihat sekeliling. Ya, ternyata sekolah
ini telah dilindungi Kekkai. Dan ia yakin, siapapun pelakunya, ia pasti
telah berada di dalam sekolah ini.
'Disana!' *Wush* Naruto pun langsung melemparkan kunainya saat merasakan
Chakra asing yang tiba-tiba saja muncul dari balik pohon di halaman
depan TSHS. *BRAK* dan pohon itu pun sukses terbelah karenanya. Tapi
anehnya, tak ada apapun yang mencurigakan di balik pohon itu.
*Tap* *Wooossshhhh* tiba-tiba saja, Naruto langsung melompat dari tempat
ia tadi berpijak. Dan sedetik setelah Naruto melompat, atap yang tadinya
dijadikan pijakan oleh Naruto, kini telah terbakar habis oleh api hitam.
Ya, api hitam.
"Reflek yang bagus, Rokudaime-sama." Ucap seseorang yang tiba-tiba saja
muncul dari balik api hitam itu. Ya, dialah Madara Uchiha.
"Madara! Sudah kuduga itu kau!" sedetik kemudian –masih melayang-,
Naruto membentuk sebuah segel dengan tangannya. *Taju Kagebunshin no
Jutsu* dan tiba-tiba saja, bermunculan ratusan Bunshin Naruto yang
langsung memenuhi udara. Sesaat kemudian, di tangan masing-masing
bunshin, mulai terbentuk sebuah bola berputar berwarna biru sebesar
kepalan tangan. Makin membesar, hingga akhirnya ukuran bola itu seukuran
dengan tubuh manusia.
"Futon : Oodama Rasen-" *Poff* *Poff* *Poff* belum sempat para Bunshin
menyelesaikan kalimat mereka, mereka telah terlebih dahulu menghilang
akibat ratusan kunai yang tiba-tiba saja menghujani mereka dari arah
belakang. 'Sasuke!' batin Naruto saat melihat kebelakang dan menyadari
bahwa yang barusan melempar ratusan kunai itu adalah Sasuke.
Tapi sayang sekali, dengan menoleh itu, Naruto tanpa sadar telah
memberikan kesempatan besar untuk Madara. Sebelum Naruto sempat
menolehkan kepalanya lagi, Madara tiba-tiba saja telah melayang tepat di
depannya. Dan… *BUGH* sebuah pukulan telak dari Madara mendarat tepat di
perut Naruto, membuat Naruto langsung melesat jatuh dan menghantam tanah.
*DUAR* "U-Uh… Sialan." Gumam Naruto yang saat ini tengah berdiri di
tanah yang telah berbentuk seperti kawah kecil –efek jatuhnya Naruto-
sembari memegangi perutnya yang terasa sangat sakit. Melihat Madara yang
masih melayang di udara, Naruto pun langsung melempar kunai Hiraishin
miliknya kearah Madara. Dan tentu saja, Madara dengan mudah
menghindarinya hanya dengan menggeser sedikit kepalanya.
Tapi tindakan Madara itu ternyata adalah tindakan fatal. Naruto yang
dibawah langsung menyeringai saat melihat Madara menghindari kunainya
itu hanya dengan menggeser sedikit kepalanya. Tak ada sedetik, tiba-tiba
saja Naruto telah menghilang dari bawah dengan meninggalkan seberkas
cahaya kuning keemasan.
Madara yang melihat itu, tanpa sadar sedikit membelalakkan matanya.
Kemana Naruto menghilang? Apa itu sebuah gerakan? Tapi tidak mungkin.
Bahkan jika itu sebuah gerakan, gerakan itu pasti akan terbaca oleh mata
Sharingan Madara. Tapi ini… Kemana ia menghilang?
"Kau lengah." Sebuah suara yang tiba-tiba saja muncul dari belakang
Madara langsung membuatnya kaget. "Rasengan!" Naas, sebelum Madara
sempat menoleh ke belakang, tiba-tiba saja tubuhnya dihantam oleh
sesuatu yang membuatnya langsung jatuh kebawah dengan cepat. *DUARR*
tubuh Madara pun menghantam tanah, menyebabkan bekas kawah kecil di
tanah karena ketidakmampuan tanah menahan tekanan di atasnya.
