Charaptr 13
berada tepat di belakang tubuh Madara, bersiap menebaskan pedangnya
kepada Madara.
"Terimakasih." jawab Madara yang tiba-tiba telah berpindah di samping
Sasuke dan dengan keras langsung menghantam Sasuke hingga terpental
beberapa puluh meter.
"Sialan." gumam Sasuke sembari menyapu dengan kasar darah yang merembes
keluar dari ujung bibirnya. Kedua tangannya terkepal dengan erat menahan
emosi yang sejak tadi terus meluap-luap dalam dirinya. Entahlah, rasanya
sangat menyakitkan. Mengetahui satu-satunya orang yang berhasil
menyadarkanmu dari kegelapan mati begitu saja di depan matamu, apa yang
akan kau lakukan?
Sedetik kemudian, muncul sebuah tangan raksasa dari tubuh Sasuke yang
langsung melemparkan api hitamnya kepada Madara. Bahkan hingga api hitam
itu melahap tubuhnya, Madara tak bergeming sama sekali.
Sasuke bukanlah ninja bodoh yang akan mengira Madara akan mati hanya
dengan terbakar 'api abadi' milik klan Uchiha itu. Dengan mata merahnya,
ia terus mengawasi kobaran api hitam yang –sepertinya- tengah melahap
tubuh Madara.
"Apa yang kau perhatikan, Sasuke?" bagai sebuah bisikan setan, saat
Sasuke menolehkan kepalanya kesamping, ia tidak menemukan siapapun.
Sejenak kemudian, matanya kembali tertuju pada kobaran api hitam di
depannya. 'Tetap tak ada pergerakan.' batin Sasuke.
"Sasuke-kun! Awas! Diatasmu!" teriakan Sakura samar-samar terdengar di
gendang telinga Sasuke, membuat Sasuke refleks menengadahkan kepalanya
keatas.
"Sial." gumam Sasuke saat melihat sebuah Chibakku Tensei dengan api di
sekitarnya tengah jatuh tepat di atasnya. Ia sungguh tidak punya pilihan
lain. Ia bisa saja menghindar. Tapi bagaimana dengan mayat Naruto yang
ada di dasar laut? Ia tidak yakin mayat itu akan tetap utuh setelah
tertimpa Chibakku Tensei sialan ini. Paling tidak, ia ingin memakamkan
mayat sahabat terbaiknya itu sebagai tanda penghormatan terakhir.
Beberapa meter lagi dan tubuh Sasuke akan hancur terkena 'meteor' buatan
Madara itu. Dan di detik berikutnya, Sasuke kembali menunjukkan kelasnya
sebagai Anbu terkuat dengan menghentikan laju 'meteor' itu dengan
Susano'o miliknya. Dan walaupun untuk kelas Kage sekalipun, menahan
Chibakku Tensei seorang diri pasti akan sangat menyusahkan, bahkan
hampir tidak mungkin.
'Ini demi Naruto' batin Sasuke sembari mengumpulkan Chakra, bersiap
menghancurkan 'meteor' itu dengan satu hentakan dari Susano'o miliknya.
"Kerja yang bagus, Sasuke."
Dan mata Sasuke pun sukses membulat saat menyadari Madara telah ada di
belakangnya. Sasuke berniat membalikkan tubuhnya sebelum…
/*BLLAAAARRRR*/
Tiba-tiba saja, sebuah cahaya hitam pekat muncul dari dalam laut dan
terus menjulang ke langit bersamaan dengan bunyi ledakkan yang
memekakkan telinga.
Perlahan tapi pasti, sesosok manusia dengan jubah chakra hitam dan
sebuah tanda berbentuk koma yang melingkar dari bahu kanan ke bahu
kirinya, melayang dari dalam laut.
Matanya yang semula terpejam, perlahan mulai terbuka, menampakkan
sepasang mata legendaris yang langsung membuat Sasuke membulatkan
matanya. Tak hanya itu, rambut kuningnya yang berkibar semakin membuat
Sasuke yakin bahwa sosok yang tengah melayang itu adalah sahabat
terbaiknya, Uzumaki Naruto.
"Wow, masih belum mati rupanya. Rokudaime-sama memang hebat." ujar
Madara dengan nada sedikit mengejek saat melihat sosok Naruto di
depannya. Ia menurunkan kunai yang tadinya ia arahkan ke leher Sasuke,
dan mulai berjalan ke arah Naruto yang terlihat 'berbeda'.
Tak seperti yang Sasuke kira, Naruto sama sekali tak menampakkan emosi
apapun saat melihat sekelilingnya. Bahkan ia –Naruto- tak mempedulikan
Madara yang terus berjalan mendekat ke arahnya. 'Tidak, ia bukan
Naruto.' batin Sasuke yakin saat melihat tatapan kosong yang Naruto
berikan kepada Hinata. Seorang Uzumaki Naruto tak akan pernah memberikan
tatapan kosong kepada orang yang ia cintai, dalam kondisi apapun. Itu
yang diketahui Sasuke.
