Charapter 5 Don't Leave Me
"Baiklah Uzumaki-san., anda bisa duduk di sebelah.. Sasuke, angkat
tanganmu." Seru Madara pada Sasuke. Dan tak lama kemudian, di barisan
pojok paling belakang, terlihat seorang pemuda berambut emo dan berkulit
putih mengangkat tangannya. Ya, dia adalah Sasuke. "Ha'i!" dan dengan
itu, Naruto pun berjalan menuju tempat duduk Sasuke. 'huh, sialan si
Baa-chan itu! Kenapa dia menempatkanku sekelas dengan si Teme ini, sih!'
omel Naruto dalam hati sambil terus berjalan mendekat ke meja Sasuke.
'Apa bocah itu benar-benar Hokage keenam? Tidak mungkin, Madara.
Rokudaime sudah mati berabad-abad lalu. Ninja bukanlah makhluk abadi.
Tapi.. bagaimana kalu ia benar-benar Hokage brengsek itu? Walaupun
kemungkinan itu sangat kecil, Aku harus selalu memantaunya.' Batin
Madara sambil tetap mengawasi Naruto yang sekarang tengah duduk di
sebelah Sasuke sambil beradu deathglare dengan Sasuke. Dan beruntunglah
Naruto, Sasuke di dunia ini 'belum' bisa menggunakan Sharingan untuk
membalas deathglare dari Naruto.
'Ah! Ya, tentu saja, Sasuke. Dia bisa dimanfaatkan.' Batin Madara sambil
menyeringai saat melihat Naruto dan Sasuke yang tengah 'asyik' beradu
deathglare. "Baiklah anak-anak, kita segera saja mulai pelajarannya.
Kita lanjutkan tentang sistematika karya tulis ilmiah yang harus kalian
kumpulkan menjelang Ujian Akhir Sekolah nanti." Ucap Madara memulai
pelajarannya. Ya, benar sekali. Di sekolah ini, kelas 12 sudah tidak
mendapatkan materi lagi karena semua telah diajarkan di kelas 10 dan 11.
Kelas 12 adalah waktu untuk tugas-tugas membosankan dan pendalaman
materi diluar jam pelajaran bagi yang mau, dan bagi yang mau, itu
berarti ia sudah tidak normal.
'Akh! Dia bicara apa sih! Ini lebih membosankan dari yang ku kira.'
Batin Naruto bosan sambil memandang sekeliling, memperhatikan
satu-persatu teman-teman barunya di kelas. Hampir semua yang ada di
kelas ini Naruto kenal, mulai dari anak yang sedang tidur, makan
keripik, dan bermain anjing diam-diam saat pelajaran. 'mungkin dunia ini
tidak terlalu buruk juga' batin Naruto sambil tersenyum tipis. Dan saat
pandangannya kembali beredar.. 'Akh! Hinata-chan! Ternyata aku juga
sekelas dengan Hinata-chan! Kenapa aku tidak sadar dari tadi sih..'
batin Naruto merutuki dirinya sendiri.
Setelah itu, Naruto kembali mengedarkan pandangannya kepenjuru kelas.
Dan sekali lagi, Naruto terpaku saat menatap seorang siswi berambut
pirang panjang dengan mata lavendernya. 'Perasaan apa ini? Ini… dia
mempunyai chakra siluman!' batin Naruto kaget sambil terus memandang
gadis itu. 'Tunggu dulu, sepertinya aku pernah mengenalnya. Eh? Bukankah
dia itu Shion?' batin Naruto kembali kaget. 'Harus kupastikan nanti.'
Batin Naruto sambil kembali menghadap ke arah papan tulis laknat itu
–menurut Naruto-.
.
.
Natsu D. Luffy
.
.
Di sebuah kamar yang besar, terlihat seorang pemuda berambut pirang
jabrik, berkulit tan, dan beriris mata blue saphiere tengah asyik
bermain dengan PSPnya. Tunggu dulu, ini mengingatkan kita dengan tokoh
utama kita. Tapi ada sedikit perbedaan disini, ia tidak memiliki tiga
garis kembar di pipinya. "Naruto! Jangan hanya bermain game saja!
Belajarlah karena besok kau sudah akan masuk di sekolah barumu!" seru
seorang wanita paruh baya berambut merah panjang kepada pemuda yang
diketahui bernama Naruto itu. "Iya,Kaa-san.. nanti juga aku belajar."
