Charapter 2 Sennin Modo
Bel tanda pulang telah berbunyi di Tokyo Senior High School. Semua siswa
dengan semangatnya langsung berlarian keluar dari sekolah. Dan sekarang,
tepat 15 menit setelah bel pulang berbunyi, TSHS telah sepi. Kenapa?
Kenapa para siswa cepat sekali mengosongkan sekolah ini? Itu karena ini
hari kamis. Tunggu, jangan bilang kalian belum tahu tentang cerita yang
telah menjadi rahasia umum di Tokyo Senior High School ini.
Baiklah, begini ceritanya. Pada zaman Edo, tempat dimana sekarang
sekolah ini berdiri adalah hutan 'kutukan'. Hutan itu disebut Hutan
kutukan karena setiap matahari telah tenggelam, didalam hutan itu akan
dipenuhi oleh para siluman yang haus akan darah. Menurut kalian itu
hanya legenda? Begitu juga pendapat para murid saat pertama masuk ke
sekolah ini.
Tapi, seiring pengakuan dari para murid yang sering pulang terlambat dan
mengaku sering melihat siluman berkeliaran di lingkungan sekolah,
legenda itupun menjelma menjadi fakta. Bahkan konon katanya, TSHS pernah
menyewa pendeta untuk mengusir siluman di sekolah itu, namun keesokan
harinya sang pendeta malah ditemukan sudah tak bernyawa lagi.
Tapi tunggu dulu, ternyata sekolah ini belum kosong. Masih ada dua orang
di dalam lingkungan sekolah ini rupanya. Mari kita lihat lebih dekat.
"Akh.. sudah jam 5 sore, aku harus cepat pulang." Gumam Hinata sambil
berjalan cepat menyusuri lorong sekolah yang sudah sepi ini. 'Lelaki
yang tadi pagi.. apa dia masih di taman belakang yah? Kuharap ia telah
pergi dari sekolah ini, karena sebentar lagi gelap. Kalau dia berada
disini terus sampai malam, bisa-bisa dia di….' Batin Hinata memikirkan
Naruto. 'Hii..' Hinata bergidik ngeri saat membayangkan kalau Naruto
sampai bertemu dengan siluman dan bernasib sama dengan pendeta yang dulu
pernah ia lihat meninggal di sekolah ini.
Tap, tap, tap.. Hinata terus mempercepat langkahnya. Entah kenapa lorong
sekolah ini kini terasa sangat panjang bagai tak berujung. Sebenarnya
itu bukan satu-satunya alasan bagi Hinata mempercepat langkah kakinya.
Alasannya yang lain adalah, Entah cuma perasaan Hinata atau bukan, tapi
sedari tadi Hinata merasa kalau ia sedang di intai oleh seseorang, atau
tepatnya sesuatu, entahlah.
Saat Hinata semakin mempercepat langkahnya -hampir berlari-, tiba-tiba
sebuah suara menghentikan langkahnya. "Hei nona.. kenapa terburu-buru
sekali?" dengan ragu, Hinata menolehkan kepalanya kebelakang, kearah
sumber suara itu datang. Mata Hinata langsung terbelalak lebar tatkala
menyaksikan sosok yang tadi memanggilnya.
Sosok itu, dari bagian perut keatas berwujud manusia, dan selebihnya..
ular! Sosok itu semakin lama semakin mendekat kearah Hinata, dan entah
kenapa, kaki Hinata tiba-tiba saja terasa kaku, tidak bisa digerakkan.
Mata berwarna kuning dan berpupil vertical itu menatap Hinata tajam.
Keringat dingin semakin deras membasahi sekujur tubuh Hinata. Tiba-tiba
saja, Hinata teringat akan lelaki yang ia temui tadi pagi ditaman
belakang. Koridor tempat Hinata berada saat ini dengan taman belakang
idak terlalu jauh, hanya berjarank beberapa meter. Hanya saja, koridor
ini berada di lantai 3.
'Semoga lelaki itu masih ada disekitar sini! Paling tidak, kalau aku
sampai mati, akan ada yang segera menemukan mayatku.' Batin Hinata
sedikit berharap. Siluman ular itu semakin mendekat, dan dengan
menghirup nafas dalam-dalam, Hinata memberanikan dirinya untuk berteriak
sekencang yang ia bisa. "Toollooonnggg..!" jerit Hinata sekuat tenaga.
