Charapter 4
dengan seragam sekolahnya, lengkap dengan segala aksesorisnya.
"Iya,Hinata-chan!" dan tak lama setelah itu, Naruto pun datang
menghampiri Hinata yang telah menunggunya di depan pintu apartemen.
"Baiklah, ayo kita berangkat Naru-eh?" perkataan Hinata barusan
sepertinya tidak akan diteruskan lagi karena sekarang mata Hinata
terlalu terkejut menatap apa yang ada di depannya. Memangnya apa yang
ada di depan Hinata saat ini?
Di depan Hinata sekarang, terpampang sosok Naruto dengan seragam yang
acak-acakan, ralat, SANGAT acak-acakan. Mari kita lihat seberapa
acak-acakankah dandanan tokoh utama kita saat ini. Saat ini, Naruto
mengenakan celana panjang seragam TSHS tanpa ikat pinggang, yang
menyebabkan celana itu terlihat kedodoran di badan Naruto. Sedangkan
baju seragam yang dikenakan Naruto, dikenakan tanpa mengancingkan
satupun kancing bajunya, menampakkan kaos hitam polos dibaliknya. Dasi
berlambangkan TSHS yang seharusnya dipasangkan di kerah baju malah
Naruto ikatkan di kepala, layaknya mengenakan hitai-ate. Dan ikat
pinggang yang seharusnya di pasangkan di celananya, malah Naruto pasang
melingkar di lehernya, layaknya mengenakan kalung.
Hampir saja tawa Hinata meledak seandainya ia lupa bahwa ia sekarang
tengah berhadapan dengan Hokage Konoha yang telah berjasa dalam sejarah
kota Tokyo. "Aduh, Naruto-kun.. kau ini.. jadi terlihat seperti orang
gila saja. Hihihi.. sini., biar aku bantu rapikan seragammu." Ucap
Hinata sedikit gemas pada Naruto yang sekarang tengah menggembungkan
pipinya, pura-pura kesal karena dibilang seperti orang gila oleh Hinata.
Terang saja Naruto tidak bisa memakai dasi dan ikat pinggang, karena di
Konoha ia tidak pernah memakai pakaian anak sekolahan.
Dan Hinata pun kini mulai mengancingkan satu-persatu kancing baju
Naruto, dilanjutkan mengenakan ikat pinggang Naruto, dan terakhir
mengikatkan dasi di kerah seragam Naruto. "Kau tahu, Hinata-chan? Aku
merasa merepotkanmu jika terus menumpang di apartemenmu ini." Ucap
Naruto dengan nada lirih, tapi masih dapat di dengar Hinata yang saat
ini masih berusaha mengikatkan dasi di kerah seragam Naruto. "Kau ini
biacara apa,Naruto-kun.. aku sama sekali tidak merasa direpotkan dengan
kehadiran Naruto-kun di apartemenku. Aku malah senang karena sekarang
apartemen menjadi tidak sepi lagi." Ujar Hinata sambil menatap Naruto
diiringi senyum manis khas seorang Heiress Hyuuga.
Karena jarak antara wajah Naruto dan wajah Hinata yang sekarang terlalu
dekat –menurut Naruto- membuat Naruto dapat dengan jelas melihat betapa
manisnya senyum seorang Hinata Hyuuga yang sebelumnya tidak pernah ia
perhatikan sama sekali. Dan tanpa bisa ditahan lagi, wajah Naruto
sekarang telah dihiasi semburat merah di sekitar pipinya. "Nah,
selesai!" seru Hinata girang sambil menjauhkan badannya dari Naruto demi
melihat hasil jeri payahnya.
