Minggu, 19 April 2015

fanfic naruhina Cerita Spesial

Cerita Spesial

*Shion*

"Hahh… Kenapa menjadi seorang miko setengah siluman selalu merepotkan
sekali. Bahkan saat liburan pun disuruh membersihkan kuil." Gumam Shion
yang saat ini tengah mengepel lantai sebuah kuil besar di pinggiran kota
Tokyo. Beberapa menit kemudian, Shion pun telah usai dengan kegiatannya
mengepel kuil itu. Untuk melepas penat, Shion memilih untuk duduk
dibawah pohon rindang yang berada di pelataran kuil. "Hahh.." Sekali
lagi, Shion melepas nafas panjang, berharap rasa lelahnya akan hilang
terbawa hembusan nafas itu. Setelah itu, Shion memandang ke atas, ke
arah langit biru yang tampak cerah tak berawan hari ini.

Melihat warna langit yang begitu biru dan cerah mengingatkan Shion pada
seseorang. Seseorang dengan iris mata berwarna sama dengan langit yang
tengah ia lihat saat ini, biru dan cerah. "Ternyata Naruto-sama tampan
sekali ya, pantas saja reinkarnasiku dulu menyukainya." Gumam Shion
sambil tetap menengadah ke atas menatap langit biru. "Hh.. tapi sayang
sekali, ia harus mati nantinya." Gumam Shion entah pada siapa. "ia harus
melawan Madara-sensei nantinya, dan mereka berdua akan mati. Sayang
sekali aku hanya ditugaskan untuk memastikan itu semua terjadi,
Naruto-sama." Gumam Shion lagi, kali ini wajahnya menunduk.

"Aku tidak tahu kenapa Naruto-sama mau mengorbankan nyawanya demi Dunia
yang bukan Dunianya. Tapi aku akan selalu berterimakasih kepada
Naruto-sama atas apa yang akan ia perbuat untuk Dunia ini nantinya."
Shion pun semakin menundukkan kepalanya. Sebenarnya ia sangat sedih, ia
bahkan tidak dapat berbuat apa-apa untuk orang yang akan mati demi
dunianya ini. Ia hanyalah penonton, penonton yang telah tahu alur
ceritanya. 'Apa kali ini kau juga dapat mengubah alur cerita, seperti
dulu kau mengubah alur cerita kematianmu saat bersama reinkarnasiku,
Naruto-sama?' batin Shion penuh harap. Ya, ia berharap Naruto dapat
kembali membuktikan bahwa takdir yang ia lihat salah, seperti dahulu
Naruto membuktikan bahwa takdir tentang kematiannya yang dilihat oleh
reinkarnasinya juga adalah salah.

.

.

.

*Uchiha Sasuke *(Masa Depan)

"Lihat, betapa sempurnanya kau, Sasuke." Ujar Sasuke –sedikit- narsis
saat melihat bayangan dirinya di cermin besar yang ada di kamarnya. "si
Baka Dobe itu sama sekali bukan tandingan bagimu, Sasuke." Ujar Sasuke
kembali sambil tetap memperhatikan bayangannya di cermin. Tetapi sesaat
kemudian, wajahnya berubah menjadi masam, kesal, dan.. iri? "Kenapa
Hinata-hime lebih memilih si Dobe itu daripada aku?" desis Sasuke kesal.
"Aku yakin ia menggunakan ilmu hitam untuk memperdaya Hinata-hime ku,
atau setidaknya ia menghipnotis Hinata-hime." Ucap Sasuke yakin. 'awas
kau, Dobe!' batin Sasuke penuh amarah.

"Sasuke!" tiba-tiba Sasuke mendengar suara kakeknya –Uchiha Madara-
memanggilnya. Dari asal suaranya, sepertinya Madara ada di Halaman
belakang. Segera setelah itu, Sasuke pun berjalan santai menuju halaman
belakang Mansion Uchiha. Setelah sampai di halaman belakang, terlihat
oleh Sasuke, Madara yang tengah duduk santai di lantai teras bangunan
utama yang berbatasan langsung dengan taman belakang. "Ada apa
memanggilku?" Tanya Sasuke pada Madara dengan nada dan bahasa yang sama
sekali tak patut ditiru oleh para readers jika berbicara dengan kakek
sendiri. "Ah, kau sudah sampai rupanya." ujar Madara berbasa-basi.