"Kau harus memperhatikan orang yang sedang berbicara, Uzumaki-san."
gumam Madara saat menyadari bahwa dirinya sama sekali tak dianggap
keberadaannya oleh Naruto.
"Cih," setelah mendecih kesal, Madara pun langsung membentuk segel
dengan kedua telapak tangannya dan tanpa ba-bi-bu lagi, ia menyemburkan
api dengan intensitas yang sangat banyak dan jangkauan yang luar biasa
ke arah Naruto yang hanya memberinya tatapan kosong.
/*BLAAAARRRR*/
Belum selesai Madara menyemburkan apinya, tubuh Naruto kembali
meledakkan Chakra hitam dengan sangat dahsyat hingga melemparkan segala
yang ada di sekitarnya. Air, udara, awan, semuanya. Termasuk teman-temannya.
"Grrrooaaaarrrgghhh… !"
Dan sebelum tubuhnya terpental jauh, Sasuke berani bersumpah melihat
bayang-bayang sosok raksasa bermata satu, bergigi runcing, dan… berekor
sepuluh. Tersenyum sinis tepat di belakang tubuh Naruto.
.
.
.
Natsu D. Luffy
.
.
.
"Laporan cuaca hari ini. Diperkirakan malam ini akan ada badai besar
yang menghantam kota Tokyo. Dilaporkan bahwa badai ini adalah badai
kiriman dari laut sekitar Amerika yang dilaporkan sedang terjadi Tsunami
besar. Untuk keamanan, dimohon untuk tidak keluar rumah malam ini dan
kunci seluruh jendela dan pintu rumah anda."
/*Ctek*/
"Hah~ Membosankan~ Masa' malam minggu malah badai sih~ Gak jadi ke rumah
Hinata-chan deh." gumam Namikaze Naruto sembari menguap lebar di sofa
empuknya. Sesekali matanya menatap gelisah keluar rumah melalui jendela
kaca yang belum ia tutup. Entah kenapa, perasaannya menjadi tidak enak.
'Semoga tidak terjadi apa-apa dengan Uzumaki itu.' Batinnya sembari
memejamkan mata.
"Eeeehh? Uzumaki? Kenapa tiba-tiba aku jadi kepikiran dia? Tidaaaakkk… !
Aku bukan Gay… !" jerit Namikaze Naruto histeris sembari berlari menaiki
tangga menuju ke kamarnya.
Belum sampai di kamarnya, langkahnya tiba-tiba terhenti.
"Tunggu dulu, sepertinya aku pernah mendengar nama itu dari Kaa-san."
gumam Namikaze Naruto dengan pose berpikir a la detektif.
"APAAA! UZUMAKI NARUTOOO?"
.
.
.
Natsu D. Luffy
.
.
.
"U-Ukh…" sedikit merasa pusing, Naruto membuka matanya perlahan, mencoba
mengatasi sedikit rasa pusingnya. Untungnya, kondisi sekitar yang memang
lumayan gelap membantunya untuk cepat menyesuaikan retina matanya dengan
cahaya yang diterima.
"Ah, tanganku?" gumam Naruto saat sadar bahwa tangannya tidak bisa ia
gerakkan, seperti tertahan sesuatu.
"Rantai Chakra?" tanya Naruto lebih kepada dirinya sendiri saat melihat
rantai Chakra berwarna hitam yang menahan pergerakan kaki dan tangannya.
Dengan posisinya sekarang, -tangan dan kaki membentang ke samping-
Naruto tak mungkin bisa melepaskan diri dengan membentuk beberapa segel
jutsu miliknya.
Sejenak, ia memejamkan matanya, berusaha mengingat kembali rentetan
kejadian yang dialaminya hingga sampai ke tempat aneh ini. Ah, ya, ia
tadi bertarung dengan Madara dari masa depan dan…
Teman-teman!
"Kau sudah sadar, Naruto?" sebuah suara asing menginterupsi Naruto dari
pemikirannya.
"Siapa di sana?" seru Naruto dengan nada tinggi. Mode Sage miliknya
segera aktif, meningkatkan refleksnya akan bahaya. Mata Sage miliknya
memandang dengan tajam ke sebuah sudut yang entah kenapa lebih gelap
dari yang lain.
"Apa kau sudah melupakan kami?" balas suara asing itu.
Mata Naruto membulat seketika saat melihat sesosok makhluk hitam besar
bermata satu dengan sepuluh ekor di belakangnya. Mata Sage itu kini
berganti menjadi mata legendaries milik Rikudo-Sannin. Mata yang belum
lama ini berhasil ia dapatkan dari pertarungannya dengan Madara.
"Khekhekhe, mata itu mengingatkanku pada kakek Rikudo."
"Siapa kau?" Naruto semakin berontak, berusaha merusak rantai chakra
yang menahannya.
"Shukaku, Matatabi, Isonade, Son Goku, Kokou, Saiken, Choumei, Ushioni…
Kurama."
"Ap-apa maksudmu?" ucap dengan sedikit tergagap. Apa maksud makhluk itu?
Menyebutkan seluruh nama Bijuu?
"Ini kami, Naruto. Mungkin nama tadi terlalu panjang. Kau bisa memanggil
kami Juubi."
"Jadi, ini wujud utuh Sembilan Bijuu?" tanya Naruto dengan nada kagum.
Ia tidak menyangka wujud legendaries kesembilan Bijuu akan terlihat
begitu mengerikan… dan keren.
"Ya, seperti yang kau lihat."
"Jadi, apa kalian bisa jelaskan kenapa aku dirantai?" sedikit heran,
Naruto akhirnya bertanya dengan nada penasaran.
"Oh, itu hanya sedikit permainan, Naruto. Kau tahu, sudah lebih dari
3000 tahun kami tidak bermain-main dan hanya berdiam diri di dasar laut
kelam ini."
"Baiklah, aku mengerti itu. Jadi, kapan kita hajar Uchiha tua itu?"
.
.
.
Natsu D. Luffy
.
.
.
"Ck," sedikit berdecak kesal, Madara kembali berdiri setelah terlempar
beberapa ratus meter karena ledakan chakra barusan. "Sepertinya ini Saat
yang tepat untuk mencoba kekuatan baru, eh?" gumam Madara sembari
memejamkan matanya, bermeditasi. Memasuki alam bawah sadarnya dan
memaksa Kyuubi untuk mengeluarkan Chakranya.
"Ah, ini dia." Madara menyeringai saat tubuhnya telah terbungkus oleh
Chakra berwarna kemerahan dengan kuku dan rambutnya yang semakin memanjang.
'Pertumbuhan selku menjadi lebih cepat,eh?' batin Madara sembari
memperhatikan kondisi tubuhnya. Luka lecetnya sembuh seketika, kuku dan
rambutpun tumbuh memanjang.
/*Zashh*/
Dengan sekejap, Madara telah berada di hadapan sosok Naruto yang masih
menampakkan tatapan kosong.
"Sekarang giliranku, Uzumaki-san."
Dengan sekuat tenaga, Madara memukul Naruto yang masih membisu ke dasar
laut hingga menimbulkan ledakan di dasar sana.
"Aku tahu kau belum mati, Uzumaki-san."
Kembali, ledakan Chakra kembali muncul dari dasar laut hingga membelah
langit kelabu di atas sana.
Perlahan tapi pasti, sosok Naruto kembali melayang ke permukaan. Tapi
kali ini ada yang berbeda. Apa? Tunggu dulu, itu dia! Cengiran rubah
yang entah sejak kapan telah bertengger di tempatnya biasa berada.
"Kau butuh lebih dari itu, kakek tua." ucap sosok Naruto dengan nada
meremehkan. Mata hitamnya menatap Madara dengan pandangan sinis.
"Jadi, sekarang kau sudah tidak bisu lagi? Tapi itu tidak akan membantu
apapun, kau tahu." desis Madara yang entah sejak kapan telah berada di
belakang Naruto dengan telapak tangan mengarah tepat ke arah Naruto.
Bijuu Bomb berukuran jumbo keluar dari telapak tangan Madara dan melesat
menuju Naruto.
"Wow, Bijuu Bomb. Lumayan." gumam sosok Naruto sembari membalikkan badan
dengan santai ke arah Madara.
Setelah Bijuu Bomb itu hanya berjarak kurang dari 10 meter dari tempat
Naruto berdiri, Naruto segera mengarahkan telapak tangannya kedepan,
membentuk perisai Chakra tak kasat mata.
/*Psssshhh*/
Bijuu Bomb milik Madara menguap begitu saja bagaikan asap saat
berbenturan dengan perisai Chakra milik Naruto.
"B-ba-bagaimana bisa?" ujar Madara dengan mata terbelalak kaget dan
keringat dingin yang mengucur deras di dahinya.
"B-bijuu b-bomb… Menjadi as-asap?" ujarnya kembali sembari melayang
turun dan melangkah mundur.
"Baiklah, laut ini terlalu luas untuk kita berdua, bukan?" seru Naruto
dengan cengiran khas miliknya.
"Kagebunshin no Jutsu!" dan muncullah empat Naruto lainnya dengan
kondisi yang sama dengan yang aslinya ; diselimuti chakra hitam dan
bermata hitam legam dengan seringai mengerikan.