Balas Naruto dengan entengnya. Dan.. *BLETAK*
Sebuah benjolan berasap pun menempel dengan indah tepat di kepala milik
Naruto. "Aduh Kaa-san.., sakit!" rintih Naruto. Tapi seperti biasa,
rintihan memilukan dari sang korban itu tak di gubris oleh sang pelaku
kekerasan. "Oh iya, Naruto. Ada kabar baik untukmu. Karena sampai saat
ini kau belum mempunyai pacar, Kaa-san dan Tou-san akan menjodohkanmu!"
seru wanita paruh baya itu dengan nada gembira. "Eh? Di jodohkan? Tidak
mau!" seru Naruto. "Hey, jangan begitu, lihat, ini fotonya. Lihatlah
betapa cantiknya dia." Ucap wanita itu sambil member sebuah foto kepada
Naruto.
Di foto itu, terlihat seorang gadis berambut indigo dan bermata lavender
tengah tersenyum dengan manis. Entah kenapa, tiba-tiba saja Naruto
blushing sendiri. 'Dia cantik sekali! Aku harus menjadikannya
koleksiku!' batin Naruto bersemangat. "Bagaimana? Cantik bukan? Besok
kau pasti akan bertemu dengannya di sekolah barumu." Ujar wanita paruh
baya itu membuat wajah Naruto langsung menampakkan seringai mesumnnya.
.
.
Natsu D. Luffy
.
.
Bel tanda istirahat telah berbunyi di TSHS, semua muridpun langsung
keluar dari kelas masing-masing, menghindari pelajaran terkutuk yang
sebentar lagi akan sukses membuat mereka masuk rumah sakit jiwa. Tak
terkecuali bagi tokoh utama kita, Uzumaki Naruto, yang sekarang tengah
menggandeng Hinata menuju tempat dimana ia pertama kali datang di dunia
ini, Taman belakang TSHS.
Sesampainya keduanya di taman belakang TSHS, keduanya langsung duduk di
bangku yang berada di bawah pohon apel yang rindang, strategis. "Hah…..
Pelajaran tadi lebih menyusahkan daripada pelajaran untuk menjadi Hokage
dari Tsunade Baa-chan di duniaku." Keluh Naruto sambil menghela nafas
panjang. Hinata yang mendengarnya hanya tertawa kecil. "Oh iya,
Hinata-chan! Aku senang mengetahui bahwa kita ternyata sekelas!" Seru
Naruto girang. "Ya, aku juga senang, Naruto-kun" balas Hinata diiringi
senyuman manisnya.
Sejenak keduanya terdiam, menikmati semilir angin yang menerpa wajah
keduanya. Sampai akhirnya.. *BYUUURRR* keduanya dikagetkan dengan suara
seperti sesuatu terjatuh kedalam kolam yang sama saat Naruto datang ke
masa depan ini. "Tetap di belakangku, Hinata-chan!" ujar Naruto sambil
berjalan mendekat kearah kolam dengan waspada. Ia bisa merasakan bahwa
apapun sesuatu yang terjatuh itu, itu mempunyai kekuatan chakra yang
luar biasa. Kini iris safirnya telah tergantikan dengan mata sage miliknya.
"Hey! Siapapun atau apapun kau! Cepat tunjukkan dirimu!" seru Naruto
saat telah berada dekat dengan kolam itu. Dan.. "Apa kau tidak mengenali
kami lagi, Dobe?" ucap sosok yang tiba-tiba saja muncul dari kolam itu,
diikuti sosok yang muncul di belakangnya. "Eh? Apa itu kau, Teme? Dan..
Sakura-chan?" seru Naruto tidak percaya. 'Eh? Sasuke-kun dan
Sakura-chan? Kenapa pakaian mereka berbeda?' batin Hinata saat melihat
Sasuke dan Sakura.
"Baka! Apa yang kau lakukan disini! Semua orang di desa mencemaskanmu,
bodoh! Dan apa yang kau lakukan dengan pakaian aneh itu?" Omel Sakura
sambil mencengkram kerah Naruto. Mengetahui yang datang adalah kedua
temannya, Naruto pun melepas sage mode miliknya. Sementara Sakura sibuk
dengan Naruto, pandangan Sasuke teralih pada Hinata. "Hinata? Apa yang
kau lakukan disini? Kenapa kau berada di masa depan?" Tanya Sasuke
sedikit bingung saat melihat Hinata juga berada di dunia ini.
"Eh?" Hinata pun kaget dan bingung dengan pertanyaan Sasuke. Masa depan?
Ini adalah masa dimana dirinya memang berada. Lalu apa maksud Sasuke?