"Hn," jawab Sasuke singkat –seperti biasa-. "Kau pernah bilang kau ingin
ku ajari Sharingan bukan?" Tanya Madara memancing Sasuke. "Hn," jawab
Sasuke. "Sharingan tidak dipelajari secara instant. Pertama, kau harus
melatih fisikmu dulu. Dan untuk itu, cepat bersihkan seluruh bangunan
utama mansion Uchiha dan jangan lupa taman belakang ini juga." Instruksi
Madara santai. Mendengarnya, Sasuke pun membulatkan matanya.
Membersihkan seluruh bangunan utama mansion Uchiha beserta taman
belakang ini? Yang benar saja! Itu sama saja kerja rodi membangun jalan
raya dari anyer sampai penarukan! *DUAK*.

Melihat tampang Sasuke yang seakan berkata lebih-baik-bunuh-aku, Madara
pun segera melanjutkan kata-katanya. "Kalau kau tidak mau, kau tidak
akan kuajari tekhnik Sharingan dan dendam keluargamu tidak akan
terbalaskan." Ucap Madara membuat Sasuke menerima perintah Madara dengan
pasrah. 'Bilang saja ingin menyuruhku menjadi pengganti pembantu yang
sedang pulang kampong, dasar kakek-kakek bangkotan.' Batin Sasuke kesal
sambil berbalik pergi. "Aku dengar itu Sasuke." Seru Madara pada Sasuke
yang saat ini sudah ngacir pergi dari hadapan Madara.

.

.

.

*Uchiha Sasuke & Haruno Sakura *(masa lalu)

"Hooaaamm…" terlihat seorang gadis berambut pink yang sepertinya baru
saja bangun dari tidur malamnya, padahal ini sudah hampir jam 10 pagi.
"Kau bangun terlambat, Sakura." Ujar seorang pemuda berambut raven yang
sedari tadi ternyata berada di jendela tak jauh dari gadis itu
berbaring. "Gomen, Sasuke-kun. Habis, tadi malam aku lelah sekali
membereskan taman belakang yang berantakan sekali" ujar gadis bernama
Sakura itu dengan nada menyesal. "Hn," dan hanya itu balasan yang
diberikan pemuda yang bernama Sasuke itu. Tentu saja, keduanya untuk
sementara ini tinggal di TSHS –tanpa sepengetahuan siapapun- dan
menjadikan UKS sebagai tempat tidur mereka.

"Untung saja para murid sedang libur, jadi tak akan ada yang berkunjung
ke UKS ini." Ujar Sakura lega. "Oh ya, Sasuke-kun. Mumpung tidak ada
kerjaan, bagaimana kalau kita melihat-lihat isi bangunan ini?" Tanya
Sakura pada Sasuke yang sedari tadi terus diam. "Hn, setelah kau mandi."
Jawab Sasuke sambil menoleh ke arah Sakura. "Kau dari kemarin belum
mandi,bukan? Kau tahu, aku tak bisa tidur karena bau keringatmu itu."
Ejek Sasuke pada Sakura. Mendengar itu, Sakura pun menggembungkan
pipinya dengan wajah yang bersemu merah, menahan malu dan berpura-pura
marah pada Sasuke.

Melihat ekspresi Sakura saat ini, sebenarnya Sasuke ingin sekali
langsung menerjang dan memakan wajah Sakura yang super imut itu, tapi
tentu saja Sasuke masih cukup normal untuk tidak memakan kekasihnya
sendiri. Kekasih? Tentu saja, Sasuke dan Sakura adalah sepasang kekasih.
"Awas saja, malam ini kau tidak akan mendapatkan jatah, Sasuke-kun."
Ancam Sakura pada Sasuke. "Eh?" mendengar ancaman Sakura, wajah Sasuke
pun mau tidak mau sedikit memerah. "Aku hanya bercanda, Sakura.. ayolah,
Maafkan aku ya.. Jangan hapus jatahku nanti malam ya.." mohon Sasuke
pada Sakura dengan tampang mesum. (Apa? Sasuke kayak gitu? Hell No!
Kiamat 2011!).

.

.

.

*Namikaze Naruto*

*grok.. grok.. grok..* dari dalam sebuah kamar di kediaman Namikaze,
terdengar sebuah dengkuran keras yang tak lain dan tak bukan berasal
dari Namikaze Naruto. "Si anak pemalas itu.. sudah jam 11 siang belum
bangun juga!" gumam seorang wanita paruh baya yang bernama Uzumaki
Kushina, atau sekarang menjadi Namikaze Kushina, dengan nada kesal
sambil berjalan menaiki tangga menuju kamar anaknya. Tentu saja ia
berencana membangunkan anak semata wayangnya itu. Tapi jangan kira ia
adalah tipe ibu penyabar yang akan membangunkan anaknya dengan cara halus.

*BRAK* tanpa basa-basi, pintu kamar Naruto langsung di dobrak oleh
Kushina sampai hancur berantakan. Dan yang sangat mengejutkan, Naruto
sama sekali tak bergeming dari tidurnya, seakan tidak terjadi apapun.
Sebelum pergi ke kamar Naruto, tentu saja Kushina telah memperkirakan
ini semua, dank arena itu, Kushina juga telah menyiapkan sebuah rencana
untuk Naruto. Dengan seringai di bibirnya ranumnya, Kushina berjalan
mendekat ke arah Naruto tidur. Dan adegan berikutnya, akan ada sedikit
/warning/ lagi. /*Don't Try This Action At Home!*/

Tiba-tiba saja, dengan sadisnya, Kushina mencekik leher Naruto tanpa
berperikeibuan. "W-wa.. uhuk-uhuk...T-Tolong! A-Aku ak-akan diperkosa!"
seru Naruto yang tiba-tiba saja bangun saat Kushina mencekiknya. Setelah
Memastikan Naruto benar-benar tidak akan tidur lagi, Kushina pun
melepaskan cekikan mautnya pada leher Naruto sambil menyeringai penuh
kemenangan. "Sesuai rencana." Gumam Kushina sambil menyeringai.
"uhuk-uhuk.. Eh? K-Kaa-san! K-Kaa-san m-mau memperkosaku? I-ini t-tidak
boleh, Kaa-san, a-aku ini anak Kaa-san.." Seru Naruto kaget saat melihat
bahwa pelaku percobaan pemerkosaan –menurut Naruto- barusan adalah
ibunya sendiri. *BLETAK* mendengar kata-kata dari Naruto, Kushina
langsung menjitak kepala Naruto dengan segenap tenaganya. "Dasar anak
mesum…!" Bentak Kushina pada Naruto yang saat ini sudah tak sadarkan
diri lagi. "Tidurlah yang nyenyak, sayangku.." gumam Kushina sambil
melangkah keluar dari kamar Naruto, meninggalkan Naruto yang tengah
terkapar dengan mulut yang berbusa –lho?-

.

.

.

*Uzumaki Naruto & Hyuuga Hinata*

"Hinata-chan... main yuk~" seru Naruto dengan nada manja pada Hinata
yang saat ini tengah mengerjakan tugas yang diberikan Kakashi untuk
liburannya. "Maaf Naruto-kun, aku sedang mengerjakan tugas dari
Kakashi-sensei." Tolak Hinata halus tanpa mengalihkan pandangannya dari
buku tugasnya. Hinata sungguh sabar ya. Kenapa? Karena adegan barusan
adalah adegan yang terjadi sejak 3 jam yang lalu dan terus terulang
hingga sekarang. Melihat Naruto yang sepertinya begitu jenuh, Hinata pun
menjadi tidak enak hati. Ia menghentikan kegiatannya dan menoleh kepada
Naruto.

"Naruto-kun bosan sekali ya?" Tanya Hinata dengan nada prihatin. Untuk
menjawabnya, Naruto hanya bisa menganggukkan kepalanya dengan wajah
super kusutnya. "Kenapa tidak mengunjungi Sasuke-kun dan Sakura-chan
saja?" usul Hinata pada Naruto. Mendengar usul dari Hinata, Naruto malah
semakin menekuk wajahnya. "Yang benar saja, Hinata-chan. Si Teme dan
Sakura-chan pasti sedang bermesraan saat ini. Aku hanya akan menjadi
obat nyamuk disana." Jawab Naruto dengan nada kesal. "Ah, maaf
Naruto-kun, aku tidak tahu. Um.. jadi Naruto-kun ingin apa?" Tanya
Hinata pada Naruto. "Main sama Hinata-chan..!" seru Naruto dengan wajah
secerah mentari.

"Eh? Bermain apa?" Tanya Hinata dengan nada bingung. "Um.. entahlah.,
kalau di duniaku sih, biasanya aku akan bermain kejar-kejaran atau latih
tanding dengan Hinata-chan." Jawab Naruto dengan pose berpikir. "Akh!
Bagaimana kalau kita jalan-jalan keliling kota saja, Hinata-chan?" usul
Naruto diiringi senyumnya yang melebar. "Boleh juga, Naruto-kun." Jawab
Hinata sambil tersenyum manis pada Naruto. "Kalau bagitu, Ayo!" seru
Naruto dengan nada bersemangat.

.

.