Dengan kecepatan yang tidak bisa dipercaya, keempat bunshin itu segera
mengepung Madara, disusul dengan Naruto yang melayang di atasnya.
Keringat dingin semakin mengucur deras dari tubuh Madara kala Chakra
Kyuubi miliknya perlahan menghilang.
'Sial, aku belum menguasai sepenuhnya kekuatan Kyuubi.' batin Madara.
"Baiklah kakek tua, sekarang yang menjadi pertanyaan adalah…" Naruto
memberi jeda di kalimatnya sebelum menyeringai penuh dendam kepada Madara.
"… Kau ingin mati dengan tubuh utuh atau tidak?" lanjut para bunshin
Naruto sembari memperlihatkan wujud siluman ekor sepuluh seutuhnya.
.
.
.
Natsu D. Luffy
.
.
.
"U-ugh…" Hinata mengerang kecil saat terbangun sesaat setelah terlempar
karena ledakan Chakra tadi. Dapat dilihatnya Sakura dan Sasuke yang
masih mengambang di sekitarnya.
DEG
'Uh, apa ini?' batin Hinata saat merasakan luapan Chakra tak terhingga.
Mungkinkah ini berasal dari… 'Naruto-kun?'
Iris mata lavender itu menatap lurus ke depan, tepat ke arah luapan
Chakra itu berasal. Mata Hinata membulat seketika saat melihat sosok
hitam raksasa yang tengah mengerubungi sosok Susano'o milik Madara yang
terlihat kecil. Mata Hinata kembali membulat saat ia menyadari sosok
yang melayang di atas medan perang itu.
Naruto yang Hinata lihat saat itu, entah kenapa, walaupun terlihat
menyeramkan dan tak berperasaan, tapi Hinata yakin itu adalah Narutonya.
"Aku percaya padamu, Naruto-kun." lirih Hinata.
"Hey, Hinata." ucap seseorang mengagetkan Hinata dari lamunannya.
"Shion-chan?" seru Hinata tidak percaya saat melihat sosok Shion yang
tengah tersenyum di hadapannya.
"Bagaimana kau bisa berada disini?" tanya Hinata dengan nada penasaran.
"Akh, itu bukan hal penting, Hinata-chan. Aku kesini hanya untuk…
melihat." jawab Shion sembari mengalihkan pandangannya ke arah medan perang.
"Kau tahu? Ini sudah melenceng dari takdir. Seharusnya, sekarang
Naruto-kun dan Madara-sialan itu sudah mati." lanjut Shion.
"Tapi kali ini sepertinya Naruto-kun berhasil membuktikan bahwa takdir
bukanlah sebuah titik acuan. Ya, untuk kedua kalinya." pandangan Shion
kembali melembut saat mengatakan kalimat itu.
Sedangkan Hinata, ia hanya memandang Shion dan medan tempur secara
bergantian. Walau tidak dikatakan, Hinata tahu apa yang dimaksud Shion
dengan mengubah takdir untuk kedua kalinya.
"Dan sekarang, aku ingin melihat bagaimana Naruto-kun akan membuatku
jatuh cinta untuk kedua kalinya." lanjut Shion diiringi senyuman manisnya.
Hinata sedikit kaget mendengar pengakuan Shion barusan. Tapi toh
nyatanya ia juga turut tersenyum manis.
"Ya, aku juga." balas Hinata.
"Setelah ini berakhir, aku mungkin akan menghilang dari dunia ini dan
kembali ke tempat leluhurku untuk menanti tugas selanjutnya. Jadi,
Hinata, apakah kau mengijinkanku untuk terus mencintai Naruto-kun?"
tanya Shion dengan senyum getir.
"Tentu saja, Shion-chan. Perasaan cinta bukanlah sesuatu yang bisa
dilarang." jawab Hinata sembari tersenyum lembut ke arah Shion, membuat
Shion yakin akan wanita pilihan Naruto ini.
Menjelang matahari yang akan tenggelam, kedua gadis beriris lavender itu
menyaksikan pertempuran akhir dari penentuan nasib dunia. Juga penentuan
takdir yang telah diubah. Ya, mereka mungkin akan menjadi saksi
kemenangan kedua seorang Uzumaki Naruto dari seorang Uchiha Madara. Dan
memang itulah yang kita harapkan.
Berjuanglah, Naruto!
.
.
.
.
*tamat*
yah.. kok abis harusnya di lanjut lagi.......!!!!!!!!!!!!!!
BalasHapususul senpai , bisa dibuat jadi movie nya ga ? laris manis pasti full genre (y)
BalasHapusMananih Mas lanjutanya kok ngga di selesain .....
BalasHapusPaling tidak sampe naruto,sasuke,sakura,hinata kembali ke konoha setelah melawan madara Dan sasuke di dimensi lain (mass depan)
Nama fanficnya apa ya kalau boleh tahu
BalasHapus