"Nah, kalau begini kan Naruto-kun jadi terlihat lebih tampan!" Ucap
Hinata polos tanpa menyadari perubahan warna wajah Naruto yang menjadi
sewarna tomat segar setelah mendengar ucapan Hinata barusan. "A-Arigatou
gozaimasu, Hinata-chan.." ucap Naruto gugup sambil menundukkan
kepalanya, menyembunyikan wajahnya yang telah sewarna dengan buah
favorit si bungsu Uchiha. "Douitashimimashitte, Naruto-kun.." balas
Hinata sambil tersenyum manis, seperti biasanya.
.
.
.
.
.
Sepanjang perjalanan Naruto dan Hinata ke sekolah, canda tawa selalu
muncul dari mulut keduanya, menyebabkan perjalanan Hinata ke sekolah
kali ini berbeda dari sebelumnya, sebelum Naruto datang. Tak jarang
orang yang melihat mereka sepanjang perjalanan hanya bisa geleng-geleng
kepala sambil tersenyum menatap NaruHina. 'pasangan yang sungguh
serasi..' begitulah yang di pikirkan mereka.
"Akh! Gawat! Kita akan terlambat, Naruto-kun! Ayo, Kita harus cepat!"
seru Hinata panik saat menyadari bahwa jam pelajaran pertama mereka akan
dimulai 5 menit lagi. "Sebaiknya kita bergegas,Naruto-kun." Seru Hinata
sambil menarik lengan Naruto untuk ikut berlari bersamanya. "Kalau
berlari saja akan lama sampainya,Hinata-chan.. Jika ingin cepat….." dan
dengan itu Naruto pun berhenti berlari mengikuti langkah Hinata, membuat
Hinata mau tak mau juga harus ikut berhenti karenanya. Sejenak Naruto
menyeringai tipis, terlalu tipis hingga Hinata tidak menyadarinya.
Hinata yang malang.
"Memangnya Naruto-kun mau melakukan ap- Kyaaaaa….!" Dan teriakan Hinata
pun membahana di jalanan sepi tersebut. Sekarang, Naruto tengah membawa
Hinata ala bridal style sambil melompat dengan cepat melewati
gedung-gedung pencakar langit kota Tokyo. "N-Naruto-kun, apa yang kau
lakukan..?" seru Hinata pada Naruto dengan wajah yang sudah semerah
tomat karena ini pertama kalinya bagi Hinata diperlakukan seperti ini
oleh laki-laki selain kakaknya, Hyuuga Neji. "Hahaha.. sudah lama aku
tidak melihat wajah Hinata-chan yang merona seperti itu. Kau tahu
Hinata-chan? Kau terlihat sangat manis saat sedang merona seperti itu."
Goda Naruto pada Hinata tanpa menurunkan kecepatannya. "Dasar Gombal!"
seru Hinata sambil mengeratkan pegangannya pada Naruto dan
menyembunyikan wajahnya yang semakin merona dibalik dada bidang Naruto.
.
;
.
.
"Sasuke, kau harus cepat berlatih menggunakan Sharingan. Kau harus cepat
menguasainya." Ucap seorang lelaki yang sebenarnya sudah tua, tapi
terlihat masih paruh baya, siapa lagi kalau bukan Madara Uchiha. "Aku
rasa kita sudah pernah membicarakan ini sebelumnya, Madara. Dan kau
sudah tahu apa jawabanku." Ucap seorang pemuda berambut emo berwarna
raven, Sasuke Uchiha. "Hh.. Waktu itu aku menyetujuimu tidak berlatih
Sharingan karena ku kira era ninja telah berakhir. Tapi sepertinya belum
seluruh ninja dimusnahkan oleh klan Uchiha." Terang Madara pada Sasuke.
"Maksudmu?" Tanya Sasuke bingung pada Madara. "Jangan bilang kau tidak
tahu ini, Sasuke. Kau kira kenapa Era Ninja berakhir? Karena sebuah
meteor yang jatuh dan memusnahkan seluruh Negara,huh? Jangan bercanda.