Seperti biasa, bukan Madara namanya jika terluka hanya dengan serangan
macam itu. Di atas tanah, Madara masih berdiri dengan tenang sembari
membersihkan kepala belakangnya yang barusan terkena Rasengan milik
Naruto. "Ah, ya, kau pantas mendapatkan gelar itu, Hokage-sama." Ucap
Madara dengan nada santai sembari menatap dingin Naruto yang masih
melayang di atas sana.
'Sudah kuduga. Ia tidak akan terluka semudah itu.' Batin Naruto sambil
membalas tatapan dingin Madara dengan tatapan sinis miliknya.
"Kau lengah." Tiba-tiba saja sebuah suara dingin muncul dari samping
Naruto. *Trrrang* Tepat sesaat sebelum Sasuke menebaskan kunai miliknya
ke leher Naruto, Naruto telah terlebih dahulu menahannya.
"Kau terlalu cepat 100 tahun untuk melawanku, Teme." Gumam Naruto saat
menahan kunai milik Sasuke dengan kunai miliknya.
"Mungkin Sasuke iya, tapi aku tidak." Sekali lagi, sebuah suara dingin
tiba-tiba muncul di belakang Naruto. *Katon : Fire Ball* Sasuke pun
langsung menjauhkan diri dari Naruto saat melihat bola api raksasa
mendekat ke arahnya.
*BLARRR* tentu saja, kecepatan Naruto tidak bisa di remehkan. Naruto
menghindar tepat sedetik sebelum bola api itu menghantamnya. Dan
akhirnya bola api itupun menghantam tanah dan membakar semak-semak di
sekelilingnya. "Huh, hampir saja." Gumam Naruto saat dirinya telah
mendarat di salah satu dahan pohon di halaman TSHS.
.
.
.
"Kita sampai." Ucap Sasuke kepada Sakura dan Hinata saat mereka telah
sampai di tengah 'Dark Sea'. Sebenarnya, Hinata dan Sakura agak
merinding sejak pertama kali memasuki wilayah Segitiga Bermuda. Entah
kenapa… lautan ini penuh dengan aura… kematian? Ya, itulah sebabnya
tempat ini jauh dari jangkauan manusia. Dan memang inilah tempat yang
tepat untuk bertarung.
"Hinata, cepat gerakkan kunai Hiraishin itu." Instruksi Sasuke pada Hinata.
"Ha'i" balas Hinata pada Sasuke. Setelah itu, Hinata pun langsung
menggerak-gerakkan kunai milik Naruto ke kanan dan ke kiri. 'Semoga kami
tidak terlambat. Naruto-kun…'
.
.
.
'Mereka sudah sampai.' Batin Naruto sambil terus menghindari jutsu api
dari Sasuke dan Madara. Sesaat kemudian, Naruto pun berhenti menghindar
dan berdiri tepat di atas atap TSHS yang masih tersisa. "Temui aku di
Segitiga Bermuda!" seru Naruto kepada Sasuke dan Madara yang berada di
bawahnya.
"Cih, banyak omong." Gumam Sasuke sambil menatap sinis Naruto.
*AMATERASU* tetapi sesaat sebelum api hitam itu membakar Naruto, Naruto
telah terlebih dahulu menghilang dengan diiringi sebuah kilatan cahaya
kuning keemasan. Alhasil, api hitam itupun hanya membakar atap TSHS yang
tadi sempat menjadi tempat pijakan Naruto.
"Ck, kemana si Dobe?" gumam Sasuke sambil melihat sekeliling.
"Kau tidak akan menemukannya disini." Ujar Madara mengalihkan perhatian
Sasuke. "Itu barusan sepertinya adalah jutsu teleportasi legendaris
milik Yondaime Hokage. Aku tak menyangka ia bisa menggunakannya." Lanjut
Madara dengan nada sedikit kagum.
"Apakah ini berarti kita kehilangan dia?" Tanya Sasuke dengan nada kesal.
Mendengar pertanyaan Sasuke, Madara tersenyum sejenak sebelum akhirnya…
*Jikukan Ninjutsu* Madara dan Sasuke pun menghilang tertelan sebuah
pusaran yang muncul dari mata Madara. Ya, itulah jutsu teleportasi Uchiha.
.
.
.
*To Be Continued*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar