Charapter 6
berada di belakangnya, yang hanya membalasnya dengan sebuah anggukan
kecil. Mata Sharingan milik Sasuke terus menelusuri seluruh penjuru
taman belakang TSHS dengan waspada, Dan saat matanya beralih pada salah
satu ruangan kosong gelap yang ada pad ataman itu, matanya sedikit
menyipit. 'ada sesuatu disana' batin Sasuke. *AMATERASU* dan saat Sasuke
hendak membakar habis tempat itu, tempat itu tak kunjung terbakar,
seakan tidak terjadi apapun dengan tempat itu. Sasuke akhirnya
memutuskan untuk mendekat ke ruangan kosong itu.
Dan saat tanpa sengaja matanya menangkap seperti mata seseorang di dalam
ruangan itu, bukannya mendekat, Sasuke malah mundur dengan keringat
dingin mengucur di pelipisnya. 'I-itu.. Apa itu barusan!' batin Sasuke
shock. Menyadari tingkah Sasuke yang tiba-tiba berubah, Sakura segera
menepuk pundak Sasuke dengan telapak tangannya. "Ada apa Sasuke-kun?"
Tanya Sakura. "Tidak, mungkin aku salah lihat." Jawab Sasuke mencoba
tenang. "Memangnya kau melihat apa, Sasuke-kun?" Tanya Sakura penasaran.
"Aku tadi seperti melihat sepasang mata merah… Rinnengan. Rinnengan
berwarna merah dengan 9 tomoe dan satu Mangekyo di tengahnya." Ucap
Sasuke sedikit ragu.
Mendengar itu, Sakura pun langsung berkeringat dingin. "Aku harap aku
hanya salah lihat." Gumam Sasuke. "Awas Sakura!" seru Sasuke tiba-tiba
sambil menarik tangan Sakura kearah samping. *DHHRRUAAARRRRR* terjadi
ledakan seper besar di taman TSHS. Tapi anehnya, ledakan itu segera
terpantul kembali saat akan melewati batas taman. 'Taman ini sudah
dilindungi Kekkai!' batin Sasuke sambil mendecih kecil. "Uhuk-uhuk.. Apa
barusan itu, Sasuke-kun?" Tanya Sakura sambil terbatuk-batuk pada
Sasuke. "Biiju Bomb." Jawab Sasuke Singkat, Padat, dan Jelas. Membuat
Sakura mau tidak mau harus membulatkan matanya tidak percaya.
Setelah debu akibat ledakan barusan menghilang, dapat dilihat betapa
berantakannya taman ini. Taman ini kini menjadi berbentuk seperti kawah
dengan sesuatu di tengahnya. "Itu Kyuubi!" jerit Sakura histeris saat
melihat samar-samar 'sesuatu' di tengah kawah dengan 9 ekornya. "Bukan."
Tukas Sasuke cepat. "Itu siluman Kuchiyose." Lanjut Sasuke. Dan di detik
berikutnya, Sasuke telah hilang dari sisi Sakura dan berada di tengah
kawah bersama siluman itu. "Siapa yang mengirimmu kemari?" Tanya Sasuke
tenang. "Grrrrhhhh!" dan hanya itu jawaban yang Sasuke dapatkan dari
siluman 'Kyuubi' itu. "Bodoh." Dan setelah menggumamkan kata itu,
tiba-tiba siluman itu mengerang kesakitan dengan api hitam di sekujur
tubuhnya.
"Gggrrroooaaa..!" lenguhan yang begitu mengerikan keluar dari mulut sang
siluman. "Kau bodoh. Kau bukanlah Kyuubi. Biiju Bomb milik Kyuubi
harusnya dapat dengan mudah menghancurkan Kekkai di sekitar taman ini.
Kau hanyalah peniru bodoh." Ucap Sasuke dingin sambil melangkah menjauh
dari siluman malang itu. *Poofff* suara itupun menghilang bersamaan
dengan hilangnya sosok 'Kyuubi'. 'Sudah di kembalikan lagi,huh?' gumam
Sasuke yang saat ini telah berada di depan Sakura yang masih Shock
dengan kejadian barusan itu. Itu begitu cepat –menurut Sakura.
'Apa yang dia maksud dengan 'Biiju Bomb milik Kyuubi'? apa dia pernah
bertemu dengan Siluman Legendaris itu sebelumnya? Tapi itu tidak
mungkin, Kyuubi telah mati bersama dengan Jinchuuriki terakhirnya,
Rokudaime Hokage. Kecuali dia berasal dari masa lalu sehingga dia
mengetahui kekuatan Kyuubi yang melegenda itu. Tunggu! Masa lalu? Ninja?