Kita, keluarga Uchiha lah yang mengakhiri Era keemasan para Ninja. Jika
para Ninja tidak dimusnahkan, kita para keluarga Uchiha untuk selamanya
akan terus dikenal sebagai klan terkutuk, dan akan terus terkucilkan
dari masyarakat. Kau lihat? Tanpa adanya para Ninja, keluarga kita
menjadi keluarga terhormat karena tidak ada yang mengetahui sejarah
keluarga kita." Jawab Madara dengan nada santai.
"Dan lagi… untuk informasi saja, yang keluargamu mati bukan karena
kecelakaan mobil. Tapi karena dibunuh para Ninja." Bisik Madara pada
Sasuke sambil berlalu meninggalkan Sasuke yang kini telah terpaku
mendengar penjelasan kakeknya itu. "Tunggu dulu, Madara!" seru Sasuke
pada Madara sebelum Madara keluar dari ruangan itu. "Apa?" Tanya Madara
pada Sasuke, dalam hati ia menyeringai, penuh kemenangan. "Ajarkan aku
tekhnik mata kutukan itu!" Seru Sasuke pada Madara.
.
.
.
.
.
Pagi yang cerah di Konoha. Seperti biasa, semenjak dini hari tadi,
Konoha telah dipenuhi dengan para penduduknya, baik shinobi maupun
non-shinobi. Tapi ada yang berbeda pada pagi kali ini. Apa? Tentu saja.
Para penduduk sejak pagi tadi bukannya sibuk dengan pekerjaannya
masing-masing, tapi malah saling berbincang tentang berita hilangnya
sang Rokudaime Hokage. Tentu saja, sejak Naruto menghilang, Konoha
menjadi gempar akibat tidak adanya sang pelindung utama mereka.
Sementara itu, di kantor Hokage..
.
.
"Godaime-sama, klan Inuzuka dan Hyuuga datang melapor." Ucap seorang
pria yang tidak lain dan tidak bukan adalah Hiashi Hyuuga, pemimpin klan
Hyuuga. "Laporkan apa saja yang berhasil kau temukan, Hyuuga-san." Balas
seorang wanita berambut pirang panjang dan berparas cukup cantik,
siapalagi kalau bukan Tsunade Senju.
"Sampai sekarang, klan Inuzuka maupun klan Hyuuga belum mampu menemukan
jejak dari Rokudaime-sama. Rokudaime-sama menghilang tanpa meninggalkan
jejak chakra ataupun jejak fisik. Tapi menurut Kotetsu dan Izumo, mereka
melihat sebuah ledakan yang cukup besar yang berasal dari hutan Konoha,
tempat dimana Rokudaime-sama berlatih saat itu. Sebelum ledakan itu
terjadi, mereka melihat seperti pusaran yang bergerak dari kiri ke
kanan. Dan menurut kami, Rokudaime-sama menghilang akibat ledakan
misterius itu." Jelas Hiashi Hyuuga diiringi anggukan dari kepala klan
Inuzuka yang berada di sampingnya.
"Hh.. ini sungguh membingungkan. Kenapa bocah itu selalu merepotkan!
Dasar Naruto No Baka! Hh.. Baiklah, kalian boleh pergi." Titah Tsunade
pada kedua orang di hadapannya itu. Dan setelah menganggukkan kepala
tanda hormat, merekapun menghilang dalam hitungan detik. Setelah itu,
Tsunade mengalihkan pandangannya pada seseorang yang sedari tadi berdiri
di pojok ruangan. "Bagaimana menurutmu, Shikamaru?" Tanya Tsunade pada
orang yang ternyata adalah Shikamaru itu.
"Menghilang tanpa meninggalkan jejak apapun. Jurus yang seperti itu,
hanya ada 2, bukan? Yaitu jurus terlarang pemindah waktu dan jurus
perpindahan Hiraishin No Jutsu. Jadi, yang mungkin hanyalah Hiraishin No
Jutsu. Tapi.. masalahnya, Hiraishin No Jutsu hanyalah jurus pemindah
tempat. Harusnya Naruto masih berada di sekitar Negara Shinobi ini."