Mendengar teriakan itu, sang siluman malah tersenyum, menyeringai
meremehkan.
"Aku tidak akan melarangmu untuk berteriak, nona. Silahkan berteriak
sekuat yang kau bisa. Khukhukhu.." seru sang siluman sambil tertawa
licik. Berkali-kali Hinata berteriak, tapi sepertinya tidak ada yang
mendengar teriakannya. 'Sepertinya sudah tidak ada harapan lagi untukku
selamat.' Batin Hinata pasrah. Dan dengan itu, Hinata pun memejamkan
matanya, menerima takdir apapun yang akan menimpanya.
Melihat Hinata yang kini pasrah, siluman itu semakin menyeringai dengan
lebarnya. Kini ekornya telah melilit tubuh Hinata dan mengangkatnya
mendekat kearahnya. "Ugh.." erang Hinata kesakitan, tapi tak dihiraukan
oleh siluman itu. "Selamat tidur, tuan putrid.." ucap siluman itu sambil
bersiap menggigit leher jenjang milik Hinata yang terlihat begitu lezat
dimata siluman itu.
"Akh!" tiba-tiba saja siluman itu menjerit dan menjatuhkan Hinata dari
lilitannya. Setelah terlepas dari lilitan sang siluman, Hinatapun
langsung mundur, menjauh dari jangkauan siluman itu. Setelah Hinata
cukup jauh dari siluman itu, Hinata melihat siluman itu yang tengah
mengerang kesakitan sambil mencabut benda seperti pisau berwarna hitam
yang menancap di ekornya.
"Sialan! Siapa yang melakukan ini!" seru sang siluman geram. "Aku" jawab
seorang lelaki berambut pirang yang memakai jubah berwarna hitam
bermotif api yang tiba-tiba muncul di jendela lantai 3. 'Eh? Lelaki yang
tadi pagi? T-tunggu dulu., k-kenapa d-dia bisa berada d-di j-jendela di
l-lantai 3?' batin Hinata kaget. Setelah itu, sang lelaki –Naruto-
mengalihkan pandangannya dari siluman itu ke Hinata. "Kau tidak apa-apa,
Hinata-chan? Tadi aku mendengaar seseorang berteriak minta tolong, jadi
aku kesini dan ternyata kau sedang di lilit oleh siluman jelek ini."
Ucap Naruto pada Hinata.
*BLAR* tiba-tiba saat Naruto tengah lengah, siluman itu menyerang Naruto
dengan ekornya. Dan akhirnya, jendela beserta tembok di lantai tiga
itupun hancur berantakan, menyisakan debu yang tebal yang menutupi
keadaan Naruto saat ini. "Cih, dasar bocah." Gumam sang siluman. Hinata
yang melihatnya hanya bisa menutup mulutnya dengan kedua telapak
tangannya dan matanya yang mulai basah oleh air mata kesedihan.
Tapi saat siluman itu akan menarik kembali ekornya dari reruntuhan itu,
ekornya seperti ditahan oleh sesuatu. Butuh beberapa saat sampai
debu-debu itu bisa hilang dan menampakkan apa yang tersembunyi di
baliknya. Dan saat debu itu telah menghilang, mata Hinata dan siluman
itu sama-sama terbelalak. Naruto, dengam memejamkan matanya, mencengkram
ekor siluman ular itu. Walaupun dinding di sekitarnya hancur, tubuh
Naruto sama sekali tidak tergores sekalipun.
"S-Siapa kau!" ucap sang siluman yang wajahnya mulai memucat, walau
dasarnya memang sudah pucat -?-. "Aku., Uzumaki Naruto! Ninja terhebat
di dunia dan Hokage Terhebat Konoha!" seru Naruto lantang sambil membuka
matanya.'Ap-apa? J-jadi d-dia memang U-Uzumaki N-Naruto! S-seperti yang
d-di ceritakan K-Kakashi-sensei!" batin Hinata kaget sekaligus kagum
atas aksi yang dilakukan oleh Naruto.
Kini, Naruto menatap tajam pada siluman yang kini telah bergidik ngeri
itu. 'Mana mungkin ada manusia seperti dia!' batin Siluman itu
ketakutan. Permata biri milik Naruto kini telah digantikan oleh permata
berwarna oranye dan berpupil Horizintal khas katak. Inilah 'Sannin
Mode'!. "Kau.. tidak akan kuampuni karena telah melukai Hinata-chan..!"
seru Naruto kepada siluman itu.