"Siapa kau sebenarnya!" seru Sasuke kepada Hinata sambil mengubah mata
onyxnya menjadi mode Sharingan. Melihat kesalah pahaman antara Sasuke
dan Hinata, Naruto buru-buru melepas cengkraman Sakura pada lehernya.
"Oi Teme! Tunggu dulu! Jangan salah paham!" seru Naruto sambil mendekat
kearah Sasuke.
"Apa maksudmu, Dobe?" Tanya Sasuke bingung pada Naruto. Hinata yang
takut akan sikap Sasuke yang tiba-tiba menjadi aneh segera bersembunyi
di balik tubuh Naruto. "Lihat! Gara-gara kau Hinata-chan jadi takut
kan!" ejek Naruto pada Sasuke. "Jelaskan saja siapa dia." Ucap Sasuke
tanpa menghiraukan ejekan dari Naruto. Melihat yang terjadi, Sakura pun
ikut mendekat ke Sasuke dan Naruto berada. "Jadi begini ceritanya.." dan
dengan itu, Naruto pun memulai cerita panjangnya yang didengarkan
Sasuke, Sakura, dan Hinata.
"Oh.. jadi Hinata-chan yang ini memang berasal dari masa ini! Dan dimasa
ini juga ada orang-orang yang mirip dengan orang-orang di dunia kita!"
Seru Sakura setelah mendengar penjelasan Naruto. "Bagitulah.." ucap
Naruto santai. Tak lama kemudian, bel masuk berbunyi. "Naruto-kun, sudah
waktunya kembali ke kelas." Ucap Hinata lirih kepada Naruto. "Oh.,
baiklah. Nah, Teme, Sakura-chan.. lebih baik kalian menunggu disini
dulu. Aku harus masuk ke kelasku. Ayo Hinata-chan!" seru Naruto sambil
menarik lembut lengan Hinata, meninggalkan Sakura dan Sasuke yang hanya
diam sambil memandangi punggung teman setim sekaligus Hokage mereka.
.
.
"Naruto-kun, Siapa mereka?" Tanya Hinata pada Naruto saat tengah
berjalan menuju kelas. "Mereka Sakura dan Sasuke dari duniaku.
Sepertinya mereka kemari karena disuruh Baa-chan supaya membawaku
pulang." Ujar Naruto santai. Mendengar Naruto akan pulang, entah kenapa
Hinata merasa tidak rela. "Apa kau akan pulang ke duniamu, Naruto-kun?"
ucap Hinata lirih sambil menghentikan langkahnya. 'apa yang kau
pikirkan,Hinata! Naruto-kun sebaiknya memang harus kembali ke dunianya!'
batin Hinata.
Tapi tak bisa di pungkiri, beberapa hari ini Hinata telah terbiasa
dengan kehadiran Naruto. Apartemennya yang tadinya selalu sepi, sejak
kehadiran Naruto menjadi selalu penuh tawa canda. Tak terasa, perlahan
air mata menetes dari mata lavender Hinata. Naruto yang melihat Hinata
berhenti, refleks ikut berhenti. Saat ia akan menjawab pertanyaan Hinata
barusan, ia melihat buliran bening jatuh dari wajah Hinata yang tengah
menunduk. "Hinata-chan?" panggil Naruto. Tapi tak direspon Hinata.
Semakin lama, isakan Hinata semakin jelas terdengar. Naruto yang bingung
dengan keadaannya, dengan refleks memeluk Hinata untuk menenangkannya.
Hinata yang merasa ada seseorang yang memeluknya, refleks mendongakkan
kepalanya, dan yang ia lihat adalah.. 'Naruto-kun..'. Hinata kini
semakin terisak di dada bidang Naruto. "Hey, cup cup cup.. sudahlah
Hinata-chan.. kenapa kau menangis?" ucap Naruto menenangkan Hinata.
"Aku… Hiks., aku hanya .. hiks.., tidak mau berpisah dengan
Naruto-kun.." Sial! Apa itu tadi? Ucapan itu tiba-tiba saja meluncur
tanpa terkendali dari mulut Hinata.
Naruto yang mendengarnya langsung terbelalak diikuti dengan mulutnya
yang refleks terbuka. Sedetik kemudian, ekspresi itu digantikan dengan
rona merah di wajah Naruto. "Memangnya aku akan pergi kemana sampai kau
bilang bagitu, Hinata-chan?" ucap Naruto masih sambil memeluk Hinata.
"Bukankah.. Hiks., Naruto-kun akan.. hiks.. pulang?" jawab Hinata masih
sambil terus terisak. "Aku.. hiks., akan kesepian lagi.. hiks.." lanjut
Hinata. Naruto yang mendengarnya hanya tersenyum lembut.