Kyuubi?.…..' sedetik kemudian seringai kejam terpampang dengan jelas di
wajah Madara. 'Sepertinya sekolah ini kedatangan tamu besar dari
Konoha.' Batin Madara sambil berjalan menjauh dari pintu taman itu.
.
.
Natsu D. Luffy
.
.
"Hahh..! Akhirnya boleh pulang juga…" Seru Naruto lega setelah mendengar
bel tanda pulang yang baru saja berbunyi. "Dobe," gumam Sasuke saat
melihat tingkah Naruto yang menurut Sasuke sudah benar-benar pantas
untuk disebut 'Dobe' itu. "Diam kau, Teme!" ujar Naruto ketus saat
mendengar kata-kata sinis yang meluncur dari mulut Sasuke. Tapi Sasuke
kali ini tidak mempermasalahkannya, ia segera bangkit dari tempat
duduknya dan mendekat kearah meja Hinata. "Hinata, mau pulang
bersamaku?" Tanya Sasuke saat sudah berada di depan meja Hinata. "Ah!
Sasuke-kun." Seru Hinata agak kaget saat tiba-tiba ada yang mengajaknya
bicara. "Mau pulang bersama?" ucap Sasuke mengulangi pertanyaannya tadi.
"Um.. Gomen, Sasuke-kun, tapi aku akan pulang bersama Naruto-kun." Tolak
Hinata lembut sambil menyunggingkan senyum manis yang tak pernah lepas
dari wajahnya itu.
Mendengar jawaban Hinata, dunia serasa kiamat-bagi Sasuke-. 'Apa si Dobe
itu telah menyantet Hinata?' batin Sasuke geram sambil melirik tajam
kearah Naruto yang kini tengah tersenyum penuh kemenangan. 'Rasakan itu,
Teme!' batin Naruto puas. Setelah itu, Naruto pun bangkit dari tempat
duduknya menuju ke arah meja Hinata. Dan akhirnya, kini meja Hinata pun
dirubung oleh dua bintang TSHS-SasuNaru-. "Ne, Hinata-chan., ayo kita
segera pulang saja." Ajak Naruto pada Hinata sambil memandang remeh
kearah Sasuke. "Baik, Naruto-kun." Jawab Hinata sambil beranjak berdiri
dari duduknya. "Maaf Sasuke-kun, aku duluan." Ucap Hinata saat ia
bersiap keluar dari ruangan kelasnya. "Kami duluan, Teme! Kami akan
bersenang-senang!" seru Naruto pada Sasuke yang kini tengah memelototkan
matanya pada Naruto. Hinata yang mendengar kata 'bersenang-senang',
pikirannya langsung melayang kemana-mana, dan akhirnya.. *blush*.
#Hinata pervert? O_O
Dan setelah itu, Naruto dan Hinata pun keluar dari ruang kelasnya. Tapi
tentu saja mereka tidak berniat untuk pulang, tapi menuju taman belakang
TSHS. Entah sadar atau tidak, keduanya sedari tadi tengah diperhatikan
dan diikuti oleh seorang gadis bermata lavender dan berambut pirang,
Shion. "Hinata-chan? Kenapa sejak tadi wajahmu memerah? Kau sakit?"
Tanya Naruto dengan nada khawatir saat melihat wajah Hinata yang memerah
disampingnya. "Eh? T-tidak Naruto-kun, N-Naruto-kun tidak perlu
khawatir." Jawab Hinata gugup dengan wajah memerah. Mendengar jawaban
Hinata, Naruto membulatkan matanya sejenak, kemudian tersenyum lembut
kearah Hinata. "Gaya bicaramu mengingatkanku pada tunanganku." Entah
sadar atau tidak, gumaman itu tiba-tiba saja muncul dari mulut Naruto.
"apa?" Tanya Hinata yang tadi kurang jelas mendengar perkataan Naruto.
"Ah, tidak, bukan apa-apa. Hey lihat! Apa yang terjadi dengan taman
ini?" seru Naruto tiba-tiba saat melihat pemandangan yang sungguh
mengagetkan di depan matanya. Saat Hinata melihatnya, Hinatapun langsung
cengo dibuatnya. 'Akh! Teme! Sakura-chan!' batin Naruto cemas saat
mengingat ia meninggalkan kedua rekan timnya di taman itu tadi pagi.
Naruto pun segera berlari menuju taman belakang TSHS, meninggalkan
Hinata yang baru saja sadar dari kekagetannya dan segera berlari
menyusul Naruto. Tapi saat Naruto akan masuk ke area taman..
*BRAK* "Adaw!" Seru Naruto kesakitan sambil memegangi kepalanya yang
entah kenapa seperti terbentur sesuatu. "Apa kau tidak apa-apa,
Naruto-kun?" Tanya Hinata khawatir saat melihat Naruto yang terlihat
tengah kesakitan sambil memegangi kepalanya. "Ah, iya, aku taka apa-apa,
Hinata-chan." Jawab Naruto menenangkan Hinata. Setelah itu, Naruto pun
menjulurkan tangannya kearah taman itu. Dan ya, tangannya terhalang
sesuatu. 'kekkai' batin Naruto. Sejenak, Naruto memejamkan kedua
matanya, dan saat kembali membuka matanya.. *Rinnegan*. "Tolong mundur
agak jauh, Hinata-chan." Ucap Naruto pada Hinata. Setelah itu, Hinata
pun menjauh dari tempat Naruto berdiri.
Setelah Hinata menjauh, Naruto menjulurkan kedua telapak tangannya
kearah depan. "Shinra Tensei!" gumam Naruto kemudian. Dan.. *BRAK*
*BRASH* Kekkai itupun hancur seketika, dan bukan hanya itu, jurus Naruto
barusan malah semakin memperparah kondisi taman itu. Hinata yang
melihatnya, lagi-lagi hanya bisa mebulatkan matanya. Sepertinya untuk
kedepannya ia harus mulai menyesuaikan diri dengan hal-hal aneh seperti
ini. Setelah itu, Naruto pun segera berlari masuk kedalam taman itu.
"Teme..! Sakura-chan..!" seru Naruto memanggil-manggil nama teman satu
timnya dengan nada tinggi, berharap mereka dapat mendengarnya.
"Tidak perlu berteriak seperti itu, Dobe." Ucap Sasuke yang tiba-tiba
saja muncul dari balik pohon yang tak jauh dari Naruto berada bersama
dengan Sakura di sampingnya. "Eh? Masih ada pohon yang bisa berdiri
setelah terkena Shinra Tenseiku?" ujar Naruto bingung saat melihat pohon
tempat Sasuke dan Sakura bersembunyi tadi. "Kau kira itu benar-benar
pohon,huh? Dobe." Ujar Sasuke dengan nada sinis pada Naruto. Dan
kemudian.. *Poff* pohon itupun menghilang. "Ohh.. jadi itu cuma jurusmu,
Teme." Ucap Naruto yang baru saja sadar dengan kejanggalan pohon itu.
"Tentu saja, kau kira aku dan Sakura masih bisa hidup jika terkena
Shinra Tenseimu tanpa penghalang apapun?" seru Sasuke dengan nada sinis.
"Ya,ya, .." ujar Naruto ngasal.
Sakura dan Hinata pun hanya bisa melihat percakapan antara dua sahabat
sejak kecil itu. "Dobe, ada yang ingin kubicarakan denganmu." Ujar
Sasuke tiba-tiba dengan nada serius. Mendengar nada serius dari Sasuke,
Naruto pun langsung memasang tampang serius dan mengembalikan matanya
kembali seperti semula –biru safir-. "Sebaiknya kita jangan bicarakan
disini." Ujar Sasuke sambil melirik kearah Hinata dan Sakura. Sedetik
kemudian, keduanya –SasuNaru- telah menghilang dengan diakhiri bunyi
*poff*. "Sakura-chan, apa kau tahu kemana Naruto-kun dan Sasuke-kun akan
pergi?" Tanya Hinata pada Sakura memulai pembicaraan. "Aku tidak tahu,
Hinata-chan" jawab Sakura sambil menggelengkan kepalanya lemah. "Oh,
bagitu ya. Oh ya Sakura-chan, kau dan Sasuke-kun berencana akan tinggal
dimana di dunia ini?" Tanya Hinata pada Sakura. "Tadi Sasuke-kun
bilang.. kami akan tinggal di sekolah ini saja." Jawab Sakura pada Hinata.
"Ohh.. baiklah kalau begitu. Aku pulang duluan ya, Sakura-chan, ini
sudah sore." Pamit Hinata pada Sakura. "Baiklah Hinata-chan, hati-hati
di jalan.." balas Sakura pada Hinata. "Jaa.. Sakura-chan..!" seru Hinata
sambil melambaikan tangannya saat akan keluar dari taman belakang TSHS.