Ujar Shikamaru sambil tetap memejamkan matanya, menandakan ia tengah
berpikir keras.
Tsunade terus mendengarkan Shikamaru dengan seksama, berharap sesuatu
yang berharga muncul dari mulut sang penerus klan Nara itu. "Kecuali…
Jika terjadi pergesekan dimensi." Ucap Shikamaru tiba-tiba sambil
membuka matanya. "Pergesekan dimensi? Apa maksudmu?" Tanya Tsunade
bingung. "Kau tahu,bukan? Saat Naruto berpindah tempat, ia akan masuk
kedalam dimensi ruang, Hiraishin. Jika Naruto memaksakan batas jarak
dari dimensi Hiraishin, mungkin saja akan terjadi pergesekan antara
dimensi ruang dan waktu. Dan.. bukankah Kotetsu dan Izumo mengaku mereka
melihat sebuah pusaran sebelum ledakan terjadi? Saat Terjadi pergesekan
antar dimensi, maka akan terbentuk lubang dimensi ruang dan waktu yang
akan menyebabkan sebuah pusaran. Dan karena pusaran bergerak searah
jarum jam, kemungkinan Naruto terseret ke masa depan." Jelas Shikamaru
berhasil membuat Tsunade membulatkan matanya.
"Ini gawat!" seru Tsunade panik. "Hey.. tenang saja. Bukankah kau juga
bisa menggunakan jurus terlarang pemindah waktu?" ucap Shikamaru santai.
"Hh., baiklah. Cepat cari seorang Shinobi untuk dikirim mencari Naruto
dan cepat panggil para tetua untuk segera mengadakan upacara jutsu
terlarang!" seru Tsunade kepada Shikamaru. "Ya.,ya.,ya.." jawab
Shikamaru enteng sambil beranjak keluar dari ruangan Hokage.
.
.
.
.
.
"Nah, Hinata-hime.. Kita sudah sampai! Lihat., kita tidak
terlambat,bukan?" ucap Naruto girang seraya menurunkan Hinata dari
bopongannya. "A-Arigato Naruto-kun." Ucap Hinata gugup sambil
menundukkan kepalanya, menyembunyikan rona merah yang tak kunjung
menghilang dari wajah ayunya. "Nah, ayo kita masuk, Hinata-chan! Nanti
malah terlambat!" seru Naruto sambil menarik tangan Hinata agar ikut
bersamanya. Dan entah kenapa, hanya dengan di sentuh Naruto, kali ini
jantung Hinata sungguh terasa akan meledak. Mungkin karena 'tragedi' di
jalan tadi? Entahlah.
"Ah iya!" seru Naruto tiba-tiba saat sedang berjalan di koridor bersama
Hinata. "ada apa Naruto-kun?" Tanya Hinata yang kini telah berhasil
mengendalikan detak jantungnya kembali. "Aku harus melapor ke kantor
Baa-chan dulu! Kau duluan saja ya, Hinata-chan. Aku akan ke kantor
Baa-chan dulu!" seru Naruto seraya melepaskan pegangan tangannya pada
tangan Hinata.
"Hati-hati, Naruto-kun..!" seru Hinata sambil melambaikan tangannya pada
Naruto yang mulai menjauh. "Iya.! Jaa.., Hinata-chan!" seru Naruto
sambil membalas lambaian tangan dari Hinata, tak lupa diiringi dengan
seyum khasnya. Setelah memastikan Naruto tak terlihat lagi, Hinatapun
segera bergegas menuju ke kelasnya. "Gawat., jam pelajaran pertama,
Madara-sensei." Gumam Hinata sambil mulai berlari-lari kecil menuju
kelasnya.
.
.
.
.
.