"Cup cup cup.. tenang saja, Hinata-chan.. Kau tidak akan kesepian karena
aku tidak akan kemana-mana. Selama Hinata-chan ingin, aku akan terus
berada di samping Hinata-chan. Kalaupun aku terpaksa pergi, mungkin aku
akan meninggalkan bunshin yang kuberi setengah chakraku disini,
hehehe.." ucap Naruto menenangkan Hinata. Meski hanya kalimat sederhana,
tapi kalimat itu sukses membuat isakan Hinata berhenti.
Perlahan, Hinata dan Naruto melepaskan pelukan mereka. "A-arigatou
Naruto-kun.." ucap Hinata diiringi semburat merah di wajahnya saat
menyadari apa yang barusan terjadi. "Hahaha.. tidak usah dipikirkan,
Hinata-chan! Nah., sekarang.. ayo kita ke kelas! Kita pasti sudah
terlambat!" seru Naruto sambil kembali menarik tangan Hinata.
.
.
Natsu D. Luffy
.
.
Sesampainya di kelas, Hinata dan Naruto beruntung mereka tidak terlambat
karena sekarang adalah jam pelajaran sejarah milik Kakashi. Dan seperti
biasanya, orang itu selalu terlambat. Tak lama setelah itu, Kakashi pun
datang dengan alasan konyolnya. Dan., pelajaranpun dimulai.
"Nah., sekarang kita akan melanjutkan yang kemarin. Siapa yang mau
bertanya lagi tentang Sejarah Tokyo?" ucap Kakashi kepada seluruh
muridnya. "Akh! Kau yang duduk di pojok belakang!" seru Kakashi sambil
menunjuk Naruto. Naruto pun menunjuk dirinya untuk memastikan. "Ya, kau!
Maju kedepan kelas!" dan dengan terpaksa, Naruto pun meju kedepan kelas.
"Coba ceritakan Konoha pada masa kepemimpinan Godaime Hokage." Perintah
Kakashi kepada Naruto.
'Hah.. untung pertanyaan mudah' batin Naruto lega. "Ya.. Konoha pada
waktu itu aman, walaupun terjadi beberapa perang besar seperti invasi
Pain dan rencana bulan milik Madara, tapi itu semua bisa diatasi. Selain
itu, Baa-chan adalah pemimpin yang baik walaupun dia suka meminum sake
dan sangat galak. Saat itu juga Ero-Sennin terbunuh karena mencoba
melawan Pain sendirian. Dan kakek gila Madara itu.." ucapan Naruto
terhenti saat Kakashi memotongnya. "Cukup, Uzumaki-san. Anda boleh duduk
sekarang." Dan setelah menghela nafas lega, Naruto pun kembali ke tempat
duduknya tanpa menghiraukan teman-temannya yang tengah menertawakan dirinya.
'Siapa dia sebenarnya?' batin Kakashi bingung karena selama ia mengajar,
ia tak pernah sekalipun memberitahukan rahasia tentang perang shinobi
yang pernah terjadi di Konoha karena larangan pemerintah Jepang. Dan
setelah itu, akhirnya Kakashi lebih memilih melanjutkan penjelasan
tentang sejarah Tokyo daripada menyuruh Naruto membocorkan rahasia
pemerintah Jepang.
.
.
Natsu D. Luffy
.
.
"Sasuke-kun, apa kau merasakannya?" Tanya Sakura pada Sasuke yang saat
ini tengah berjalan mengelilingi taman belakang TSHS. "Hn, Chakra asing
ini mirip seperti milik Bijuu atau para siluman kuchiyose." Jawab Sasuke
yang tengah mengaktifkan Eternal Mangekyo Sharingan miliknya,
berjaga-jaga untuk kemungkinan terburuk. "Ck, kenapa di saat seperti ini
si Dobe itu malah tidak ada. Seharusnya akan mudah melacak chakra dengan
sage mode." Gumam Sasuke sambil terus memperhatikan sekeliling.
'Apa itu Sasuke dan Sakura? T-Tunggu! Sasuke menggunakan Eternal
Mangekyo Sharingan?' batin Madara kaget yang ternyata sedari tadi tengah
memperhatikan Sasuke dan Sakura. "Kyuubi, bersiaplah untuk mengetes
kemampuan 'Sasuke' dan 'Sakura'." Ucap Madara pada sosok siluman rubah
yang berada di belakangnya. "Grrrrhhhh…."
.
.
.
*To Be Continued*
di poskan oleh afdal iqram akbar di 04:56
Tidak ada komentar:
Posting Komentar