Setelah berganti baju dan mengisi perut, mereka –NaruHina- segera keluar
dari apartemen Hinata dan mulai berjalan-jalan di sekitar kota Tokyo.
Beruntung, apartemen Hinata berada agak jauh dari pusat kota Tokyo,
sehingga udara masih belum terlalu kotor. "Wah, bangunan disini
bagus-bagus dan aneh-aneh ya.." gumam Naruto kagum saat melihat
gedung-gedung kecil di pinggir kota Tokyo. Melihat tingkah Naruto,
Hinata hanya bisa tersenyum geli. Sejujurnya, ingin sekali rasanya
Hinata mencubit pipi Naruto saat ini, karena banginya, Naruto yang
sedang seperti ini sangatlah menggemaskan.

Tanpa terasa, keduanya kini telah sampai di pinggiran kota Tokyo yang
jauh dari keramaian kota. "Wah, disini suasananya tenang ya,
Hinata-chan." Ujar Naruto sambil memandang sekitar. Pepohonan yang
rindang mendominasi pemandangan disana. Jalanannya pun masih berupa
tanah. "A-aku agak t-takut, Naruto-kun." Gumam Hinata sambil memeluk
erat lengan tangan Naruto. Diperlakukan seperti itu, Naruto pun menjadi
sedikit salah tingkah sendiri. "T-Tenang saja, Hinata-chan., ada aku
disini." Ucap Naruto menenangkan Hinata, walau sebenarnya dirinya
sendiri tidak tenang karena sedari tadi jantungnya terus saja berpacu
dengan kencangnya.

"Wah, Lihat Hinata-chan! Ada kuil! Ayo kita kesana!" seru Naruto pada
Hinata untuk mencairkan suasana yang tiba-tiba saja berubah jadi
canggung –untuk Naruto-. Hinata pun hanya mengangguk sambil tetap
memeluk erat lengan Naruto. Sungguh, suasana disini membuat Hinata
merinding sendiri. Ia merasa seperti… diikuti oleh seseorang atau…
sesuatu. Sesampainya mereka di halaman kuil, mereka berhenti sejenak
mengagumi kemegahan kuil itu. "N-Naruto-kun.. A-apa kau tidak merasa ada
yang m-mengikuti kita sejak tadi?" Tanya Hinata sambil menarik-narik
lengan kaos Naruto.

"Iya, memang ada yang mengikuti kita sejak tadi, Hinata-chan." Jawab
Naruto sambil memamerkan senyuman mentarinya, seolah tak terjadi
apa-apa. Mendengar jawaban dari Naruto, Hinata pun sedikit kaget dan
bingung. Tapi ia urungkan niatnya untuk bertanya, karena ia berpikir,
Jika Naruto-kun tenang-tenang saja, pasti tidak ada sesuatu yang
berbahaya disini. "Apa kau takut, Hinata-chan?" Tanya Naruto pada
Hinata. Dengan wajah menunduk, Hinata mengangguk kecil. Melihatnya,
Naruto tersenyum lembut. "Shion-chan.. lebih baik kau keluar., kau
membuat Hinata-chan takut." Ucap Naruto sambil memandang kearah salah
satu pohon yang berada tak jauh darinya.

Tak lama setelah itu, Shion pun keluar dari balik pohon itu dengan
pakaian khas miko miliknya. Wajahnya merona, antara malu ketahuan sedang
menjadi stalker dan malu karena bertemu orang yang ia sukai.
"N-Naruto-sama.." gumam Shion lirih sambil menundukkan kepalanya.
"Haha.. biasa saja, Shion-chan.. kita kan teman satu kelas." Seru Naruto
dengan nada ramah. Melihat yang sedari tadi mengikutinya ternyata adalah
Shion, Hinata pun menjadi lega. Setelah Naruto menyuruh Shion mendekat,
mereka bertiga –ShionNaruHina- pun duduk-duduk di pelataran kuil,
menikmati sejuknya udara di daerah ini.

Sesekali terdengar tawa dari kedua gadis itu setelah sebelumnya Naruto
menceritakan pengalaman konyolnya atau hanya sekedar menunjukkan tingkah
koonyolnya. Tapi tentu saja, diantara dua gadis dan satu pemuda selalu
ada sebuah perselisihan. Tanpa disadari Naruto, kedua gadis di samping
kanan dan kirinya sedari tadi saling pandang dengan tidak suka. Kenapa?
Tentu saja para readers bisa menentukannya sendiri. Tanpa terasa hari
sudah beranjak senja, menandakan saatnya untuk Naruto dan Hinata untuk
kembali ke apartemen Hinata. Paling tidak hari ini tidak terlalu
membosankan, -bagi Naruto-. Setelah berpamitan pada Shion, Naruto dan
Hinatapun pulang ke apartemen Hinata.

.

.

.
*To Be Continued*
di poskan oleh afdal iqram akbar di 04:56

Tidak ada komentar:

Posting Komentar