"Nah, Uzumaki-san., ini ruangan kelas anda." Ucap seorang wanita berambu
hitam pendek bernama Shizune pada Naruto yang sepertinya sama-sekali
tidak memperhatikan ucapannya. 'kira-kira bagaimana keadaan Konoha,
sekarang ya? Apa mereka semua mencemaskanku?' batin Naruto. Setelah
Shizune mengetuk pintu kelas, selanjutnya yang muncul ternyata adalah
Madara-sensei. "Madara-sensei, ini Uzumaki-san., murid baru di kelas
ini. Mohon bimbingannya." Ucap Shizune pada Madara. "Ya., anda tenang
saja." Ucap Madara sambil tersenyum palsu. Setelah itu, Shizune pun
pergi meninggalkan Naruto yang masih melamun dan Madara yang masih
memperhatikan Naruto.
"Nah, Uzumaki-san., silahkan masuk dan perkenalkan diri anda di depan
teman-teman." Ucap Madara sambil menepuk pundak Naruto, membuat Naruto
agak kaget. "Eh? Eh?" sejenak Naruto seperti orang linglung, tengok
kanan tengok kiri sampai akhirnya….
"WHHOOAAA..! Uchiha Madara..! Kenapa kau masih hidup? Matilah kau
disini! Heeaaa..!" Seru Naruto tiba-tiba sambil menghunuskan kunai
kearah Madara. Namun belum sempat menyentuh Madara, kunai itu telah
hilang dari tangan Naruto. "Akh, Uzumaki-san, anda pasti melamun.
Panggil saya Madara-sensei. Dan mari masuk kedalam kelas." Ucap Madara
sambil menyeringai di balik senyum palsunya. "Ha'i..!" seru Naruto
sambil melangkah masuk kedalam kelas.
'Ternyata benar. Seorang Ninja,huh? Bagus sekali.' Batin Madara sambil
melangkah masuk kelas mengikuti Naruto. "Nah., anak-anak.. kalian akan
segera mendapatkan teman baru. Kalian pasti sudah mengenalnya karena
kemarin ia baru saja lolos seleksi masuk non-akademik TSHS. Baiklah
Uzumaki-san., silahkan perkenalkan dirimu." Ucap Madara member izin pada
Naruto. Naruto pun segera maju kedepan kelas dengan semangatnya. Semua
siswi tengah menahan nafas akibat pesona tingkat tinggi milik Naruto,
sedangkan para siswa, seperti biasanya, iri tingkat dewa.
'eh? Naruto-kun sekelas denganku?' batin Hinata kaget campur senang saat
melihat Naruto berdiri di depan kelas. "Hai teman-teman..! Perkenalkan!
Namaku Uzumaki Naruto! 18 Tahun! Hokage keenam Konoha! Hobby ku… em..
Makan Mie Ramen! Salam kenal semuanya! Mohon bimbingannya!" seru Naruto
seraya memamerkan senyuman khasnya yang sukses membuat para siswi dibawa
ke UKS karena mimisan tingkat akut. Hampir semua orang tidak menyadari
keganjilan dari perkenalan Naruto. Hanya beberapa orang yang
menyadarinya, dan tentu saja mereka adalah Hinata, Madara dan.. *****.
'Apa? H-Hokage ke-6..?' batin Madara shock.
.
.
.
"Sasuke, Sakura. Apa kalian sudah siap?" Tanya Tsunade pada Sasuke dan
Sakura yang sekarang tengah berada di tengah segel waktu terlarang milik
Tsunade. Setelah itu, Tsunade dan para tetua pun memulai upacara jutsu
terlarang. Dan Akhirnya upacara itu berhasil. Sasuke dan Sakura pun
hilang dari tengah segel. Dan segel yang terbentuk di tanah perlahan
mulai menghilang. 'Sasuke, Sakura, tolong bawa Naruto kembali' batin
Tsunade penuh harap.
.
.
*To Be Continued*
di poskan oleh afdal iqram akbar di 04;54
Tidak ada komentar:
Posting Komentar