"Kagebunshin No Jutsu!" *Pooff*
"akan kuhancurkan kau sampai tak bersisa!" seru Naruto
"Rasengan..Shuriken!" *BLLLAAAARRR*
"Aargghhh…!"
.
.
.
.
.
"Hinata-chan.. ayo bangun, Hinata-chan.." seru Naruto sambil
mengguncang-guncangkan tubuh Hinata yang tak sadarkan diri sejak
pertarungannya tadi berakhir. "Engghh…." Erang Hinata sembari membuka
matanya perlahan, menampakkan betapa indahnya permata amethyst di
dalamnya. "Ah! Syukurlah, akhirnya kau sadar juga, Hinata-chan!" seru
Naruto girang sambil memamerkan cengiran khasnya yang entah kenapa
terlihat sangat menawan di mata Hinata.
"A-ah., dimana aku.." gumam Hinata sambil berusaha bangun dari posisi
tidurnya. Tetapi sebelum benar-benar bangun, tangan kekar Naruto segera
menuntunnya untuk tidak segera bangun dari posisinya. "Jangan
terburu-buru, Hinata-chan.. keadaanmu masih belum begitu bagus. Hh..
seandainya saja ada Sakura-chan disini, ia pasti akan segera
mengobatimu." Gumam Naruto. "Eh? Kau juga mengenal Sakura-chan?" seru
Hinata kaget. Ia tidak menyangka bahwa Naruto juga mengenal sahabat
dekatnya itu.
"Ya.. tentu saja,-ttebayo! Tapi mungkin., Sakura-chan di tempatku beda
dengan Sakura-chan di tempat ini. Sama seperti Hinata-chan." Gumam
Naruto dengan raut wajah sedih. "Sudahlah, Naruto-kun., jangan
dipikirkan, kau disini tidak sendirian kok, aku ka nada disini." Seru
Hinata dengan senyum lembut yang membuat perasaan Naruto langsung
tenang. "Eh? Bagaimana kau tahu namaku, Hinata-chan?" Tanya Naruto. "Kan
tadi kau menyebutkan namamu saat sedang bertarung dengan siluman tadi."
Jawab Hinata diiringi senyum manisnya.
Naruto yang menyadari kelinglungannya hanya member cengiran khasnya
sambil menggaruk rambut belakang kepalanya yang tidak gatal.
*Krryuuuuukkk* "akh, aku lapar~" seru Naruto dengan muka lemas. Hinata
yang mendengarnya hanya tertawa kecil, sambil membatin betapa polosnya
Naruto. "Baiklah, di apartemanku ada makanan. Bagaimana kalau mampir
dulu?" tawar Hinata. Naruto yang mendengarnya langsung memasang wajah
riangnya.
"Kau serius, Hinata-chan?" Tanya Naruto dengan Puppy Eyes No Jutsu
miliknya. "Ya, tentu saja, Naruto-kun." Jawab Hinata sambil tersenyum
manis. "Yey! Hinata-chan memang baik!" Seru Naruto girang. Sekali lagi
Hinata tertawa pelan melihat kepolosan penyelamat hidupnya itu.
"Baiklah, bersiaplah Hinata-chan! Pegangan yang erat!" seru Naruto
sambil membopong Hinata ala bridal style.
Hinata yang di perlakukan seperti itu hanya bungkam sambil
menyembunyikan wajahnya yang merona. "Kyaa!" pekik Hinata saat Naruto
tiba-tiba melompat dengan kecepatan tinggi diatas gedung-gedung di
Tokyo. Saat di perjalanan, tiba-tiba Naruto berhenti dan menatap Hinata.
"A-ada apa Naruto-kun?" Tanya Hinata dengan wajah yang masih memerah.
"Apartemen Hinata-chan dimana yah?" Tanya Naruto sambil memamerkan
cengiran kikuk khasnya. Dan alhasil, Hinata pun hanya bisa ber sweatdrop
ria.
.
.
.
.
.
TO BE CONTINUED
di poskan oleh afdal iqram akbar di 04;54
Tidak ada komentar:
Posting Komentar