"Jaa..!" balas Sakura pada Hinata sambil melambaikan tangannya juga. Dan
sekali lagi, sosok Shion terus saja memperhatikan gerak-gerik mereka.
"Hey, apa yang sedang kau lakukan?" mendengar ada seseorang
dibelakangnya, Shion terkejut bukan main dan langsung berbalik menghadap
seseorang yang telah memergokinya saat menjadi Stalker. Dan setelah
melihat siapa yang baru saja bertanya padanya, Mata Shion pun membulat
sempurna. "N-Naruto-sama.." ucap Shion gugup dengan wajah yang
menyiratkan ketakutan yang mendalam. Baru saja Naruto ingin kembali
mendekat ke Shion, gadis itu telah menghilang dengan akhiran bunyi
*Poff*. "Hah? Dia juga Ninja? Atau.. hah sudahlah" Dan dengan itu,
Naruto –bunshin- pun menghilang.
.
.
Natsu D. Luffy
.
.
"Apa yang ingin kau bicarakan, Teme?" Tanya Naruto pada Sasuke dengan
nada penasaran. Saat ini keduanya tengah berada di atas Menara Tokyo.
Dan kemudian, Sasukepun mulai bercerita tentang apa saja yang baru
dialaminya di sekolah tadi dan juga mengenai sepasang mata misterius
itu. "R-Rinnegan dengan s-sembilan t-tomoe dan m-mangekyo S-Sharingan di
tengahnya?" seru Naruto kaget saat Sasuke selesai bercerita. "Hn," jawab
Sasuke singkat –seperti biasa-. "Aku merasa ada konspirasi besar di
dunia ini, Dobe. Apa yang sebaiknya kita lakukan?" Tanya Sasuke pada
Naruto. "Kita akan menyelamatkan orang-orang di dunia ini dari
konspirasi besar itu, Teme. Bagaimanapun juga, diantara mereka ada
keturunan kita." Ujar Naruto sambil menatap pemandangan kota Tokyo yang
terhampar di depannya. "Aku di pihakmu, Dobe." Balas Sasuke sambil
melakukan apa yang Naruto lakukan sebelumnya. "Ah! Sudah sore! Aku harus
cepat pulang, Teme!" pamit Naruto pada Sasuke. "Hn," *Poff* dan keduanya
pun menghilang dari tempat mereka semula. "Ternyata Shion, ya.." gumam
Naruto sambil meloncati gedung-gedung di Tokyo menuju apartemen Hinata.
.
.
Natsu D. Luffy
.
.
"Tadaima.." Seru Naruto saat memasuki apartemen Hinata. "Okaeri.." jawab
Hinata yang saat ini tengah berada di dapur, mempersiapkan masakan untuk
makan malam nanti. "Hmmm… dari baunya saja sudah bisa dipastikan masakan
Hinata-chan enak!" seru Naruto bersemangat saat melangkah masuk ke dalam
dapur apartemen Hinata. "Kau terlalu memuji, Naruto-kun.." balas Hinata
dengan wajah yang sedikit memerah. Setelah itu, Naruto pun berjalan
menuju salah satu masakan Hinata yang telah matang, kemudian
mencicipinya. "Woah..! Enak sekali..!" Seru Naruto dengan mata
berbinar-binar. Melihat Naruto, Hinatapun terkikik kecil.
"Hinata-chan pintar sekali memasak! Pasti Hinata-chan akan menjadi istri
yang baik nantinya." Seru Naruto yang tanpa sadar telah membuat wajah
Hinata semerah tomat. "S-Sebaiknya, N-Naruto-kun mandi dulu.." saran
Hinata dengan wajah yang masih memerah dan nada yang gugup. "Baiklah,
Hinata-chan!" dan segera setelah itu, Naruto pun bergegas menuju kamar
mandi setelah sebelumnya mengambil handuk di kamarnya. Dan selesai
mandi, Naruto dan Hinata pun memulai acara makan malam mereka. Seperti
biasa, makan malam kali inipun dihiasi candaan dari Naruto dan tawa dari
Hinata. Dalam hati, Hinata sangat bersyukur Kami-sama telah mengirimkan
Naruto kepadanya. Walaupun mungkin hanya untuk sementara, tapi paling
tidak ia bahagia.
.
.
Natsu D. Luffy
.
.
"Naruto-kun, apa kau sudah siap?" seru Hinata yang saat ini tengah
berada diruang tengah, menanti Naruto selesai memakai seragam di
kamarnya. "Iya, Hinata-chan!" dan dengan itu, Narutopun keluar dari
kamarnya-kamar Hinata-. Dan seperti biasa, Naruto kembali dibantu oleh
Hinata 'merapikan' pakaiannya yang berantakan seperti biasanya. Setelah
Naruto rapi, merekapun berangkat bersama menuju TSHS dengan bejalan
kaki. Terkadang, Hinata merasa seperti seorang ibu yang harus selalu
mengurus anaknya jika berada dengan Naruto dirumah. Tapi tentu saja, hal
itu malah membuat Hinata senang, Ia tidak lagi sendirian seperti saat
Naruto belum berkunjung ke rumahnya.
Di perjalanan, seperti biasa, dihiasi canda tawa dari keduanya. Hinata
tak hentinya tertawa saat mendengar lelucon konyol yang dilontarkan
Naruto. Tapi tiba-tiba saja, Hinata seperti melihat sesuatu yang
berkilau di jari manis Naruto. Saat Hinata perhatikan, ternyata itu
adalah sebuah cincin. Eh? Tunggu! Cincin? "Naruto-kun., kenapa kau
memakai cincin? Memangnya setiap Ninja juga harus memakai cincin ya?"
Tanya Hinata to the point pada Naruto. "Oh, cincin ini.. Setiap Ninja
tentu saja tidak harus menggunakan cincin, Hinata-chan. Aku menggunakan
cincin karena aku.. sudah bertunangan." Jawab Naruto sambil tersenyum
lembut menatap cincin yang tersemat di jari manisnya itu.
Dan seketika itu pula, tenggorokan Hinata serasa seperti tercekat.
Nafasnya pun berhenti, dan entah kenapa, Hatinya terasa amat sakit saat
Naruto mengatakan bahwa ia sudah bertunangan. "Eh? Hinata-chan kenapa
kau berhenti berjalan? Ayo cepat, nanti kita ter-" kata-kata Naruto
terputus seketika saat dilihatnya Hinata tengah.. Menangis?
"H-Hinata-chan., k-kau kenapa? Apa kau sakit?" Tanya Naruto khawatir
sambil mendekat kearah Hinata. Dan apa yang dilakukan Hinata selanjutnya
sungguh diluar dugaan Naruto. Hinata berlari memeluk Naruto! Dan
Hinatapun menangis dalam pelukan Naruto.
Naruto yang awalnya kaget dengan sikap Hinata, kini telah memakluminya
dan balas memeluk Hinata. "Menangislah jika itu bisa membuatmu labih
baik, Hinata-chan." Ucap Naruto lembut sambil membelai rambut Hinata.
Hinata kini semakin terisak dalam pelukan Naruto. Sebenarnya Hinata
sendiri juga bingung kenapa ia menangis dan melakukan hal ini ia
bingung. Mungkinkah Hinata telah….. 'Tidak! Aku tidak boleh egois!
Naruto-kun sudah bertunangan, dan aku harusnya bahagia,bukan? Kenapa aku
malah menangis seperti ini! Tapi….. aku ingin sedikit egois, tak apa
kan?' batin Hinata yang masih terisak dalam pelukan Naruto.
Setelah beberapa saat, Hinatapun melepaskan dirinya dari pelukan Naruto.
"Gomen, Naruto-kun." Ucap Hinata lirih. "Ah, tak apa, Hinata-chan. Tidak
usah dipirkan." Jawab Naruto dengan diiringi cengiran khasnya. Dan
setelah itu, merekapun melanjutkan perjalanan dalam diam. "Um..
Hinata-chan, kenapa tadi kau menangis?" Tanya Naruto memulai percakapan.
"Ah, tidak, hanya tiba-tiba saja teringat kakakku yang gagal
bertunangan." Dusta Hinata pada Naruto. "Ohh.." gumam Naruto sambil
membulatkan mulutnya. Setelah itu, mereka kembali berjalan dalam diam
sampai TSHS.
.
.
Beberapa menit setelah bel berbunyi, sebuah mobil sport berwarna orange
tampak memasuki tempat parkir TSHS. Dan setelah itu, dari dalam mobil
sport itu, keluar sesosok pemuda berambut pirang, berkulit putih, dan
bermata blue saphiere. "Ini dia sekolah baruku.. Tokyo Senior High
School." Gumam orang yang ternyata adalah Naruto Namikaze saat melihat
sekolah barunya. 'Tunggu aku, Hyuuga.' Batin Naruto sambil menyeringai
dalam hati.
.
.
.
*To Be Continued*
di poskan oleh afdal iqram akbar di 04:56
Tidak ada komentar:
Posting Komentar